ke-28

2K 220 29
                                    


Mobil mewah berwarna merah itu melaju dengan kecepatan sedang sehingga membuat penumpang dan pengemudi dapat menikmati pemandangan yang tersaji disana.
Jarak yang seharusnya bisa ditempuh tiga puluh menit itu berubah menjadi beberapa jam, dikarenakan pengemudi tidak langsung mengendarai mobil ini ke tempat tujuan semula melainkan ke suatu tempat yang dirasa bagus.

"Sha kok kita lewat sini? Kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Meisie ketika menyadari rute tujuannya telah berubah.

Mysha tidak menjawab hanya melempar senyuman ke gadis yang barusan bertanya padanya. Tidak mendapatkan jawaban Meisie mencoba berpikir sekiranya gadis yang diam-diam disukainya ini akan membawanya kemana.

Tiba-tiba ia berteriak saat sesuatu mengerikan terlintas dibenaknya dan itu mampu membuat Mysha keheranan sekaligus khawatir.

"Kamu kenapa Sie?" Satu tangannya Mysha gunakan menyentuh pundak Meisie satunya lagi pada setir mobil. Meisie menggeleng dan menjauhkan tubuhnya kesamping agar Mysha tidak bisa mencapainya.

"Ada yang salah?" Tanya Mysha keheranan melihat tingkah Meisie seperti orang ketakutan.

"Kamu mau nyulik aku ya Sha terus mau buang aku ke laut, ngaku?!" Teriak Meisie meskipun nada suaranya sedikit bergetar.

Mysha terperangah mendengar penuturan konyol Meisie kemudian tertawa setelah mengetahui alasan kenapa Meisie bersikap demikian. Memang jalan yang mereka lewati ini keatas tebing dan dibawahnya ada lautan luas tempat yang cocok untuk melakukan kejahatan.

"Aku mau turun aku mau pulang jangan bunuh aku!!" Meisie meraung seperti anak kecil yang dibawa paksa pulang oleh orang tuanya.

"Meisie kalau kamu nggak mau kita jatuh ke laut kamu tenang." Tegur Mysha mencoba menenangkan Meisie, ia jadi tidak bisa fokus menyetir melihat kepanikan Meisie ditambah pembatasan disini minim jika ia tidak berhati-hati bisa saja mobil ini jatuh kelaut lepas dibawah sana.

"Kamu mau nyuruh orang yang kamu bunuh untuk tenang mana bisa  Mysha sekalipun kamu itu bidadari."  ucapnya sarkastik dengan mata melotot menatap tajam Mysha.

"Simpen deh Sie semua pikiran negatif kamu, bentar lagi kita sampai." Ujar Mysha lalu kembali fokus pada kemudi. Meisie cemberut menggerutu melihat respon Mysha seperti biasanya tetap tenang sementara dirinya heboh sendiri.

Mysha mengehentikan mobilnya bukan karena tujuan mereka sudah sampai melainkan mobil tidak bisa naik keatas lagi karena tidak ada jalan untuk kendaraan hanya ada tangga. Mereka harus menaiki tangga agar bisa mencapai atas tebing.

"Kamu gamau turun?" Mysha melihat Meisie masih dengan tampang masamnya.

"Sha ini sepi dan serem tempatnya aku jadi bertanya-tanya yakin kamu nggak mau bunuh aku?" Sekali lagi Meisie bertanya guna memastikan. Kali aja dibalik wajah cantik Mysha adalah seorang pembunuh berdarah dingin, memikirkannya saja membuat Meisie merinding.

"Disini emang gelap tapi diatas sana nggak kok, aku udah pernah kesana." Setelah membuka sabuk pengamannya, Mysha membuka sabuk pengaman Meisie juga.

"Mau aku bukain pintunya?" Tanyanya menggoda disertai senyuman manis. Meisie terpana ditambah wajah Mysha sangat dekat.

"Nggak usah sok romantis." Tolak Meisie menampol pelan wajah Mysha agar menjauh darinya. Meisie takut Mysha mendengarkan degupan jantungnya menggila bila gadis itu berdekatan dengannya

Mysha terkekeh kemudian keluar mobil lalu diikuti Meisie keluar mobil juga. Angin malam menerpa tubuh keduanya seakan menyambut kedatangan mereka sedari tadi. Mysha mendekati Meisie yang terlihat masih takut dengan situasi dan kemungkinan buruk lainnya dikepala Meisie sendiri.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang