ke-34

1.7K 210 85
                                    


Satu bulan telah berlalu dan penyelidikan dalam mencaritahu pelaku dibalik tanda ditelapak tangan Meisie masih berlanjut. Sejauh ini belum ada perkembangan yang memuaskan Agung berserta ke dua temannya yang sama inginnya menemukan sang pelaku. Setidaknya untuk saat ini, Agung bukanlah orang yang menyerah dengan mudah begitu juga dengan Fidelya.

Agung masih terus mencari sampai menggunakan uang, dia berpikiran uang akan membuat orang mau berbicara. Berbeda dengan yang dilakukan Thony yang membungkam mulut orang dengan uang. Sementara Fidelya terus mencoba membujuk satpam sekolah untuk memberitahu apa yang terjadi dihari itu juga.

Sedangkan David menanyai setiap petugas kebersihan disekolah barang kali salah satu diantara mereka ada ditempat kejadian. Semuanya sibuk dengan tugas masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu menemukan si pelaku. Ronal juga sibuk, dia sibuk memantau Meisie. Ia khawatir gadis itu akan membuka mulut mengenai Mysha nantinya, entah kenapa Ronal tidak bisa mempercayai Meisie. Pandangan Ronal terhadap Meisie adalah gadis labil yang tidak peka dengan sekitar termasuk dengan perasaan Mysha.

"Saudara lo kenapa deh Sie pada sibuk kek detektif aja." Komentar Nuria melihat perilaku ketiga seniornya.

"Ngurusin masalah osis kali kan saudara gue punya kesibukan lo doang mah Ri nggak ada kerjaan." Disni Meisie tidak tahu dengan apa yang dilakukan saudaranya. Ia berpikiran kedua saudara tercintanya dan satu lelaki yang ia sayang sudah melupakan kejadian sebulan yang lalu.

"Lo nggak liat gue ngapain?gue juga sibuk ya tuhan." Frustasi Nuria karena sedari tadi dia tidak bisa menyelesaikan sesuatu.

"Sibuk benerin dasi gitu?" Celetuk Zanna tiba-tiba dan mendapatkan anggukan dari Nuria.

"Masih payah aja ya lo pakai dasi." Ucap Meisie melihat Nuria kesusahan memasang dasi seragam sekolah.

"Iyalah biasanya mommy gue yang pasangin." Akuin jujur Nuria. Karena Nuria ini anak yang sangat manja kepada ibunya.

"Nyerah gue." Pasrahnya meletakkan dasi itu diatas meja lalu merebahkan kepalanya.

"Eh Sha kok lo yang pesanin makanan kan ini giliran si curut Meisie." Heran Nuria melihat Mysha datang-datang membawa pesanan mereka.

"Kaki Meisie sakit, gue yang gantiin" Mysha menjawab enteng dan menyeruput secangkir capuccino yang ia pesan.

"Sha bukain." Pinta Meisie dengan manjanya. Mysha membuka tutup botol minuman yang seharusnya mudah dibuka oleh Meisie.

"Makasih Sha." Senyum Meisie mengembang dengan indahnya. Mysha merespon ucapan terimakasih Meisie dengan senyuman yang tak kalah indahnya.

"Sie kok lo gampang banget sih suruh-suruh Mysha seenak jidat lo? Lahh gue sama Zanna aja nggak berani." Tanya Nuria penasaran. Zanna juga penasaran kenapa Mysha begitu mudahnya menurut kepada Meisie. Apa sebenarnya Mysha adalah gadis yang baik hati dan ramah?

"Mysha kan sayang gue ya wajar lah dia mau bahagiain gue dengan perlakuan kecil sekalipun." Jawab Meisie tanpa beban, terkesan bangga bisa diperlakukan sangat baik oleh Mysha.

"Sirik ya haha." Tambahnya sengaja menggoda sahabatnya.

"Pede banget satu monyet ini, yuk Na kita kembalikan dia ke habitatnya." Ujar Nuria memegang garpu menatap horor Meisie.

"Ri lo nggak berniat nusuk gue kan?" Tanya Meisie cemas melihat tatapan menusuk Nuria.

Melihat Meisie yang ketakutan, Mysha mengambil garpu ditangan Nuria lalu meletakkan garpu tersebut di atas mangkuk makanan punya Zanna.

"Buka mulutnya." Titah Mysha lembut menyuapi bubur kemulut Meisie.

Meisie seakan terhipnotis saat itu juga membuka mulutnya. Tadinya Nuria ingin protes merasa terkejut dengan tindakan Mysha yang merebut garpu ditangannya begitu saja dibuat terdiam karena melihat tatapan mata biru dingin Mysha.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang