ke-18

1.8K 191 7
                                    


"Haha bucin lo!"

"Nggak usah ditanyain lagi kebucinan Fidel ke dede Meisie udah level atas coy."

Pagi-pagi Fidelya sudah diledek oleh kedua kawannya mengenai perlakuan dia terhadap Meisie. Sementara yang diledek memutar mata malas mendengar ocehan temannya. Iva maupun Deo sudah mengetahui perasaan Fidelya ke Meisie jadi Fidelya tidak akan ragu lagi bercerita ini ke mereka dan kabar bagusnya kedua kawannya tersebut tidak mempersalahkan kelainan seksual Fidelya, bagi mereka selama Fidelya bahagia dan tidak merugikan orang lain.

Mereka berada dikantin sekolah, keadaannya masih sepi hanya ada mereka bertiga disana dengan menyantap makanan. Mereka terlalu rajin datang ke sekolah sepagi ini atau memang kebanyakan murid Allezord malas datang terlalu pagi. Awalnya Fidelya ingin berangkat bersama Meisie namun Meisie mengabarinya untuk berangkat duluan karena dia sudah janji berangkat bersama Agung.

"Deo lo bisa nggak sih nggak usah manggil Meisie pake embelan dede? Geli tau?!" Protes Fidelya tiap mendengar panggilan sayang Deo untuk Meisie.

"Geli atau lo nggak terima Del?" Tanya Deo sengaja menggoda sahabatnya. Fidelya termasuk orang yang cuek tetapi dia akan berubah menjadi sensitif jika berhubungan dengan Meisie.

"Rese lo mah." Kesalnya sambil melempari sedotan kearah Deo. Sedotan itu mulus mengenai wajahnya membuat Deo merenggut kesal.

"Gue setuju sama Fidel, alay lo Deo belum aja ditonjok Agung ngerasa jijik adek kesayangannya dipanggil dede sama lo." Iva menimpali merasa mual. Mengetahui Iva berada di pihaknya membuat Fidelya memberikan dua jempol untuk Iva. Lalu keduanya berhigh five sebagai bentuk kemenangan.

"Gini aja kompak lo pada ya, setan emang." Deo ngedumel tapi keduanya tidak peduli lebih memilih melanjutkan makan yang terhenti tadi.

"Nggak ada makanan ya dirumah kalian? datang pagi buat makan doang."

Ketiganya sontak menoleh ke sumber suara dan mendapati Agung sudah ada dimeja mereka berserta dengan Meisie. Panjang umur memang baru juga dibicarakan, Fidelya melempar senyuman manis kearah Meisie yang langsung dibalas senyuman manis pula oleh Meisie.

"Sie sini disamping Kakak." Pinta Fidelya terdengar sangat lembut. "Lo geser sana." Fidelya mendorong kasar Agung yang duduk disebelahnya.

"Njir santai kali Del." Meski kesal diusir secara tidak hormat Agung tetap menuruti perintah Fidelya dan duduk disebelah Deo. Perhatian kecil Fidelya ke Meisie tidak lepas dari pandangan kedua kawannya dan mereka tersenyum memperhatikan.

"Belum puas apa semalam udah sama Meisie mulu, sekarang gantian lah. Sie duduk sebelah Abang aja." Ujar Agung memegang tangan Meisie dan langsung saja dapat tatapan tajam dari Fidelya.

"Gung lepas nggak?"

"Nggak!"

"Cukup ya tadi gue ngalah sama Lo udah biarin Meisie berangkat bareng lo."

"Meisie adek gue ya wajarlah." Ucap Agung tidak mau kalah begitu juga dengan Fidelya. Meisie yang melihat Abang sama Kakaknya berdebat memperebutkan dirinya dibuat pusing pagi-pagi. Deo dan Iva malah sebaliknya mereka menikmati adegan didepan mata yang dianggap tontonan seru.

"Meisie juga adek gue!" Sewot Fidelya. "Lepas tangan lo banyak virus." Karena kesal Fidelya memukul tangan Agung menggunakan sendok alhasil pegangan Agung terlepas dari lengan Meisie dengan segera Fidelya menarik tangan Meisie untuk duduk disebelahnya.

"Gila lo sakit njirr." Ringis Agung mengelus tangannya terlihat kemerahan disana. Fidelya memukul tidak pake hati cukup keras untuk mendapatkan bekasan.

"Bodomat."

"Perkara duduk aja ribut keburu laper." Keluh Meisie mengelus perutnya, dia tidak sarapan terlebih dahulu tadi.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang