ke-13

1.8K 223 6
                                    


Satu jam sebelumnya

Meski belum sepenuhnya mengerti akan situasi ditambah dengan Agung masih bungkam seakan hanya untuk mengatakan satu katapun terasa berat. Meisie berusaha keras memutar otaknya mencari jawaban atas apa yang terjadi kepada saudara laki-lakinya ini, Meisie menyadari pakaian yang dikenakan Agung sangat bagus.

Tataan rambutnya rapi meski sudah sedikit berantakan dikarenakan Agung mengacak rambutnya frustasi, hidung Meisie juga mencium aroma wangi maskulin dalam diri Agung. Bukan berarti saudaranya itu tidak wangi sebelum-sebelumnya hanya saja malam ini Agung terlihat sangat tampan dan juga sexy.

"Gue lihat-lihat dari segi pakaiannya kek mau kencan. Ini menakjubkan apa horor ya seorang Agung si hati baja mau meluangkan waktunya buat  kencan." Gumam Meisie heran memperhatikan lelaki tampan dihadapannya. Semua anak Allezord mengetahui betapa cueknya Agung dalam urusan percintaan, bahkan jika kedapatan Agung berkencan itu akan menjadi berita hangat disekolah mungkin disekolah lain juga.

"Kalau kencan tapi kok nangis."

"Mungkin dia lupa bawa dompet kali saat bayar, trus ceweknya kesal dan nampar dia deh sebagai nutupin rasa malunya lalu pergi gitu aja."

"Waw parah juga kalau itu beneran kejadian." Meisie asik dengan pemikiran konyolnya mengenai Agung sampai tidak menyadari sedari tadi Agung mendengarkan ocehannya.

Agung tidak marah atau merasa tersinggung malah sebaliknya, Agung tersenyum melihat tingkah Meisie. Agung mengelus lembut rambut Meisie, disaat itu Meisie baru sadar lalu tersenyum kikuk.

"Makasih ya dek. Makasih udah jadi adeknya Abang." Agung tersenyum sangat manis, Meisie terpaku melihat senyuman Agung. Dia dapat merasakan ketulusan dari senyuman Agung dan mengetahui juga jika Agung memang benar menyayanginya sebagai saudara. Elusannya terasa sangat lembut tanpa adanya niat terselubung didalamnya.

"Bang lo jangan kek gini lagi deh, ngeri gue lihatnya. Berasa lo bukan orang yang gue kenal." Ketus Meisie menatap Agung tidak suka. "Datang-datang malah nangis sampai gue jadi mikir kemana-mana."

"Laper nggak?" Bukannya menjawab Agung malah mengalihkan pembicaraan. Meisie menggeleng ragu, dia merasa tidak lapar namun tidak juga merasa kenyang.

"Makan diluar mau? Abang belum makan."

Daripada pesanannya di hotel hangus lebih baik Ia gunakan untuk makan bersama Meisie. Sebenarnya Agung sudah memesankan tempat untuknya makan malam bersama Mysha. Agung belum beruntung acara makan malam yang sangat diinginkannya batal, mungkin dilain waktu ada kesempatan untuk makan malam bersama pujaan hati.

"Asikk ditraktir hehe bentar Bang mau ganti baju dulu sekalian siap-siap." Tanpa dikomando Meisie pergi ke kamar tetapi saat menaiki anak tangga dia berhenti sebentar lalu menoleh melihat Agung.

"Bang."

"Hmm?"

Cukup lama Meisie diam sebelum melanjutkan kalimatnya. Agung keheranan terbukti dengan satu alis matanya terangkat keatas menandakan dia bingung dan juga penasaran kenapa Meisie memanggilnya.

"Malam ini gue jadi tahu satu fakta tentang Agung Deijck, dia manusia normal yang bisa menangis juga."

****

Agung memandangi Meisie yang tampak tenang menyantap hidangan yang disajikan diatas meja, tanpa takut orang berpikiran buruk tentangnya contohnya seperti kelaparan atau tidak pernah mencicipi makanan enak sebelumnya.

"Bang makan sebelum gue abisin nih." Meisie bukannya merasa risih atau grogi dipandang oleh lelaki tampan seperti Agung. Dia tidak mau disini hanya dirinya saja yang makan biar bagaimanapun Meisie menyayangi Agung meski hanya sebatas adek dan kakak.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang