Zella sedang galau setengah mati. Ternyata, hidup berdampingan dengan orang lain itu susah, ya? Banyak hal yang tak Zella duga datang di hidupnya. Rasanya dia lelah sekali.
Kalau sudah galau begini, satu-satunya cara untuk mengembalikan moodnya adalah dengan main bersama Bambam di pinggiran kolam renang. Ia duduk di tepian dan membiarkan kakinya terendam oleh air. Di pangkuannya, ada Bambam yang dari tadi demen banget dielus-elus Zella.
Sebenarnya, Zella kepikiran soal kejadian tadi siang di sekolah. Ia tidak menyangka semuanya akan menjadi serumit ini.
Zella bahagia dengan Evan. Dia senang. Evan bisa memperlakukannya dengan baik. Tapi, Zella juga tak bisa memungkiri bahwa setiap detik yang ia habiskan bersama Nual selalu membekas di hatinya.
Termasuk kejadian di rumah Nual waktu itu.
"Haduh kenapa pikiranku malah kesitu, sih?" Zella menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ke situ mana?" Tak disangka, Zaven tiba-tiba datang dan mengambil tempat di sebelah Zella.
"Kak Zaven? What are you doing here?" Zella menatap Zaven terkejut.
"Ke situ mana?" ulang Zaven.
"You didn't answer me." ucap Zella dengan wajah cemberut.
"You too." Zaven membalas enteng. Zella makin menekuk wajahnya.
Zaven terkekeh samar, "Aku cuma nggak sengaja liat kamu di sini. Tadi mau ke dapur ambil yogurt. Tapi waktu liat kamu di sini aku mutusin buat nyamperin."
"Oooh."
"So what did you just say? Ke situ mana?" Zaven mengulangi pertanyaannya.
Membuang muka, Zella menjawab, "Nope. Nggak ada apa-apa. Just forget it."
Sangat tidak mungkin Zella bercerita jujur kepada Zaven. Bisa-bisa Zela disleding oleh Zaven karena dikira dia melakukan hal tak senonoh. Padahal 'kan nggak separah itu...
Tapi, Zaven paling tahu jika ada sesuatu tak beres dengan Zella. Sejak kepergian Zvanya, Zaven melimpahkan perhatiannya penuh kepada Zella. Bukan pilih kasih, melainkan karena Zella telah menjadi adik perempuan satu-satunya dan ia tak mau kejadian yang menimpa Zvanya terulang kembali.
"Are you hiding something from me?" tanya Zaven final.
Ekspresi Zella tentu berubah. Tapi, ia langsung menetralkan raut wajahnya. "No. Of couse not. I'm not hiding anything from you." sahut Zella tak jujur.
"Yakin?"
Zella mengangguk cepat. "I just need more me time. You can trust me."
"Tapi kamu ga terlihat baik-baik aja, Zel." ungkap Zaven dengan mata lurus menatap sisi kiri wajah Zella.
Zella menoleh. Tapi bibirnya terkatup rapat. Matanya menyiratkan tatapan aneh.
"I hate when you tell me that everything is okay but the reality doesn't work." ujar Zaven, membuat Zella kesulitan menelan salivanya.
"Please, untuk sekarang ini kamu jangan terlalu banyak mendem. Aku dan mama, tuh, khawatir banget. Pengen rasanya suruh orang untuk kembali jagain kamu. Tapi aku tahu itu hanya bikin kamu terbeban." lanjut Zaven.
"Prioritas keluarga ini cuma kamu, Zel." ucap Zaven penuh pengertian.
Tanpa sadar, kedua pelupuk mata Zella tergenang air mata. Begitu ia berkedip, dua bulir air mata menetes dan mengalir di pipinya. Zaven yang melihatnya langsung menghapus jejak basah itu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Teen FictionSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...