60 | Sad Smiles

210 23 5
                                    

Chapter 60!🎉

Sebelum baca part ini, aku mau bilang makasih buat kalian yang selalu menantikan cerita ini. Love you so much!

Jangan lupa vote, comment dan follow akun author supaya dapat notif pesan yang bermanfaat banget buat para Saturners!🤗

Happy reading oll!

•••

"Uh, akhirnya lega juga," Zella menepuk perutnya sembari membuka pintu toilet dan keluar dari sana. Namun baru beberapa langkah, Zella berhenti karena ia tidak menemukan Nual.

"Loh, Nual ke mana?" Zella menoleh ke kanan dan ke kiri. Kebetulan, Nual mengajak Zella ke toilet yang agak jauh dari lapangan. Karena toilet tersebut adalah toilet yang paling dekat dengan bangku taman.

Zella mengernyit samar. Ia hanya melihat segelintir siswa yang riwa-riwi di dekatnya.

"Apa Nual udah ke temen-temen?" Zella bertanya pada dirinya sendiri sambil tetap celingukan mencari Nual. Siapa tahu Nual mengerjai dirinya. Namun, sepertinya cowok itu benar-benar pergi.

Zella menghela nafas pelan. Entah kenapa hatinya jadi sedih.

"Ya udah aku langsung ke temen-temen aja, deh," Zella berujar setengah hati.

Gadis itu beranjak dari depan toilet. Tetapi baru beberapa langkah, tiba-tiba lampu padam dan lapangan menjadi gelap. Seketika suasana lapangan menjadi ricuh. Terdengar jeritan kaget para peserta festival.

Zella spontan menghentikan langkah. Ia berusaha tenang. Sebenarnya masih ada cahaya dari langit dan lampu gedung sekolah. Namun tetap saja padamnya lampu yang menyinari lapangan mengaburkan pandangan.

Zella menunduk dan meraba sling bag-nya. Ia berniat mengambil handphone untuk menyalakan senter. Setelah senter menyala, Zella mengarahkan handphone-nya ke jalan di hadapannya dan mulai berjalan.

Kresek... kresek...

Zella mendengar suara seperti langkah kaki di atas rumput kering. Jelas saja Zella merasa was-was. Gadis itu berhenti dan mengarahkan senter ke samping kanan dan kirinya.

"Siapa?" Zella bertanya dengan suara agak lantang. Namun tak ada jawaban.

Zella jadi kepikiran Nual. Harusnya Nual ada di sisinya saat ini sehingga Zella nggak perlu setakut ini. Atau jangan-jangan itu suara langkah kaki Nual?

"Nual? Itu kamu, ya?" Zella bertanya lagi. Satu detik, dua detik, tiga detik. Lagi-lagi tak ada jawaban.

Zella mulai ketakutan sekaligus penasaran dengan siapa dibalik suara langkah kaki itu. Zella pun berbalik ke belakang. Tetapi dia tidak menemukan siapapun. "Huh, nggak ada siapa-siapa," gumam Zella.

"Ah, mending aku cepet-cepet ke lapangan, deh," Zella kembali berbalik dan bersiap melangkah, namun tiba-tiba sesuatu menyentuh bahunya. Zella refleks berbalik.

Sayang, belum sempat melihat jelas siapa yang menyentuh bahunya, orang itu menampar pipi Zella begitu kencang hingga Zella tumbang dan tak sadarkan diri. Zella pingsan.

•••✨•••

Begitu menemukan dompet Adlyn tergeletak di tanah, Nual langsung mencari gadis itu. Nual sampai melakukan spam call karena sungguh khawatir. Namun Adlyn sama sekali tidak mengangkatnya.

Nual bingung harus mencari ke mana. Belum lagi tiba-tiba lampu mati dan Nual terjebak di kerumunan anak-anak cewek kelas sepuluh yang super alay. Jadi, bisa kebayang betapa pusingnya Nual saat ini.

Sementara itu, kepala sekolah St. Frances berdiri di atas panggung dan berbicara menggunakan toa agar para siswa tetap tenang sampai panitia berhasil menyalakan lampu kembali.

Setelah hening beberapa saat, akhirnya listrik kembali menyala. Kerumunan pun bubar dan acara kembali berjalan normal. Nual segera pergi menuju backstage di mana panitia berkumpul.

