Peringatan, akan ada banyak adegan kekerasan dan juga pembunuhan. Hati-hatilah saat membaca bagian ini, pastikan jika kalian sudah cukup umur dan tidak dianjurkan meniru kesadisan dalam cerita ini.
.
.Satu bulan kemudian.
Meisie beserta yang lainnya satu persatu meletakan sekuntum bunga diatas pemakaman. Semuanya berpakaian serba hitam khas layaknya orang berziarah ke kuburan.
Tidak ada senyuman di wajah mereka semua melainkan tatapan kesedihan karena sudah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup mereka."Sie abang minta maaf datang tidak tepat waktu." Sesal Agung memegang pundak Meisie.
Meisie, gadis itu tidak menangis karena sudah terlalu lelah menangis belakangan ini. Namun mereka sangat tahu disini Meisie lah yang paling merasa kehilangan setelah Thony.
"Abang nggak tahu kejadiannya bisa sampai merenggut nyawa begini." Kata Agung merasa bersalah tapi tetap tidak mendapatkan respon dari Meisie.
"Sebaiknya kita pulang Sie, biarkan dia beristirahat dengan damai." Ucap Agung mencoba mengajak Meisie pulang kerumah.
"Bang Agung pulang duluan aja, aku masih ingin disini." Ujar Meisie tanpa melihat Agung.
Lelaki itu menatap Meisie dengan keraguan, bagaimana bisa ia meninggal Meisie seorang diri disini dalam keadaan berduka. Saat Agung ingin melontarkan kata-kata kembali, Thony segera mencegah Agung dan mengatakan ia akan menemani Meisie melalui tatapan matanya.
Agung menghela nafas dan mempercayakan Meisie pada Thony, kemudian ia melangkah mundur lalu pergi dari sana bersama yang lainnya.
"Dia sedang memperhatikan kita dari surga." Ucap Thony mengajak Meisie berbicara.
"Sie menurut lo apa dia akan senang melihat kita bersedih atau malah sebaliknya?" Thony memandangi langit yang mulai mendung.
"Gue lebih dulu kenal dia dan lebih dulu juga bersamanya. Gue nggak bisa baik-baik aja lepasin kepergianya gitu aja, hati gue sakit Sie." Akui Thony menahan tangis di balik kacamata hitam.
"Waktu gue sama dia jauh lebih singkat dibanding lo. Gue belum sempat kasih apa-apa ke dia bahkan gue belum sepenuhnya bisa mengenal dia seperti apa tapi dia udah pergi, didepan mata gue...." Meisie mulai menangis dikala mengingat kejadian tragis tersebut.
"Didepan mata.. didepan mata gue sendiri Thon dia mati. Gue nyaksiin semua itu dan gue nggak bisa berbuat apa-apa." Isak Meisie merasa bersalah dan kehilangan.
"Gue orang yang buruk." Lanjutnya masih menangis.
"Nggak Sie, nggak sepenuhnya salah lo. Dia nyelamatin lo karena kemauan dia sendiri. Dia sayang lo dan rela mati demi lo." Ucap Thony membantah pemikiran buruk Meisie yang menyalahkan dirinya sendiri.
"Lo nggak benci gue? Gue pantas dibenci, benci gue Thony caci maki gue." Meisie tidak bisa menghilangkan rasa bersalah dalam dirinya.
"Benci lo sama aja gue datengin kemarahan dari dia." Kata Thony mencoba menenangkan Meisie.
"Lo harus kuat demi dia." Tambah Thony menatap Meisie.
Meisie terdiam mendengar perkataan Thony, iya dia harus kuat demi orang-orang tersayangnya, segera ia menghapus air matanya.
"Thon anterin gue." Pinta Meisie kemudian.
Mengerti kemana tujuan yang dimaksudkan Meisie membuat Thony tersenyum dan menyetujui untuk mengantarkan Meisie.
"Ayo." Katanya yang dibalas senyuman juga oleh Meisie.
****
Flashback
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISHA
Teen FictionKalian percaya seseorang bisa merubah hatinya saat ia mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama? Seperti Meisie, gadis manis yang sedang dimabuk cinta akibat David lelaki atletis yang di sukainya sejak awal tetapi tidak pernah mendapat restu dari...