ke-30

1.9K 210 29
                                    


Suka baca cerita ini? ya lanjutkan bagi yang nggak suka bisa berhenti, nggak ada unsur paksaan kok bagi yang mau aja ya😁🙏

****

Cantik luar dalam.

Gadis manapun akan memikirkan perkataan tersebut bahkan tersipu dengan pengakuan jujur oleh lelaki tampan seperti Ronal. Namun Mysha tidak termasuk kedalam daftar gadis itu, dia malah melihat mading degan muka datarnya meskipun begitu ia tetap memahami bacaan yang tertera disana.

Tak lama kemudian seorang gadis datang menghampirinya bahkan gadis itu tidak ada rasa sungkan sedikitpun menyentuh Mysha. Hanya Meisie yang bisa melakukan demikian dan hanya Meisie yang dikasih ijin untuk melakukannya. Tangan Meisie yang tadinya hanya menyentuh tangan Mysha sekarang bersandar pada punggung Mysha tanpa ada beban.

"Aku senang Sha." Seru Meisie dikala mengingat kencan singkatnya tadi bersama David. Bolehkah ia mengaggap makan puding serta makan cemilan kesukaannya sebagai kencan? Apapun itu Meisie sangat menikmatinya.

Mysha tersenyum mendengarnya meskipun terselip rasa sakit didadanya lalu ia mebalikkan tubuh menghadap Meisie menatap mata yang terlihat berseri-seri itu.

"Baguslah." Matanya beralih menatap bibir Meisie. Ia mengelus bibir itu dan menyingkirkan sisa makanan dibibir Meisie.

"Sampai belepotan." Ia terkekeh menampakkan gingsul indah miliknya. Meisie terdiam oleh perlakuan manis Mysha menjadi panas disaat gadis pemilik mata berwarna biru itu tertawa.

"Aku malu ih pantesan tadi bang David bilang aku makan kek anak kecil." Rengeknya memeluk Mysha menyembunyikan muka merahnya. Dengan senang hati Mysha membalas pelukan Meisie.

"Makan kek anak kecil kan gemesin Sie." Sekali lagi Mysha menelan kepahitan mendengar nama orang lain dibibir gadis yang disukainya.

Tetapi dia memilih memendamnya daripada menunjukkannya hanya akan merusakkan suasana hati Meisie yang lagi bahagia.

"Gemesin apanya malu-maluin yang ada, ntar bang David nggak mau lagi ajak aku makan bareng dia." Ucapnya sedih semakin membenamkan mukanya didada Mysha. Seakan-akan ia menemukan tempat ternyaman, pelukan Mysha begitu nyaman.

Gadis keturunan Rusia itu menggigit bibirnya untuk merendam emosinya. Ia mengatur nafasnya agar tetap tenang. Dia mengelus lembut rambut hitam Meisie sambil meyakinkan dirinya sendiri untuk jangan egois.

"Aku bisa ajak kamu makan sekalipun itu bikin aku tekor mengingat porsi makan kamu diluar batas manusia." Ujarnya menggoda gadis dipelukannya alhasil satu cubitan mendarat di pinggang rampingnya.

"Sembarangan kalau ngomong aku nggak serakus itu dikira aku monster."

Mysha hanya tertawa menanggapi kekesalan Meisie yang tidak terima dirinya disamakan dengan monster. Tawanya Mysha menuai sorotan kekaguman dari siswa-siswi yang lalu-lalang disana. Mereka sampai mengehentikan aktivitasnya hanya untuk mendengarkan suara tawa merdu tersebut, saat itu juga mereka baru menyadari jika Mysha mempunyai gingsul.

Sadar dengan situasi, secepat kilat Meisie membungkam mulut Mysha dengan tangannya. Bukannya protes atau menyingkirkan tangan Meisie dari mulutnya Mysha malah mencium telapak tangan tersebut.

Meisie melotot menatap Mysha dengan mata 'jangan gila' namun Mysha tidak memperdulikannya dan terus mengecup telapak tangan itu berulang kali. Dia juga tidak memperdulikan tatapan orang-orang sekitar lebih tepatnya dia tidak mau mengambil pusing.

"Sha."

Mysha merespon lewat gerakan matanya. Dia masih memegang tangan Meisie bahkan sekarang dia menjilat telapak tangan itu.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang