"Abbas..., Abbas ditangkap polisi."
Reuben terkejut mendengarnya. Tak pernah ia sangka bahwa Abbas akan berurusan dengan pihak berwajib. Secara menantunya itu tak bertampang layaknya seorang penjahat.
"Sekarang kamu di mana?" tanya Reuben.
"Di rumah. Sharon mau ke kantor polisi, Pa. Sharon mau lihat keadaan Abbas."
"Apa kamu gila? Sudah malam begini kamu ingin pergi ke kantor polisi?" tegur Reuben.
"Tapi Sharon nggak bisa tenang kalau nggak lihat Abbas. Sharon nggak mungkin bisa tidur kalau mikirin dia,"
Reuben menghela nafas jengah. Sharon memang beda dengan Sheryn. Sheryn anak yang penurut, sedangkan Sharon lebih bandel dan keras kepala.
"Pa, Papa mau 'kan dampingin Sharon untuk bantu Abbas? Sharon nggak mau dia dipenjara," tutur Sharon melas.
Reuben terdiam sejenak lalu kembali bicara, "Saat ini Papa sedang di rumah sakit. Nual sedang kena musibah."
Lantas Sharon merasa sedih. Bahkan saat ia butuh bantuan Reuben, ayahnya itu lebih memperhatikan Nual.
"Sharon, jika Abass terbukti tidak bersalah, tanpa kamu bantu pun dia akan bebas. Jangan tinggalkan rumah malam ini. Kalau kamu ingin menengok Abbas, tengoklah ia besok," ungkap Reuben.
Sharon menggerutu dalam hati. Ia mau Abbas malam ini, bukan besok!
"Papa matikan teleponnya," Secara sepihak, Reuben memutus panggilan antara dirinya dengan sang anak.
Sepanjang obrolan tadi, Evan, Eze dan Archie menyimak dengan serius. Tentu mereka tahu intisari pembicaraan Reuben dan Sharon. Alasan mengapa Abbas ditangkap polisi, mereka juga tahu.
"Maaf, pembicaraan kamu tadi tersela. Kamu bisa lanjutkan, Evan," kata Reuben.
Evan mengangguk kecil, lalu mulai bercerita.
"Begini, Opa, sebenarnya musibah yang menimpa Nual malam ini karena perbuatan Om Abbas," Evan bicara dalam satu tarikan nafas.
"Abbas?" Untuk kesekian kalinya, Reuben terkejut.
"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?" Reuben bertanya dua pertanyaan sekaligus. Wajahnya memerah dan rahangnya mengeras.
Evan berusaha menjelaskan dengan detail kronologi kejadian terlukanya Nual dan Zella. Reuben menyimak sungguh-sungguh.
"Nual melindungi Zella, Opa. Dan peluru yang ditembakkan Om Abbas tidak mengenai kepala Zella tapi justru menembus badan Nual dan sekarang di dalam badan Zella," Evan mengakhiri ceritanya.
"Kurang ajar!" Reuben nyaris teriak kalau ia tidak sadar sedang berada di rumah sakit.
"Ternyata Abbas berpura-pura selama ini," kata Reuben penuh emosi.
"Itulah mengapa Om Abbas ditangkap polisi, Opa. Selama ini dialah orang yang juga meneror kami," timpal Evan.
"Betul-betul brengsek, dia!" ucap Reuben,
"Kalau begitu saya tidak akan membiarkan dia bebas. Dia harus dipenjara. Apapun alasannya, melukai orang lain bukanlah sebuah pilihan." imbuhnya.
"Betul itu," Archie tiba-tiba menyahut. Bahunya langsung disenggol Eze.
"Terima kasih atas perhatian kalian semua. Sekarang bagaimana keadaan Nual dan temannya?"
"Kami belum tahu pasti, Opa. Semoga mereka baik-baik saja," jawab Evan.
Tiba-tiba pintu ruang penanganan Zella dibuka. Seorang dokter perempuan keluar dari dalam sana dengan masih memakai jubah hijau. Lyra dan Zaven yang sejak tadi berdiri langsung menghampiri dokter itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Teen FictionSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...