ke-19

1.8K 185 10
                                    


Bukannya mengikuti proses pembelajaran ketiga lelaki tampan kebanggaan Allezord justru nongkrong diatap sekolah tempat favorit mereka dikala malas mengikuti kelas. Jangan tanya kenapa mereka bisa bebas masuk keluar atap sekolah begitu saja sudah seperti jelangkung. Selain memiliki paras yang rupawan ketiganya termasuk murid berprestasi sebagai permintaan kecil, mereka meminta kunci cadangan khusus atap sekolah dan pihak sekolah mengijinkannya tetapi tidak dengan membolos.

Tidak nakal di sekolah ada hal yang kurang, kurang menyenangkan. Seperti yang dirasakan Agung, David dan Ronal. Mereka kompak membolos, yang ada dipikiran ketiganya adalah bolos sehari tidak membuat mereka bodoh. Ada kalanya seminggu sekali mereka akan bolos jika dihitung cukup sering mereka memenuhi absen kelas dengan tanda silang dalam artian tidak masuk kelas.

"Ini nih yang gue demen jadi murid pintar, bebas haha." Seru David merentangkan kedua tangannya dengan pandangan menatap lurus ke depan.

"Bebas bebas kek abis keluar penjara aja lo"

David masih betah mempertahankan senyuman sumringahnya tidak menggubris sindiran Agung untuknya. Sementara Ronal tersenyum sambil membakar sebuah kertas entah kertas apa yang ia bakar disiang bolong begini.

"Anjim.. hampir terbakar tangan gue buset." Kaget Ronal sontak kedua temannya menoleh kearahnya lalu tertawa.

"Idiot sih lo Ron, bakar kertas cengengesan. Apa sih yang lo bakar kek foto eh emang foto ya?" David yang tadinya berdiri agak jauh dari kedua temannya sekarang mendekati Ronal lalu menyentuh abu kertas yang dibakar Ronal barusan.

"Foto apaan nih?" Tanyanya penasaran.

Ronal tidak langsung menjawab, dia tersenyum tipis berlagak misterius kemudian menggelengkan kepalanya sambil menepuk pundak David.

"Bukan hal yang penting." Ucapnya acuh. David menatap bingung Ronal menandakan ia tidak puas dengan jawaban yang diberikan Ronal.

"Gue bukannya kepo sama foto yang dibakar Ronal tapi alasan dia bertingkah kek orang gila, lo nggak sadar Dav? dari tadi dia aneh kek lagi dimabuk cinta." Semulanya Agung tidak tertarik mengenai perubahan sikap temannya namun sekarang dia mulai menunjukkan ketertarikannya.

"Lo memang peka sob." Ujar Ronal merangkul pundak Agung.

Dibandingkan David memang Agung yang paling peka dengan keadaan, pujian Ronal dibalas senyuman tipis Agung. Terlihat cuek bukan berarti tidak peduli itu lah yang dialami Agung karena sejujurnya dia begitu peduli dengan teman-temannya.

"Anak mana lagi Ron yang kemaren udah nggak emang? Jangan bilang lo mau kalahin gue dalam berburu cewek."

"Sorry, gue nggak sebejat lo sob." Senyum miring diberikan Ronal kepada David. "Gue pacarin cewek setidaknya pake hati nggak cuman nafsu doang."

Perkataan Ronal sukses mengenai hulu hati David. Dia merasa tersindir sekaligus sesak disaat bersamaan bukannya marah, dalam diam David membenarkan apa yang dikatakan temannya. Dia memang bejat mungkin sudah puluhan perempuan yang sudah ia tiduri lalu ditinggalkan begitu saja layaknya itu bukanlah sesuatu yang penting.

"Lo harus berubah biar bisa bersama dengan Meisie." Bisik Ronal ditelinga David. Ronal sedikit mengerti tentang perasaan David dalam mencintai Meisie hanya saja kebiasaan buruk David lah yang menghambat ia untuk tidak bisa bersama dengan perempuan yang di sayang.

"Apaan bisik-bisik nggak ngehargain gue masih disini." Protes Agung melihat kedua temannya berbisik tanpa mengajaknya.

"Gue jatuh cinta."

"Nggak aneh dengan lo jatuh cinta."

"Ada."

David dan Agung menatap lekat Ronal setelah mendengar nada suara Ronal ditambah raut wajah seriusnya. Mereka menunggu kalimat yang akan dilontarkan Ronal selanjutnya.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang