ke-63

1.5K 190 29
                                    


Insiden naas tidak disengaja itu menghebohkan seisi sekolah karena begitu mencolok dan susah untuk pergi sembunyi-sembunyi. Selain karena kejadian tersebut terjadi disekolah juga disebabkan oleh darah ditubuh Mysha yang merembes diseragamnya lantas mengundang hampir seluruh perhatian mereka semua.

Jelas terlihat jelas kepanikan dimata mereka sekaligus ketakutan begitu juga dengan Meisie yang selalu setia mendampingi Mysha. Tak terkecuali dengan Thony yang sudah menunggu diparkiran, saat mendapati telepon dari Meisie yang mengatakan Mysha terluka langsung saja dia berlarian ke parkiran sekolah berguna untuk menyiapkan mobil.

"Sha, jangan nyander dimobil makin sakit nanti punggung kamu." Cegah Meisie menahan tubuh Mysha yang bersiap bersandaran dikursi mobil.

"Aku mah bodomat mobil Thony kena darah kamu, kotor sekalipun nih mobil juga engak masalah. Tapi aku nggak mau luka kamu tambah parah." Ungkap Meisie mengeluarkan kecemasannya sebelum sempat Mysha membuka suara.

Thony yang memperhatikan pasangan bucin melalui kaca spion mobilnya berdecih. Dia berasa jadi nyamuk, tau begini sebaik-baiknya tadi ia juga meminta Zanna untuk ikut bersamanya.

"Aku sandaran dibahu kamu aja ya Sie." Mysha langsung menyandarkan kepalanya di bahu Meisie tanpa menunggu Meisie mengijinkannya dahulu.

"Iya itu lebih baik dan aman." Senyum Meisie seraya mengusap kepala Mysha.

Mysha ikut tersenyum dan membenarkan perkataan lebih tepatnya pernyataan Meisie barusan. Memang terasa lebih aman dan juga terasa sangat baik berada dalam posisi ini dia sampai memejamkan kedua matanya untuk menikmati momen manis ini.

"Sha, kamu jangan tidur. Itu justru buat aku makin takut sumpah." Akui Meisie jujur, dia sungguh merasa takut.

Bukannya Meisie tidak mengijinkan Mysha tidur namun ia takut kalau Mysha tidak membuka matanya lagi akibat luka yang diberita.

"Sie jangan takut. Aku merasa baik-baik aja malah aku nggak ngerasain sakit saat bersama kamu." Segera Mysha mengenggam tangan Meisie bertujuan menenangkan kekasihnya.

"Nggak ngerasain sakit apasih Sha. Itu kacanya aku yakin masih ada bersarang ditubuh kamu. Plis Sha jangan anggep remeh, baju kamu aja berubah jadi warna merah." Ujar Meisie sedikit kesal lagi-lagi mendapati sikap santai Mysha disituasi darurat.

"Maafin aku Sie." Ucap Mysha mengelus tangan Meisie. "Kamu tenang ya, lihat kamu takut gini malah buat aku ikutan takut juga."

"Thon bisa cepatan gak sih bawa mobilnya, nggak liat apa ya keadaan darurat gini. Tau gini gua telponan ambulan aja tadi." Gerutu Meisie pada Thony yang dianggap lambat melanjukan mobil.

Padahal Thony sudah berusaha semaksimal mungkin mengendarai mobilnya cukup kencang sekaligus juga memikirkan keamanan mereka bertiga.

"Bacot lu Sie. Nggak cuma Mysha doang nanti yang masuk rumah sakit tapi kita berdua juga. Segini masih lu minta lebih cepat lagi." Ujar Thony melirik Meisie sebentar lalu melihat Mysha yang diam memperhatikan.

"Lagian lu tenang aja, pacar es lu itu kan bukan manusia biasa." Lanjutnya kemudian fokus kembali menyetir.

"Biar gimanapun, Mysha juga bisa ngerasain sakit. Dia aja yang nggak mau bilang, nggak buta kan lu buat liat luka parah dia?!" Meisie sedikit menaikkan nada suaranya, merasa heran bercampur marah melihat sikap dua sepupu itu yang tidak menunjukkan ketakutan mereka.

"Sayang udah ya."

Mysha menengahi keduanya untuk jangan berdebat lebih jauh lagi. Melihat mata Meisie berkaca-kaca segera saja Mysha mengalihkan pandangannya, tidak kuasa untuk menatap Meisie lebih lama.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang