"Kenapa kamu nggak kabarin aku dulu?" tanya Nual setelah ia mempersilakan Adlyn masuk ke dalam rumahnya. Nual menutup pintu dan menguncinya. Sedangkan Adlyn sudah berjalan memasuki rumahnya.
Selesai mengunci pintu, Nual berbalik. Akan tetapi, sebelum melangkahkan kaki, Nual menyadari bahwa Adlyn tidak membawa tas. Itu berarti, Adlyn tidak menginap. Padahal besok libur.
"Kamu nggak bawa tas?" tanyanya lagi.
Tanpa menghentikkan langkah, Adlyn menjawab, "Aku nggak nginep."
Alis Nual terangkat satu. "Besok libur,"
"Iya, aku tahu." balas Adlyn sambil masih berjalan menuju ke ruang keluarga.
Nual lantas berjalan dan menyamakan langkahnya dengan milik Adlyn. Nual merasa ada yang sedikit berubah dari gadis itu. Malam ini, Adlyn tak menunjukkan gelagat seperti biasa.
"Aku minta maaf atas ucapan Opa," ujar Nual pada akhirnya.
Langkah Adlyn berhenti seketika. Begitu pula dengan Nual. Terjadi keheningan sesaat di antara mereka berdua. Adlyn menarik nafas dan mengembuskannya perlahan. Kemudian, ia menoleh ke arah Nual dan menatap cowok itu dengan sorot mata yang tak bisa diartikan.
Nual mengulum bibir. Ia bergeming menatap Adlyn. Sejenak, Nual merasa bersalah karena tadi ia tak sempat membela Adlyn. Ia juga tak menjelaskan tentang kedatangan Adlyn. Walaupun toh ia akan berbohong.
"I'm sorry," ujar Nual lagi. Kali ini suaranya lebih pelan.
"Do not say sorry to me unless you mean it." Adlyn membalas. Setelahnya, ia melengos dari hadapan Nual dan berjalan menuju ruang keluarga yang jaraknya kurang lebih 3 meter dari tempatnya dan Nual semula.
Nual menghela nafas gusar, lalu ia berjalan menyusul Adlyn.
"Aku nggak tahu kalo Opa bakal dateng." kata Nual setelah ia sampai di ruang keluarga. "Kamu juga tumben nggak kasih aku kabar. Seenggaknya aku bisa bi-"
"Tujuan aku dateng ke sini buat omongin sesuatu yang penting, Nual." sela Adlyn sebelum Nual menyelesaikan ucapannya.
Mata Nual lantas memicing. Ia menatap gadis yang ada di hadapannya dengan alis berkerut. Berbeda dengan Nual, raut wajah Adlyn berubah melunak. Adlyn menghela nafasnya pelan. Alih-alih untuk menenangkan diri.
Sebenarnya, sebelum Adlyn memutuskan untuk pergi ke rumah Nual, mood-nya bisa dibilang sudah tidak baik. Ditambah ucapan Reuben yang seakan tak berperasaan, suasana hati Adlyn jadi makin berantakan.
"Sesuatu penting apa?" tanya Nual.
Adlyn menarik nafasnya dalam-dalam. Sejenak, ia memandang ke arah lain. Setelah dirasa siap, ia kembali menatap Nual lekat. "Apa kamu suka sama Zella?"
Jujur, saat pertanyaan itu keluar dari mulutnya, Adlyn merasa tenggorokannya tercekat. Ada semacam perasaan aneh yang menjalar di dadanya. Perasaan yang sempat asing, namun kini terasa nyata kembali. Dan Adlyn benci hal itu.
Nual menatap Adlyn datar, "Kenapa kamu nanya gitu?" lirihnya pelan.
Adlyn menelan saliva-nya susah payah. "Jawab aja, Lan."
Nual bergeming. Nual tidak tahu. Ia seperti kehabisan kata-kata. Setelah semua sahabatnya mengiranya menyukai Zella, sekarang Adlyn pun juga begitu.
"Aku nggak tau." kata Nual.
Ekspresi Adlyn lantas berubah. Adlyn kira, ia akan mendapat dua kemungkinan jawaban. Ya atau tidak. Tetapi, Nual malah memberikan jawaban yang sama sekali tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/217620551-288-k267509.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Teen FictionSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...