"Yan, lo liat Adlyn ngga?" Berhubung Ian adalah orang pertama yang Nual lihat, jadilah ia bertanya pada cowok itu.

"Adlyn?" Kening Ian berkerut, "Kayanya tadi dia bilang mau nyari makan, deh."

"Nyari makan? Orang dompetnya sama gue," Nual mengangkat dompet itu hingga setara dengan kepalanya.

"Wah, kalo itu kurang tau gue. Soalnya tadi dia main nyelonong gitu aja,"

"Sendirian?" Nual bertanya, lagi.

Ian mengangguk, "Mungkin lima sampe sepuluh menit yang lalu. Kenapa?"

"Harusnya kalo dia nyari makan, dia sadar kalo dompetnya jatoh. Tapi dia ga balik, ya?"

Ian menggeleng, "Tapi 'kan barusan lampu mati. Bisa aja dia terjebak di tengah lapangan."

Nual menghela nafas. Jujur dia khawatir. Bagaimana pun juga, dia dan Adlyn pernah dekat dan saling melengkapi. Pasti ada kecemasan tersendiri. Ah, harusnya Adlyn tidak sedang di rumah Nual saat mobil jeep itu memantaunya.

"Ian, Ian, lo tau dompet gue, gak?" Seruan Adlyn tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Nual otomatis menoleh ke belakang.

"Dlyn," panggil Nual dengan suara pelan.

"Nual!?" Adlyn terkejut dengan kehadiran Nual, "Kamu ngapain di sini?"

Entah mengapa, hati Nual terasa lega saat melihat keadaan Adlyn baik-baik saja.

"Bentar. Dompet aku ilang," Adlyn ingin menghampiri Ian, namun tangannya dicekal oleh Nual.

"Dompet lo ada sama gue," Tangan Nual yang satunya mengangkat dompet itu hingga sejajar dengan wajah Adlyn, "Nih."

Adlyn nampak terkejut. Ia mengambil dompet itu, "K-kok, bisa ada sama kamu?"

"Menurut lo?" Nual menghempas tangan Adlyn, "Lain kali bisa nggak, sih, hati-hati? Gue tau lo sibuk ngurusin festival. Tapi bukan berarti lo jadi ceroboh."

Adlyn menghela nafas pelan, "Iya..., maaf. Aku dari tadi lari-lari."

"Untung yang nemuin gue. Coba kalo orang lain? Bisa-bisa mati kelaparan lo,"

"Ih, mulut kamu jahat banget, sih!" Adlyn menggerutu tak suka.

Nual tak memedulikan ucapan Adlyn, "Ya udah sekarang beli makan. Gue mau ke temen-temen yang lain."

Adlyn mengangguk-angguk tanda mengerti, "Makasih, ya, Nual."

Nual mengangguk singkat lalu langsung melengos dari hadapan gadis itu untuk menemui teman-temannya. Namun, di tengah perjalanan, Nual teringat sesuatu.

"Shit!" Cowok itu menggeram pelan sambil menepuk jidat, "Gue ninggalin Zella!"

Bodohnya Nual karena ia terlalu fokus pada dompet jatuh milik Adlyn dan berspekulasi bahwa terjadi sesuatu pada Adlyn sampai ia meninggalkan Zella begitu saja.

Cepat-cepat Nual berbalik dan berlari menuju toilet dekat taman sekolah. Namun saat tiba di depan bilik toilet, ia tidak melihat Zella. Tanpa pikir panjang, Nual mendobrak bilik toilet satu persatu. Sayang, hasilnya nihil. Nual mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Lo di mana, sih?" Nual menggerutu sebal sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Sepintas ide muncul di benaknya. Dengan cepat Nual mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Zella.

Nada berdering. Ada secercah harapan timbul di hati Nual. Setidaknya ponsel Zella aktif. Tapi... sebentar...

Nual menoleh ke sebelah kiri dan untuk kesekian kalinya ia mengumpat karena handphone Zella tergeletak manja di atas tanah dengan layar menyala, "Bangsat!"

•••✨•••

Tenang tenang... kita harus tetap berpikir positif, ya. Kita berdoa supaya ga terjadi apa-apa😊

Next update? Secepatnya yah! Tunggu aja ok😉

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang