PILIHAN SULIT

127 15 3
                                    

Ketika sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Kepalaku bocor dan tidak sadarkan diri. Tapi aku masih beruntung karena hanya mendapat lima jahitan. Selain kepalaku yang masih terasa berat dan pusing juga leherku yang masih sedikit sakit akibat cekikan, aku baik-baik saja. Aku tidak mengalami seperti apa yang dikhawatirkan Hannah. Dia meneleponku sambil menangis kemarin. Rupanya setelah menerima pesan SOS dariku, dia langsung menghubungi Chris yang kebetulan saat itu tengah dalam perjalanan kembali ke apartemenku untuk mengantar titipan Jane yang tertinggal di mobilnya. Aku bersyukur belum mengganti sandi pintu apartemenku sejak berpindah kepemilikan, aku tidak tahu apa yang terjadi kalau Chris tidak datang. Lalu aku menelepon Andre setelahnya untuk memberi kabar bahwa aku sudah baik-baik saja. Dia sempat menghubungiku berkali-kali namun tidak terjawab, jadi dia menghubungi Rina dan Rossie yang datang menjengukku tadi pagi.

Orang yang pertama kuhubungi begitu aku sadar tentu saja ibu. Aku tidak ingin membuatnya khawatir jadi aku hanya memberitahu kejadian penyerangan itu secara garis besar saja. Tentu saja aku tidak memberitahunya bahwa kepalaku bocor dan sekarang aku di rumah sakit. Ibu pasti akan histeris dan kesehatannya akan menurun karena itu. Mbak Yuni adalah orang yang kuberitahu secara detail karena secara fisik dan mental, dia lebih bisa menyikapi dengan tenang kejadian yang menimpaku.

Sayangnya si penyerang berhasil lolos. Perhatian Chris lebih terkonsentrasi dengan keadaanku saat kejadian, jadi saat si penyerang berusaha meloloskan diri, Chris terpaksa membiarkannya. Tapi dia berjanji padaku bahwa polisi akan segera menangkapnya. Dia sudah memberikan keterangan yang dibutuhkan pihak kepolisian sedetail mungkin. Dia mengaku sempat melihat wajahnya meskipun hanya beberapa detik tapi jika bertemu lagi dengan orang itu, dia pasti akan mengenalinya. Namun ada satu hal yang Chris sesali saat itu, yaitu kenapa dirinya tidak meminta bantuan sekuriti yang saat itu sedang berjaga. Namun semuanya sudah berlalu, Chris datang tepat pada waktunya saja adalah sebuah mukjizat.

Satu-satunya orang yang belum dimintai keterangan oleh pihak kepolisian adalah aku. Chris memberitahuku bahwa hari ini akan ada polisi yang datang. Seumur hidup aku tidak pernah berurusan dengan kepolisian untuk urusan seperti ini, jadi aku merasa sedikit tegang. Apalagi aku belum benar-benar bisa mengingat kejadiannya karena masih syok, aku takut memberikan keterangan yang salah.

"Just relax, okay?" kata Chris menenangkanku sambil menepuk bahuku pelan.

Aku mengangguk pelan. Dia lalu berjalan ke salah satu kursi tak jauh dariku dan duduk disana sementara dua orang polisi dengan pakaian dinas lengkap sudah bersiap di depanku.

Ternyata tidak semenegangkan yang kubayangkan. Tidak seperti yang pernah kulihat di filem-filem aksi. Aku ditanyai dengan delapan puluh tiga pertanyaan selama kurang lebih tiga setengah jam, dua puluh lima persennya aku menjawab tidak yakin karena memang aku tidak yakin.

"Apakah anda memiliki saudara di Jakarta atau sekitarnya?" tanya salah satu polisi wanita sesaat setelah menyelesaikan interogasinya.

Aku menggeleng pelan. "Tidak ada, memangnya ada apa?"

"Selama pelaku belum ditemukan, sebaiknya anda tinggal dengan seseorang di tempat yang aman. Akan sangat beresiko jika kembali ke apartemen."

Aku mengangguk lemah menyetujui gagasannya meskipun belum terpikirkan olehku dengan siapa aku akan tinggal.

"Baiklah, terimakasih atas waktunya. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk mengungkap kasus ini."

Aku kembali mengangguk.

Chris kemudian mengantar dua petugas polisi itu sampai pintu. Berbincang-bincang sebentar entah membicarakan apa lalu berjalan kembali menuju tempat dimana aku berbaring.

"Well, jadi kamu tidak punya saudara di sini. Adakah teman yang bisa kamu mintai bantuan untuk urusanmu yang satu ini?"

Aku menggerakkan bola mataku. Berpikir.

After Their WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang