I HATE HER!

142 17 2
                                    

"Kerja apa?"

Aku menjepit ponsel diantara telinga dan bahu sementara aku mencuci tangan di wastafel.

"Bantu-bantu di klinik mbak, ditawarin dosen, lumayan kan mbak buat nambah pengalaman." Abimanyu di seberang sana mencoba meyakinkanku. Sebelumnya dia memberitahuku bahwa dia akan bekerja paruh waktu di sebuah klinik untuk memperbanyak pengalamannya.

"Ganggu skripsimu nggak?"

"Nggak mbak, malah bisa bantu skripsiku banget, boleh ya, please?"

Aku mengangguk-anggukkan kepala. "Yaudah, tapi kalau kira-kira udah mulai kewalahan, berhenti ya?"

"Siap mbak."

Aku menghembuskan napas berat sambil menatap bayanganku sendiri di cermin setelah selesai berbicara dengan adik keduaku di telepon, merapikan kerudung sebentar, setelah itu keluar dari toilet. Saat aku sedang berjalan kembali ke meja dimana Chris berada itulah, aku melihat seorang perempuan cantik bertubuh langsing dan tinggi sedang berdiri di dekat meja dan mengobrol dengan Chris. Yang membuatku diserang panik ialah laki-laki yang sedang berdiri di sebelahnya, Alvin. Baru saja aku akan membalikan badan namun Chris lebih dulu melihatku dan mereka berdua otomatis menoleh ke arahku, membuatku lesu seketika. Susah payah aku menghidarinya tapi malah bertemu di sini, sempurna.

"I told you, she'd turn up!" Katanya penuh semangat dengan senyumnya yang cerah.

"Hai mbak Diana, apa kabar?" Julie menyapaku lebih dulu dengan ramah. Tapi aku malah tidak suka, aku merasa dia terlalu overqualified sebagai seorang perempuan. Cantik, smart dan penampilan serta perangainya membuat siapa saja sangat mudah tertarik padanya. Singkatnya, aku iri.

Aku hanya tersenyum samar. "Hai, Julie. Akhirnya kita ketemu lagi."

Dalam hati aku mengutuk diriku sendiri yang tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak sukaku. Meskipun aku memaksakan sebuah senyum, aku yakin itu terlihat tidak tulus. Aku sengaja tidak memerhatikan Alvin yang berdiri di sebelah Julie, kuyakin dia terkejut mendapati aku dan Chris disini. Aku bisa mengerti jika dia memikirkan hal yang aneh-aneh, dia tidak tahu kalau aku sudah bertemu dengan Chris sebelumnya.

"Chris, this is everybody. You met Alvin an hour ago, and this is Julie." Aku mencoba bersikap ceria saat mengenalkan Julie pada Chris.

"Sure, Alvin already did."

"Oh," hanya itu responku.

"Boleh kita gabung?" Julie meminta izin. Hal yang kukhawatirkan.

"Sure." Jawabku. Tentunya aku tidak bisa menolak kan? Lalu aku menoleh ke arah Chris dan menjelaskan. "They asked to join us,"

Kedua mata Chris melebar dan senyumnya mengembang.

"It would be wonderful."

Aku benar-benar tidak menikmati makan siang. Mereka mengobrol dan tertawa gembira sementara aku hanya sebagai pengamat saja. Sesekali tersenyum atau mengiyakan saat ada yang menanyakan pendapatku tentang sesuatu. Sepertinya Chris sudah melupakanku melihat betapa asiknya dia mengobrol dengan Julie dan tatapannya itu sangat melekat. Aku harus mengakui, aku sama sekali tidak ingin melihat pemandangan ini.

Dan sudah hampir sebulan aku tidak pernah makan satu meja dengan Alvin, dan selama itu pula aku mencoba merawat hati dari sakitnya patah hati. Tidak kusangka hari ini aku harus menyaksikan dia memandang Julie penuh cinta setiap kali Julie berbicara. Baiklah, mungkin tatapannya tidak sedramatis yang kugambarkan, tapi bagiku yang sudah ditolaknya mentah-mentah, ini adalah siksaan.

"Hei, Diana. He's talking to you."

Aku tersentak dan menatap Chris yang duduk di sebelahku.

"Sorry?" tanyaku agak linglung.

After Their WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang