ke-51

1.2K 143 18
                                    


Mysha mengantarkan Meisie pulang sampai rumah namun begitu sampai disana Meisie tidak langsung turun melainkan sedikit memberikan Mysha nasehat untuk kebaikan Mysha sendiri dan juga orang terdekatnya.

"Kamu kok natap aku gitu amat Sie?" Tanya Mysha heran melihat tatapan Meisie.

"Takut aku lihat kek gini?" Meisie balik bertanya lalu Mysha mengangguk polos.

"Apa kabar sama sikap kamu tadi ke Thony? Itu jauh lebih nakutin Sha." Ucap Meisie datar menatap kekasihnya.

Mysha terperangah tidak menduga Meisie akan membahas masalah tadi. Lagi-lagi dia kelepasan tidak bisa mengendalikan dirinya didepan Meisie.

"Maafin aku Sie." Mysha menunduk selayaknya dia takut dengan gadis disampingnya.

"Jangan minta maaf ke aku tapi minta maaf ke Thony, kamu udah lukain jari dia." Kata Meisie mengingat ekspresi kesakitan Thony tadi.

"Thony bukan orang lain sayang kok kamu kasar gitu? Sha aku nggak suka kamu kasar kek tadi bikin aku takut." Akui Meisie jujur meskipun Mysha memiliki paras wajah sangat cantik tetap saja menakutkan melihat dia bersikap kasar.

"Aku nggak suka dia bentak kamu." Ujar Mysha terus terang. Meisie menghela nafasnya mendengar jawaban Mysha.

"Sayang aku tahu itu kok." Meisie mengelus lengan Mysha. "Nggak harus pake kekerasan, gimana kalau tadi jarinya sampai patah kan nimbulin masalah nantinya ditambah kalian sepupu." Meisie memberi pengertian pada Mysha.

"Nanti aku minta maaf ke dia." Ucap Mysha menurunkan egonya demi kekasih tercinta.

"Oke ingat ya jangan kasar-kasar apalagi main tangan." Meisie mengingatnya sambil menarik pelan hidung mancung Mysha.

"Aku pukul nanti kalau ketahuan." Ancam Meisie mengigit kecil pipi Mysha.

"Ini bukan pukul sayang tapi ngegigit." Mysha terkekeh menerima prilaku gemas Meisie.

"Sekarang iya ngegigit pelan tapi kalau kamu nakal aku gigit sampai berdarah." Ucapnya sambil menghapus bekas gigitannya.

"Nggak usah dihapus Sie." Cegah Mysha.

"Air ludahku nempel Sha hehe." Meisie malah cengengesan.

"Nggak masalah kok, aku suka." Mysha tersenyum memegang tangan Meisie.

"Dihh mulai deh." Meisie memutarkan bola matanya. Mysha tertawa melihat ekpressi Meisie berpura-pura malas padanya.

"Sha aku ada sesuatu buat kamu." Kata Meisie kemudian.

"Iyakah? Apa Sie apa?" Mysha terlihat tertarik.

"Iya aku beli lusa kemaren belum sempat aku kasih ke kamu." Meisie mengembungkan pipinya.

"Duh lucunya pacarku." Mysha malah mengelus-elus pipi Meisie.

"Ayo masuk kedalam sekalian ngambil." Ajak Meisie yang diangguki setuju Mysha.

****

Didalam rumahnya Agung terlihat termenung sambil menyentuh bagian lehernya. Pikirannya kembali teringat kejadian diatas gedung dulu saat dimana satu batang besi nyaris saja menusuk lehernya. Apabila besi itu merobek lehernya bisa dipastikan dia akan tewas detik itu juga.

Tetapi Mysha tidak jadi melakukannya padahal dia bisa membunuhmunya dengan mudah. Apa benar karena Meisie lah yang meminta pada Mysha untuk tidak menyakitinya? Kalau benar begitu pantas saja Mysha sama sekali tidak membalas satupun serangannya sekalipun Mysha terluka parah.

"Om, bisa bantu aku untuk menyelidiki sesuatu?" Tanya Agung setelah panggilan teleponnya diangkat oleh pria yang ia sebut om.

"Terimakasih om, akan aku kirimin secepatnya." Katanya lalu menutup panggilan telepon.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang