36 | Always By Your Side

285 47 27
                                    

"Jadi, maksud lo ada yang neror adek gue? Gitu?" Zaven menatap nyalang ke arah Evan. Zaven tak memercayai apa yang dikatakan Evan. Siapa yang meneror Zella? Apa tujuannya? Ada-ada saja.

"Ini semua pasti akal-akalan lo 'kan? Gue udah bilang kalo Zella anaknya polos. Lo pasti sengaja memanfaatkan situasi itu untuk ngerjain dia, iya kan?"

Zaven sudah mau maju selangkah untuk mencengkram kerah Evan. Tapi, Lyra yang ada di sana menahan sang anak agar tak terbawa emosi.

"Ini semua salah paham. Saya sama sekali nggak ada niatan ngerjain Zella, Tan." Evan memilih berbicara dengan Lyra karena wanita itu jelas lebih pengertian.

"Ga usah bohong lo." cibir Zaven.

"Saya juga nggak sengaja menemukan kotak itu di depan gerbang rumah Tante. Awalnya saya mau larang Zella untuk membuka kotak itu. Tapi Zella nggak dengerin kata-kata saya, Tan."

Evan sama sekali tak menanggapi Zaven. Bukan karena ia kurang ajar. Melainkan Evan tahu kalau ia meladeni Zaven, Zaven akan makin tersulut emosi.

"Jadi lo nyalahin adek gue?" Lagi-lagi, Zaven menuduh Evan.

"Zaven, Mama minta kamu berhenti." tegur Lyra. Tenang tapi tegas.

"Tapi, Ma—"

"Nggak semua hal diselesaikan dengan emosi, Zaven. Kita harus ngerti. Jangan main hakim sendiri." potong Lyra, membuat Zaven mau tak mau mengalah.

"Evan, Tante percaya sama kamu kalau kotak itu nggak ada kaitannya dengan kamu." Lyra berujar kepada Evan, "Tapi, siapa kira-kira yang melakukan itu? Apa kamu tahu siapa pelakunya?"

Evan menggeleng karena dia tidak tahu siapa orang yang sudah tega menaruh kotak berisikan boneka barbie tanpa kepala yang berlumuran darah di depan rumah Zella.

"Baru kali ini ada kejadian seperti ini," ujar Lyra dengan suara sangat pelan.

Wanita itu mendekati Zella yang masih terbaring pingsan di sofa. Lyra memandangi wajah pucat Zella yang entah nantinya anak itu akan sadar kapan. Terlihat raut wajah lyra menyendu tanda sedih.

"Berarti, tadi waktu kamu datang, kotak itu sudah ada lebih dulu di depan rumah Tante. Begitu 'kan, Evan?" Lyra bertanya.

"Ya, Tante." Evan menjawab.

Seperti kejadian yang sesungguhnya, Evan bahkan tak sengaja menemukan kotak itu. Andai kakinya tak menyentuh kotak itu, Evan mungkin tidak mengetahui dan beralih mengambilnya.

Tapi sebentar...  sepertinya Evan teringat akan suatu hal.

"Apa di rumah Tante ada CCTV? CCTV ke arah depan rumah." celetuk Evan.

"CCTV?" Lyra menggeleng, "Kami hanya pasang CCTV di dalam rumah, Van. Memang kenapa? Kamu lihat sesuatu?"

Evan mengangguk cepat, "Sebelum saya sempet parkir di depan rumah Tante, saya lihat ada mobil jeep di depan rumah ini. Saya pikir itu tamu. Tapi dugaan saya salah karena Zella bilang dia habis main sama Bambam."

"Mobil jeep?" Zaven menautkan kedua alisnya. "Parkir di depan rumah gue?"

"Iya, Kak." Evan menjawab.

"Kayak gimana mobilnya?" tanya Zaven.

"Nggak begitu jelas, sih, Kak." Evan menyahut.

"Warna?"

Evan berpikir sejenak, "Black doff mungkin?" Dia menjawab dengan ragu.

"Black doff..." gumam Zaven sambil berpikir, "Kayaknya sebelum gue masuk ke kompleks, gue sempet papasan sama mobil yang lo maksud."

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang