ke-39

1.7K 222 56
                                    


Mungkin sebagian orang menganggap lukisan hanyalah sebuah gambar namun masih bisa menilai dan merasakan keindahan lukisan tersebut. Mysha hanya diam tak bergeming sedikitpun dari tempat ia duduk, raut wajahnya memang tidak menunjukkan ekspresi apapun akan tetapi sorotan matanya tidak bisa berbohong jika gadis itu sedang mengalami patah hati terberat.

Para pria kekar berpakaian rapi yang awalnya bingung terhadap noda mudanya sekarang menatap Mysha dengan sedih. Sangat jarang mereka lihat nona mudanya seperti itu, kesedihan nona mudanya kali ini lebih dalam daripada saat dulu waktu  pertama kali mereka melihat Mysha menangis.

Seperti yang diperintahkan Thony jangan ada yang menganggu ataupun mendekati Mysha untuk sekarang, maka dari itu mereka hanya bisa memperhatikan nona mudanya dari jarak jauh.

"Bang Ronal mana?" Heran Zanna tidak melihat keberadaan senior yang ia anggap kalem.

Thony menatap kekasihnya, ia lupa memberitahu Zanna. "Dia pamit pergi."

"Pulang?"

Thony mengangguk menjawab pertanyaan kekasihnya dan matanya kembali memperhatikan Mysha.

"Kok pulang? kirain bakal nginep disini." Ucap Zanna masih terheran-heran. Thony tersenyum tipis lalu mengelus sayang rambut Zanna.

Dalam hatinya Zanna masih kepikiran dengan tindakan Ronal yang memilih pulang dalam situasi seperti sekarang. Bukankah seniornya itu menyukai Mysha? Lantas kenapa malah pulang bukannya menemani gadis yang ia suka ataupun menghibur Mysha dari rasa sedihnya.

Zanna ingin membahas sesuatu kepada Nuria tapi ia urungkan niatnya saat melihat Nuria sedang berduaan dengan Keyla.

"Kak Key cinta banget ya sama kak Fidel?"

Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Nuria. Ia tahu kok saat ini Keyla juga merasa sedih dan terluka mengenai sikap Fidel. Senior paling ramah itu sama sekali tidak melihat senior judesnya sedikitpun tadi, Nuria memperhatikan hal demikian dimana Fidel hanya terfokus kepada Meisie.

Keyla hanya diam sama sekali tidak tertarik melihat Nuria. Meskipun begitu Nuria malah duduk disamping Keyla seolah mereka sangat dekat.

"Tanpa kakak jawab aku tahu kok. Kakak cinta banget sama kak Fidel meskipun perasaan kakak nggak dihargai. Dan kak Fidel malah mencintai orang lain." Ucap Nuria menatap seniornya. Ia ingin memeluk Keyla tapi takut mendapatkan penolakan ataupun membuat Keyla tidak nyaman.

"Jangan nganggep diri kakak bodoh, jutsru kak Key keren bisa menahan semua itu tanpa harus berbuat curang dalam mendapatkan cinta." Senyum Nuria mengembangkan menatap Keyla penuh kekaguman.

Keyla menoleh menatap Nuria. Tatapan matanya seakan berkata kenapa Nuria bisa tahu apa yang ia rasakan kepada dirinya. Keyla memang menganggap dirinya bodoh karena masih mencintai Fidel setelah apa yang Fidel lalukan bahkan ia tidak bisa membenci gadis itu hanya saja ia merasa kecewa dengan tindakan Fidel kali ini yang dirasa curang.

"Lo diam. Gue mau sendirian." Usir Keyla secara tidak langsung. Dia butuh ketenangan namun keberadaan Nuria selalu muncul disaat ia sedang merasa sedih.

"Nggak mau, aku mau nemanin kakak mau ganggu kakak biar rasa sedih kakak teralihkan." Saat mengatakan itu tangan Nuria nekat memenangi tangan Keyla.

"Tangan lo." Ucap Keyla tidak suka ada yang menyentuhnya sekalipun itu hanya bagian tangan.

"Kenapa tangan aku kak? Genggam aja nggak apa-apa kok aku nggak marah." Nuria kembali dengan kebegoannya mengabaikan tatapan tajam Keyla.

"Lepas!"

"Kakak mah malu-malu pegang aja nggak apa-apa aku bilang. Kapan lagi kan kak kita pegangan tangan dibawah rembulan malam." Senyum tak lepas dari bibir Nuria. Tidak peduli dengan raut muka Keyla yang menahan kesal dengan sikap agresifnya.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang