ke-37

1.7K 213 39
                                    

Mysha memegangi pinggiran tembok untuk menahan berat tubuhnya. Luka tusukan dipunggungnya masih mengalami pendarahan ditambah dengan luka dibagian kepalanya membuat ia kesulitan untuk berdiri tegap.

"Nona.." Andrew menatap khawatir anak majikannya. "Luka anda harus diobati nona."

"Arnold mana?" Mysha mengabaikan kecemasan Andrew dan memilih menanyakan keberadaan lelaki bernama Arnold.

"Saya disini nona." Ucap seseorang turun dari Helikopter sambil membawa tas kecil berjalan secara slow motion ke arah Mysha dan juga Andrew.

"Seperti yang saya duga anda membutuhkan ini nona." Arnold membuka tas kecil yang ia pegang tadi.

"Kenapa anda membiarkan diri anda terluka" Tanyanya melihat tubuh nona mudanya berdarah-darah.

"ini luka yang cukup serius." Andrew mengangguk setuju dengan perkataan Arnold.

"Diam dan segera obati." Perintah Mysha sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan mereka.

Mysha mengangkat setengah bajunya agar Arnold bisa menjahit lukanya saat Mysha melakukan itu, Andrew segera berbalik arah tidak mau lancang menatap tubuh nona mudanya. Arnold tampaknya sudah terbiasa melakukan ini karena ia sudah cukup sering mengobati Mysha. Meskipun begitu tubuh Mysha tetap akan kembali mulus setelah menjalani perawatan mahal.

Dalam tas kecil tadi berisikan alat medis yang sekiranya bisa membantu dalam situasi seperti ini. Arnold serius dan berhati-hati saat menjahit luka dipunggung Mysha setelah bagian punggung selesai bergantian dibagian kepala. Selama proses pengobatan ekspresi wajah lelaki itu memang diam tidak dengan batinnya, ia sangat marah melihat nona yang teramat disayang dan dijaga sepenuh hati kembali terluka, ingin ia membasmi hama yang sudah berani melakukan hal ini kepada nonanya.

Berbeda dengan kedua lelaki sangar itu yang ingin melenyapkan Agung, gadis terluka ini malah mencemaskan kondisi Agung. Mysha tidak sanggup menerima kemarahan Meisie ia tidak akan pernah sanggup. Sesekali Mysha mengigit bibir bawahnya merendam rasa sakit dan kegelisahan dalam dirinya.

"Kalian kenapa bisa ada disini?" Tanya Mysha penasaran akan kedatangan Andrew dan juga Arnold. Apa ini perintah Daddy nya yang mengirim mereka kesini?

"Kami kesini hanya untuk berjalan-jalan." Jawab Andrew tanpa melihat Mysha. Ia tetap pada posisinya yang berbalik arah.

"Jalan-jalan?" Mysha menyeringai ia tau lelaki itu sedang berbohong. "Memang kalian punya waktu bersantai?"

"Jangan bohong Andrew atau ucapkan selamat tinggal pada tangan lo." Ucap Mysha bukan sekedar gertakan semata.

Andrew menelan ludah merasa takut dan dilema secara bersamaan. Arnold yang mengerti akan situasi membuka suara.

"Kami di perintahkan Mr. Molotov untuk melihat keadaanmu nona tidak ada maksud lain. Nona tidak lupakan didalam tubuh nona ada alat pelacak kami akan tahu dimanapun keberadaan nona. Maaf kami datang tidak memberi kabar dahulu dan kami marah ada yang berani melukai nona muda Molotov." Penjelasan Arnold membuat Mysha teringat dengan permintaan konyol Daddy nya yang meletakan alat bodoh itu didalam tubuhnya.

"Cari dan cabut alat itu dari tubuh gue."

"Nona itu dilarang kami tidak bisa melakukannya." Andrew buka suara ia tidak mau tuan besar marah. Jika tuan besar marah semua akan terkena himbasnya tentu saja itu menakutkan.

"Arnold lakukan perintah gue." Ujar Mysha menatap tajam Arnold. Sekarang Arnold lah yang dilema harus menuruti perintah siapa.

"Anda sedang terluka dan mengalami pendarahan, nanti saja nona." Setidaknya ia mencari alasan dahulu sebelum mendapatkan ijin dari tuan besar.

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang