Setibanya ditempat yang telah ditentukan tadi rupanya mereka tidak menemukan keberadaan Nuria dan Zanna disana. Tempat itu kosong namun rapi seakan ruangan ini belum didatengi ataupun disentuh seorangpun. Jelas ini mendatangkan tanda tanya di kepala Meisie sementara Mysha terlihat biasa saja malah dia terlebih dahulu duduk di sofa empuk itu seolah-olah tempat ini adalah miliknya."Nggak capek berdiri terus?" Tanya Mysha melihat Meisie masih belum juga duduk.
Meisie mendekat duduk disebelah Mysha. Matanya tidak lepas menjelajahi area ruangan ini seakan ini pertama kali ia datang ke sini. Bukannya terbalik ya? Mysha seharusnya yang begitu tapi ini malah Meisie.
"Kok Nuria sama Zanna nggak ada ya?" Meisie masih kebingungan dengan keberadaan ke dua temannya. Mysha tidak menjawab melainkan mengambil majalah diatas meja untuk ia baca.
"Sha."
"Hm."
"Mysha!"
"Kenapa Sie?" Bibir Mysha merespon tidak dengan matanya. Matanya fokus melihat dan membaca majalah di tangannya. Jika sudah fokus Mysha sulit untuk di ganggu, melihat Mysha mengabaikannya Meisie mendengus kesal.
"Kamu nggak denger aku ngomong ya?" Meisie menahan rasa kesalnya. Sebenarnya Meisie tipe orang yang tidak suka di abaikan dan dia juga bukan orang sabar.
"Aku denger cuman aku nggak tahu mereka dimana." Mysha tidak menyadari hawa kekesalan perempuan disebelahnya yang kini menatap tajam ke arahnya.
"Orang ngomong itu dilihat Sha." Meisie merebut majalah ditangan Mysha. Meisie merutuki majalah tersebut karena sudah menyita perhatian Mysha.
"Semenarik itu majalah daripada aku?" Bibir Meisie cemberut matanya menatap tajam Mysha. Bukannya terusik di ganggu saat fokus Mysha malah tersenyum melihat kelakuan Meisie. Cemburu sama majalah? Konyol namun juga lucu.
"Maaf ya." Mysha mengelus pipi lembut Meisie. Melihat senyuman terukir dibibir tebal sekaligus sexy milik Mysha membuat Meisie ikut tersenyum juga.
"Coba kamu hubungi salah satu dari mereka trus tanya dimana sekarang." Mysha memberi saran daripada diam kebingungan lebih baik tanya ke orangnya.
"Oh iya bentar aku hubungi Zanna dulu." Meisie bergegas menghubungi salah satu temannya. Mysha mengamati tiap gerak gerik Meisie.
"Ini tempat siapa Sie? Sering kamu kesini?" Tanya Mysha tanpa melepaskan tatapannya dari Meisie.
"Ini cafe milik Kakak Nuria.. duh Zanna angkat dong giliran dibutuhin nggak di angkat sok sibuk nih." Kesal Meisie merutuki Zanna yang tidak juga mengangkat panggilan teleponnya. Mysha mengelus lengan Meisie bermaksud menenangkan, elusan yang terasa sangat lembut di kulit Meisie.
"Jadi tuh ya ini ruangan khusus untuk Nuria sama teman-temannya bisa dibilang ruangan VVIP. Nyaman kan tempatnya?" Meisie menjelaskan sambil memegang tangan Mysha yang berada di lengannya untuk di genggam. Keduanya tersenyum dalam artian tersipu malu tapi tidak ada niatan untuk menjaga jarak meskipun jantung mereka berdetak lebih cepat daripada biasanya.
"Lumayan." Mysha tersenyum simpul menjawab setelah bisa mengendalikan dirinya, berada dalam jarak dekat dengan pujaan hati sangat berbahaya untuk kesehatan jantung dan otaknya.
"Kayaknya kita dikerjain deh Sha." Ujar Meisie tiba-tiba tiduran di paha Mysha. Perlakuan Meisie sungguh berani lagipula Mysha mengijinkan nya seperti yang dikatakan Mysha disekolah tadi.
"Buktinya nih mereka nggak ada disini trus nggak angkat telepon juga. Aku rasa mereka sedang senang-senang sama pacarnya tapi eh Nuria kan jomblo mau amat dia jadi obat nyamuknya Zanna sama Thony." Terdengar ketidaksukaan dari nada suara Meisie. Meisie bukannya merasa tidak senang hanya berdua dengan Mysha melainkan dia kesal temannya tidak menepati omongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISHA
Teen FictionKalian percaya seseorang bisa merubah hatinya saat ia mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama? Seperti Meisie, gadis manis yang sedang dimabuk cinta akibat David lelaki atletis yang di sukainya sejak awal tetapi tidak pernah mendapat restu dari...