ke-26

1.7K 196 17
                                    


Setelah perginya Keyla kini Mysha sendirian duduk termenung di halte bus. Dia biasa saja mengantar pulang Keyla menggunakan mobil Thony namun dia tidak mau mendengar seribu pertanyaan Thony nantinya. Dirinya dan juga Keyla tidaklah sedekat itu, Keyla juga lebih memilih pulang naik bus seperti biasanya.

Pikirannya kembali teringat kejadian tadi dimobil, saat dimana perkataan Thony menghantam sampai ke hulu hatinya. Mysha tahu sepupunya tidak bermaksud apa-apa, Thony hanya khwatir padanya.

Flashback

"Lo mau kemana?" Tanya Thony melihat pergerakan Mysha membuka pintu mobil.

"Sha lo mau kesana? Jangan deh." Cegah Thony menahan tangan Mysha. Mysha tidak bersuara tapi matanya jelas menunjukkan 'jangan halanginya gue"

"Percuma lo repot-repot kesana Meisie nggak akan milih lo Sha. Jelas dia milih Fidel orang yang lebih lama dia kenal lo itu cuma orang baru dikehidupan dia. Jangan nyakitin diri lo sendiri datang kesana." Ucap Thony sedikit marah menatap Mysha tegas.

Mysha membisu pendengaran perkataan Thony. Perkataan sepupunya bagai anak panah siap menembus jantungnya. Thony terbelalak ketika sadar akan kata-kata yang keluar dari mulutnya barusan.

"Sorry Sha gue nggak maksud." Sesal Thony merasa bersalah. Kenapa dia tidak berpikir dahulu sebelum berbicara, kata-katanya sama sekali tidak membantu Mysha malah sebaliknya.

"Gue mau bantuin Keyla." Kata Mysha datar tanpa ekspresi.

"Ngapain Sha lo diam aja disini."

"Gue pernah ada diposisi itu, rasanya sulit butuh seseorang untuk narik kita keluar dari sana."

Thony menghela berat nafasnya. Dia menatap Mysha dan dia tahu sepupunya serius dengan kata-katanya. Thony berpikir rasa simpati dan empati dalam diri sepupunya sudah mulai aktif disebabkan oleh Meisie. Sejak mengenal gadis itu, kebekuan Mysha berangsur-angsur meleleh.

"Gimana nantinya Kak Keyla salah paham mengenai sikap lo ini terus jatuh hati ke lo? Mikir nggak lo Mysha?!" Ujar Thony mengacak-acak kesal rambutnya. Mysha tidak memperdulikan kekhawatiran lelaki disampinganya. Sorot matanya tenang dan yakin dengan apa yang dilakukannya.

"Perasaan Keyla ke Fidel nggak seremeh itu Thon." Usai mengucapkan kata itu Mysha turun dari mobil dengan payung dan berjalan sangat tenang menuju ketiga gadis itu berada.

Didalam mobilnya Thony memperhatikan keadaan didepan sana. Dia meneguk air botol kemasan yang sudah ada dimobil guna menyengarkan tenggorokannya.

"Lo duduk diam aja udah banyak cowok-cowok antrian jadi bucinnya lo Sha. Lo nggak perlu repotin diri lo sampai turunin harga diri lo."

Flashback end

Mysha mengusap mukanya sambil menghela nafas. Dalam diam dia membenarkan perkataan Thony. Dia memang masih baru dalam kehidupan Meisie jika dibandingkan Fidelya dia bukanlah apa-apa. Dinginnya hujan tidak dapat ia rasakan seakan-akan malam dan hujan adalah sahabatnya.

"Tanpa lo bilang Thon gue udah tahu." Ucapnya menatap lurus jalanan. Bus yang dinaiki Keyla tadi adalah bus terakhir, disini benar-benar sepi hanya ada lampu jalan yang menyinari gelapnya malam.

"Gue nggak seberani Fidel gue nggak bisa meskipun gue ingin."

"Penolakan, gue takut dapat penolakan dari orang yang gue sayang. Ini pertama kali buat gue hati gue juga belum terlatih untuk patah hati. Gue nggak tahu harus bersikap gimana nantinya." Mata Mysha memanas bersiap mengeluarkan buliran krystal. Dalam sekejap buliran itu jatuh membasahi pipinya.

"Sikap dingin gue hilang gitu aja didekatnya dan itu membuat gue gugup dalam bersikap." Isakan kecil lolos dari bibirnya tanpa ia komando. "Kenapa sih gue jadi lemah, gue nggak boleh cengeng. Lo harus kuat demi orang yang lo sayang Sha."

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang