ke-31

1.7K 203 38
                                    

Disuatu tempat yang biasa dijadikan markas oleh mereka sudah berkumpul Agung, Fidelya, David berserta Ronal. Fidelya dan David duduk disofa yang sudah tersedia disana dengan pikiran kalut, sedangkan Agung menatap tajam besi yang sengaja ia panaskan dengan api sementara Ronal berdiri dengan santainya bersandar di dinding.

"Orang itu harus merasakan panasnya besi ini di bibir terkutuknya." Ucap Agung melihat besi ditangannya tentu saja dia memakai pelindung agar tangannya tidak merasakan panas.

Semua mata disana menoleh ke Agung, semuanya juga tahu jika Agung sudah berkata demikian itu pertanda ia benar-benar akan melakukannya. Ini juga yang membuat David sampai sekarang tidak mau membatah perkataan Agung untuk tidak berpacaran dengan Meisie, karena ia tahu Agung tidak segan-segan membuatnya cacat secara fisik ataupun secara mental jika ia mencoba membatah perintahnya.

Mau tidak mau Fidelya harus mengatakan ini kepada Agung, dia membutuhkan bantuan teman-temannya untuk menemukan orang yang sudah menodai Meisie. Dia bisa saja melakukannya seorang diri namun jika berita mengenai Meisie tersebar sampai ke telinga Agung melalui orang lain, Agung tidak akan percaya lagi kepadanya dalam menjaga Meisie.

"Jangan sampai Meisie tahu tentang ini." Perintah Agung menatap teman-temannya.

"Gue nggak mau nantinya dia ketakutan disaat melihat gue." Lanjunya sambil menancapkan besi itu ke bantal. Bantal itu bolong seketika dengan kapas yang berserakan.

Ketiganya sudah cukup sering melihat ke brutalan Agung tetap saja mereka masih belum terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan Agung. Ronal memang terlihat diam sebagai penonton namun itu hanya raganya saja sedangkan otak cerdasnya sedang berpikir keras dan jiwanya menyimpan rasa cemas mendalam.

Ronal tidak perlu menerka-nerka siapa orang tersebut seperti yang dilakukan oleh ketiga temannya. Ia sudah mengetahui siapa orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah  seorang gadis yang ia sukai.

Jiwanya cemas tentang keselamatan Mysha entah hal apa yang diperbuat Agung dalam menghukum orang yang sudah menodai adiknya. Otaknya berpikir keras mencoba mencari cara untuk menyelamatkan Mysha dari murka semua temannya terutama Agung.

"Besok gue cek semua cctv tempat yang dipasang cctv di sekolah." Fidelya bersuara setelah keheningan melanda mereka.

"Gue akan tanya semua murid kali aja mereka ada yang lihat." Kali ini David yang mengajukan dirinya sendiri.

Agung setuju dengan usulan mereka lalu membanting besi itu kelantai begitu saja menimbulkan suara keras. Dan berjalan mendekati mereka berdua, Agung tampak bersemangat.

"Iya kalian harus lakukan itu secepatnya, besok gue tunggu kabar baiknya." Seringai lebar terbit dibibir Agung entah kenapa tiap melihat seringai itu muncul David selalu merasa merinding.

"Tadi gue mau periksa cctv sialannya kunci dipegang satpam dan satpam itu sudah pulang lebih cepat dari biasanya." Ingin rasanya Fidelya mendobrak pintu ruangan keamanan itu jika ia melakukannya pihak sekolah akan curiga akan berakibat tidak baik untuk citra meisie.

"Gue coba bujuk Meisie berharap dia mau kasih tahu dan kejadian ini terjadi karena adanya unsur paksaan, akan gue pastiin itu orang sekarat."

"Biar gue." Secepat kilat Ronal mengajukan diri. Dia tidak mau Meisie mengaku kalau ini ulah Mysha. Dia akan mengurusnya, meminta Meisie tidak mengatakan yang sejujurnya.

"Biar gue yang ngomong ke Meisie, kalau lo yang ngomong Meisie akan curiga dan mencoba cari tahu sama apa yang lo rencanain." Ketiga temannya melihat Ronal seolah-olah mereka tidak yakin Ronal sampai mau turun tangan membantu perihal masalah ini. Setau mereka Ronal dan Meisie tidaklah akrab satu sama lain.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang