37 | Do You Feel The Same?

288 53 58
                                    

Satu minggu berlalu.

Sesuai dengan apa yang telah Zella dan ketiga temannya sepakati bersama, nanti sepulang sekolah Zella akan langsung main ke rumah Tania.

"Kamu yakin bawa mobil sendiri?" tanya Zaven melihat Zella sudah berada di dalam mobil dan hendak melajukannya.

"Yakin dong," jawab Zella antusias.

"Memang kamu tahu gimana medan jalan ke rumah temen kamu itu?" Zaven ragu.

Zella menggeleng samar. Tapi secepat kilat ia membalas, "Tapi tenang aja. Aku bisa, kok. Trust me."

Zaven menghela nafas. Ini, nih, yang Zaven nggak suka. Zaven ingin melihat Zella mandiri. Karena bagaimana pun, kelak Zella memiliki keluarga sendiri dan ia tak boleh manja. Namun, di sisi lain, kadang Zaven masih sulit melepaskan Zella.

"Hati-hati, ya," pesan Zaven.

Zella mengulum senyum dan mengangguk semangat. Tentu saja dia akan berhati-hati. Dia tidak boleh ceroboh.

"Ya udah sana berangkat. Entar telat lagi." usir Zaven.

Menurut, Zella pun tancap gas dan segera menuju ke sekolah. Rasanya cukup menyenangkan bisa mengemudikan mobil sendiri. Meski begitu, Zella nggak bisa sembarangan mengemudikannya. Ia harus tetap fokus. Apalagi masih newbie.

Tak terasa lima belas menit telah berlalu dan kini Zella telah tiba di Saint Frances.

Begitu mobilnya memasuki halaman parkir sekolah, hampir semua pasang mata yang ada di sana terpana.

Zella turun dari mobil. Yap, dan tentu saja beberapa anak langsung pada gibahin Zella. Mereka pasti ngiri. Ya udahlah biarin. Zella nganan aja.

Kini, Zella sudah tiba di kelas. Dia langsung disambut oleh ketiga temannya.

"Nanti jadi maen kaaaaan?" Sudah pasti itu suara Tania yang pertama kali menyambar telinga Zella.

Zella lantas menghampiri Tania dan menangkup kedua pipi Tania dengan erat, "Jadiii, Tania."

"Tapi jangan malem-malem, ya," kata Zella. "Aku sebelum jam tujuh malem udah harus sampe rumah."

"Sip!" Tania mengacungkan ibu jari.

Tak lama dari itu, bel mulai pelajaran pun berbunyi. Zella segera menuju ke tempat duduknya diikuti heningnya kelas karena Mister Heru sudah datang.

•••✨•••

Nual kelaparan. Oleh karena itu, saat bel istirahat berbunyi, Nual langsung ngibrit ke kantin untuk membeli makanan.

Maklum, dulu saat hubungannya dengan Adlyn masih dekat, gadis itu akan senantiasa menyediakan sarapan dan makan malam untuk Nual. Namun sekarang sepertinya Nual harus kembali mandiri seperti sedia kala.

Nual enggan menunggu waitress datang ke tempatnya. Karenanya dia memilih menghampiri outlet penjual makanan berat sekaligus menunggu hingga makanannya jadi.

"Halo, Nual,"

Saat sedang menunggu, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi pendengaran Nual. Nual menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis dengan tinggi badan tak lebih dari bahunya memberikan cengiran kepadanya.

Tentu itu adalah Zella. Karena siapa lagi yang menyapa Nual dengan halo kalau bukan Zella?

"Elo?" Nual menautkan kedua alisnya bingung.

"Beli apa kamu?" tanya Zella tak menanggapi ucapan Nual.

"Nasgor," jawab Nual. Tumben banget Nual mau jawab. Biasanya nyengit dulu.

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang