ke-6

2.1K 214 0
                                    


Mentari senja menyapa terlihat begitu indah memberikan sebuah ketenangan dalam hati. Dinikmati sambil meminum secangkir teh hangat setelah menjalankan rutinitas seharian. Penderitaan dan perjuangan yang dirasakan pada hari ini serasa hilang begitu saja.

Sudah 20 menit berlalu selama itu juga Fidelya membujuk sedikit memaksa Meisie menemaninya ke Kedai Es Krim yang sering mereka kunjungi dikala melepaskan rasa lelahnya. Melihat beraneka ragam rasa Es Krim saja sudah merasa segar kembali. Ralat, bukan mereka melainkan Fidelya sendiri dikarenakan Meisie tidak menyukai makanan atau minuman manis.

"Kakak kenapa sih maksa banget, udah tahu gue nggak suka Es Krim ngapain coba ajak gue kesana." Komentar Meisie menatap kesal perempuan yang sudah dianggapnya Kakak ini.

"Kamu coba ngaca deh." Bukannya mendapat jawaban, Fidelya menyodorkan kamera depan ponselnya dalam keadaan menyala kewajah Meisie.

"Kenapa sih? Cantik mah iya." Meski heran dengan sikap Fidelya tetap saja Meisie narsis.

"Muka kamu itu Dek kusut kek wajah ibu-ibu mikirin besok bisa makan apa nggak ya? sama anak kost yang nunggak bayar kost tiga bulan." Meisie cemberut mendengar omelan Fidelya.

"Lagi mikirin apa hm?" Tanya Fidelya memegang lembut dagu Meisie seakan meminta Meisie untuk menatap mata indah hazel miliknya.

Fidelya Agatha Quill adalah perempuan cantik berkulit coklat mengkilap dengan rambut pirang bergelombang. Ia memiliki mata hazel berbinar dilengkapi dengan postur tubuh yang body goals. Fidelya merupakan gadis sexy yang dengan mudahnya memukau banyak orang berkat pesona yang dipancarkannya. gayanya yang sporty dan atraktif membuat nya terkenal beda dari yang lain dengan wajah visual yang tidak tertandingi.

"Mikirin tugas segunung, gurunya nggak kira-kira kasih tugas mentang-mentang besok libur, Nggak muka doang yang kusut Kak otak gue juga nih." Meisie menjelaskan agar Fidelya tidak khawatir, tidak sepenuhnya bebohong memang dia mendapat tugas yang harus dikumpulkan besok pagi. Bukan hal itulah yang menggangu pikiran Meisie melainkan dengan hatinya yang masih belum menemukan jawaban atas kegelisahan yang dirasakan.

"Emang paling tepat Kakak ngajakin kamu makan Es Krim biar tuh suasana hati bagus lagi." Rupanya Fidel masih belum menyerah membujuk Meisie. Padahal dia bukan tipe pemaksa hanya saja dia ingin Meisie menemaninya seakan-akan dia mengantungkan hidupnya pada Meisie.

"Nggak ngaruh kali Kak, Es Krimnya juga nggak bakal gue makan. Suasana hati lo kali nih nggak bagus?" Tanya Meisie ngasal, dia bersandar ke sofa empuk yang sedia di ruang tamu rumah tempat Ia tinggal sambil memejamkan mata.

"Kalau iya apa kamu mau temenin Kakak?" Fidelya menatap wajah cantik perempuan spesial dalam hidupnya setelah keluarga yang dia sayang.

Hening sejenak, Meisie membuka mata lalu membalas menatap balik Fidelya. Dia terlihat memperhatikan senior yang sudah dianggapnya saudara ini dari atas sampai bawah. Fidelya mengernyitkan keningnya bertanda dia bingung, terselip rasa gugup dalam dirinya ditatap segitu detail oleh Meisie.

"Lo cantik Kak, kenapa lo nggak nyari pacar aja biar bisa ditemenin masa minta ditemenin gue mulu mubasir tuh muka." Akui Meisie mengakui kecantikan Fidelya meski tanpa dipoles bedak sekalipun. Mata hazel milik Fidelya mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya. Termasuk Meisie sendiri, alasan dia terkadang malas menatap mata Fidelya dikarenakan dia tidak mau hanyut dalam keindahan mata hazel berbinar itu.

"Masih sekolah nggak boleh pacar-pacaran." Gemas Fidelya mencubit pipi tirus Meisie.

"Pipi gue itu nggak lo cium ya lo cubit. Apa salah pipi gue coba." Meisie memasang muka pedih layaknya orang terzolimi.

"Dihh mukanya biasa aja dong, lagian ya Dek pacaran bisa kapan-kapan sekolah dulu yang bener. Kalau kita sukses ntar cowok-cowok yang ngantri datengin kita."

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang