ke-42

1.7K 194 26
                                    


Meisie menatap gedung tinggi didepannya dengan perasaan bimbang antara memasuki kedalam atau sebaliknya, mundur dan pergi dari sana. Mysha membujuk Meisie untuk menjenguk Agung dirumah sakit biar bagaimanapun lelaki itu adalah saudara dari kekasihnya. Gadis keturunan Rusia tersebut juga tidak mau membuat Meisie berlarut-larut dalam membenci saudaranya meskipun kesalahan saudara sangat fatal sekalipun.

"Semuanya akan baik-baik aja Sie." Mysha mengelus lembut bahu Meisie yang terlihat masih bimbang.

"Aku belum siap Sha. Gimana kalau nanti aku kelepasan karena rasa kecewa aku." Meisie meragukan dirinya sendiri. Sejujurnya ia masih kecewa dengan Agung, lelaki yang dianggapnya sangat baik itu.

"Besok kita kesini lagi sekarang kita pulang." Ucap Mysha tidak ingin memaksa gadisnya jika memang belum siap.

Mysha melihat tangannya yang digenggam erat Meisie seolah-olah menahan langkah kaki Mysha untuk jangan pergi dari sini. Melihat hal itu membuatnya tersenyum, ia tahu kok kalau Meisie mencemaskan kondisi Agung juga merindukan saudaranya.

"Ada aku Sie kamu tenang ya kita masuk kedalam." Mysha memperlihatkan genggaman tangan mereka berdua. "Nggak akan aku lepasin."

"Gimana kalau bang...."

"Apapun itu kita hadepi berdua, kamu nggak sendirian." Mysha meyakinkan Meisie untuk tetap saling percaya dan menjaga satu sama lain.

Meisie mengangguk merasa yakin melihat tatapan dan perlakuan Mysha. Seakan beban berat yang ia pikul tadi lenyap seketika dan mereka berdua masuk kedalam rumah sakit mewah itu dengan bergandengan tangan.

Saat melewati koridor rumah sakit mereka bertemu dengan David yang sepertinya menelpon seseorang. Yang menjaga Agung selama ini adalah David dan juga Fidelya tentunya juga keluarga Agung sendiri mereka bergantian. Lelaki manis berlesung pipi itu menutup panggilan teleponnya ketika matanya melihat kehadiran dua gadis cantik itu.

"Bang David." Sapa Meisie merasa kikuk. Karena sebelumnya ia pernah jatuh hati kepada lelaki didepannya ini. Mysha tidak berniat sama sekali menyapa David begitupun dengan David yang tidak peduli.

"Sie.." Mata David terfokus kepada genggaman tangan mereka. Masih sulit ia percaya bahwa gadis yang dicintainya lebih memilih bersama dengan sesama jenis dibandingkan dirinya.

"Kamu kenapa Sie? Kenapa milih hubungan yang nggak normal kamu tahu itu dosa kan." Pertanyaan itu terlontar dimulai David efek masih tidak bisa terima dengan keputusan Meisie.

"Ini urusan hati bang. Hati aku memilih Mysha."

Mysha menoleh menatap Meisie dengan bangga saat gadisnya berbicara demikian tetapi David malah menatap dengan sorotan mata kekecewaan dan menatap Mysha penuh kebencian karena dianggap sudah merusak jati diri Meisie.

"Kenapa harus dia? Kamu diapain sama dia Sie kamu diancam? Dia Sie penyebab Agung koma dan kamu malah memilih berhubungan sama dia, kamu waras Sie?"

Meisie menggelengkan kepalanya membantah tuduhan yang diberikan David kepada Mysha. Jika disini tidak ada Meisie sudah Mysha pastikan kepala David mencium lantai saat ini juga namun ia harus sabar menahan emosinya untuk tidak menggunakan kekerasan disaat gadisnya ada bersamanya.

"Bang aku jatuh cinta ke Mysha sebelum kejadian ini terjadi. Mysha adalah orang yang layak untuk aku cintai karena dia selalu menjagaku, aku diistimewakan bang dia juga orangnya lembut dan peduli ke aku. Semua perlakuan Mysha membuat aku benar-benar merasa beharga dan dicintai sepenuh hati. Dia mau perjuangin aku sampai rela terluka parah demi menepati janjinya ke aku bang. Mysha juga sempat koma dia juga korban kekejaman bang Agung. Aku marah bang aku benci bang Agung aku juga kecewa sama dia   tapi Mysha yakinin aku, bujuk aku buat nggak benci ke orang yang hampir aja merenggut nyawanya."

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang