Setelah kurang lebih setengah jam berada dalam perjalanan, Adlyn akhirnya sampai juga di rumah Nual. Taksi yang dipesannya secara online kini berhenti di depan rumah Nual dan Adlyn segera keluar dari taksi tersebut setelah ia membayar.
Adlyn melangkah memasuki halaman rumah itu. Tiba di depan pintu, ia menekan bel. Beberapa detik setelahnya, pintu dibuka.
"Hai," sapa Adlyn, begitu melihat Nual yang terlihat sekali baru saja selesai mandi membukakan pintu untuknya.
Melihat pintu sudah terbuka, Adlyn melangkah masuk begitu saja. Ia bahkan tak bilang permisi. Pun Nual yang tak mempermasalahkan hal itu. Anggap saja rumah Nual adalah rumah Adlyn juga.
Nual kembali menutup dan mengunci pintu rumahnya. Sementara itu, Adlyn sudah berada di meja makan dan mengeluarkan sebuah wadah dari dalam tas ranselnya.
"Kamu udah makan?" tanyanya ketika Nual menghampirinya di meja makan.
Nual menggeleng, lalu menarik salah satu kursi yang berada dekat dengan Adlyn.
"Ya udah. Ini aku tadi bikin spaghetti carbonara di apartemen." kata Adlyn sembari membuka wadah itu, wadah yang di dalamnya berisi spaghetti carbonara bikinannya sendiri.
Adlyn mengambil garpu dan menaruhnya di dalam wadah itu. Setelah itu, ia menggeser wadah itu ke hadapan Nual sehingga cowok itu bisa menyantapnya.
Tanpa berlama-lama, Nual segera menyantap masakan Adlyn. Nual memang belum makan sejak pulang sekolah hingga sekarang jam delapan malam. Jadi, bisa dibilang ia cukup kelaparan. Untung Adlyn membawakan makanan, sehingga Nual tidak perlu menunggu Adlyn memasak di rumahnya.
Sementara Nual makan, Adlyn membuka kulkas dan mengambil sebuah botol besar berisikan orange juice. Ia juga mengambil gelas dan kemudian menuangkan jus itu ke dalam gelasnya. Selesai menuang, botol besar itu ia kembalikan ke kulkas dan kini ia duduk di hadapan Nual.
Sambil minum, Adlyn mengamati Nual yang ada di hadapannya. Nual terlihat sangat menikmati spaghetti buatannya. Tanpa sadar, Adlyn mengulum senyum. Ia merasa senang sekaligus bangga dalam waktu bersamaan.
Tak terasa, Nual sudah selesai menikmati makan malamnya. Skill Adlyn dalam memasak memang tak perlu diragukan lagi. Spaghetti buatan Adlyn sangat enak.
Adlyn yang melihat Nual telah menghabiskan spaghetti-nya lantas meraih wadah miliknya dan menaruhnya di wastafel. Lalu, ia mengambilkan minum untuk cowok itu.
Nual meminum air mineral yang berada dalam gelas pemberian Adlyn dalam satu tarikan nafas. Setelah selesai, ia meletakkan gelas itu di atas meja makan.
"Bilang apa sama Chef Adlyn?" Seperti biasa, Adlyn selalu meledek Nual apabila ia berhasil membuat cacing-cacing di perut Nual kicep.
"Thanks," ucap Nual kemudian. Dan sebuah senyuman terbit di wajah cantik Adlyn.
"Habis ini langsung tidur?" tanya Adlyn.
"Nggak tau," jawab Nual.
"Tugas kamu? Udah selesai semua?"
"Udah. Kenapa memang? Kamu mau tidur?" Giliran Nual yang bertanya.
"Kayaknya. Tadi aku latihan cheers lama banget buat persiapan lomba. Oh iya, nanti kalo aku lomba kamu dateng, ya?"
"Aku usahain," sahut Nual.
Adlyn kurang puas ketika mendengar jawaban Nual. Tetapi, Adlyn tidak bisa memaksa juga, kan? Adlyn tidak boleh egois. Bagaimana pun, meski nanti ujungnya Nual tidak bisa menemaninya saat lomba, Adlyn percaya Nual telah mendukungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Fiksi RemajaSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...