ke-38

1.8K 231 126
                                    


Dua Minggu sudah berlalu setelah insiden baku hantam diatas gedung. Selama dua Minggu ini pengobatan mereka bertiga berjalan lancar tentunya karena pertolongan Tuhan dan berkat doa orang tersayang juga.

Gadis cantik ini sedang kesulitan untuk melepaskan bajunya karena luka ditubuhnya masih belum sembuh total serta membuat pergerakannya terbatas. Ia berencana untuk mandi merasa badannya sangat lengket dikarenakan hanya diam berbaring dalam kurun waktu cukup lama.

Pintu terbuka lantas membuat gadis itu mengehentikan gerakannya lalu menoleh melihat siapa yang masuk tanpa seijin darinya. Mulut yang tadinya terkatup rapat mulai membentuk sebuah senyuman, senyuman yang lemah namun masih terlihat indah.

"Kamu mau ngapain buka baju?" Tanya perempuan yang membuka pintu tadi.

"Aku mau mandi." Jawabnya tidak lepas menatap perempuan manis itu.

"Nggak boleh, luka kamu masih belum kering Mysha." Ucapnya keberatan lalu mendekati ranjang Mysha dan kembali memakaikan baju Mysha yang sempat terbuka.

"Aku bau Sie udah lama nggak mandi." Mysha memegang tangan Meisie. Tangan yang ia rindukan terlebih pemilik tangan lembut yang kini sudah ia genggam.

"Memang kamu nggak kecium bau tubuh aku hm?"

Meisie mengendus tubuh Mysha lalu menutup mulut, tidak bohong memang Mysha memang bau ditambah juga bau obatan juga melekat di tubuhnya.

"Iya bau ih Sha untung cantik." Ia terkekeh melihat respon gadis didepannya.

Mysha menarik tubuh Meisie memeluknya erat "Aku kangen."

Meisie yang tadinya terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Mysha dibuat tersenyum setelah mendengar kata  rindu lalu membalas pelukan Mysha dengan senang hati.

"Aku juga kangen. Kamu jahat bikin aku khawatir lama banget bangunnya." Meisie cemberut dalam rengkuhan hangat Mysha.

"Maaf ya buat kamu khawatir dan buat kamu nunggu lama." Sesal Mysha merasa bersalah. Meisie menutup matanya merasakan helusan tangan Mysha dirambutnya.

"Kenapa kamu biarin diri kamu terluka Mysha? Gimana kalau kamu nggak selamat itu sama aja kamu buat aku mati secara perlahan." Ucap Meisie kesal bercampur sedih, tidak bisa ia bayangkan harus kehilangan Mysha dalam waktu singkat.

"Aku nggak mau langgar janji aku Sie. Saat itu aku hanya mikirin tentang kamu, aku nggak takut mati aku takut bikin kamu kecewa lalu benci aku. Kamu tahu? Dijauhi kamu itu jauh lebih sakit daripada kematian." Mendengar perkataan Mysha membuat hati Meisie terenyuh. Apa sepengaruh itu dirinya untuk Mysha sampai membuat Mysha rela terluka bahkan mati demi dirinya.

"Meskipun kamu ada disini, aku meluk kamu Sie tapi aku masih merasa takut. Aku takut kamu marah aku nggak bisa tepati janji untuk menjaga Agung saudara kamu."

Meisie menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan apa yang dikatakan Mysha. Gadis itu sudah berjuang sejauh ini untuk dirinya dan sekarang malah menyalahkan diri sendiri merasa gagal, tak terasa air mata Meisie mengalir.

"Tolong jangan benci aku." Pinta Mysha memohon menatap Meisie penuh harap agar gadisnya memberinya kesempatan.

"Kamu nggak perlu segitunya Sha, aku nyesal minta perjanjian itu ke kamu kalau buat kamu luka kek gini. Dikira aku nggak sakit? aku nggak takut? pas dengar kabar kamu diserang bang Agung. Nggak ada yang aku pikirin lagi selain kamu." Akuin Meisie. Melihat keadaan Mysha benar-benar membuatnya tidak bisa tenang bahkan ia tidak bisa tidur. Seakan-akan raganya terpisah dari tubuhnya sewaktu mendengar berita tersebut.

"Maafin aku ya sayang." Mysha memegangi wajah Meisie. Menatap sendu manik mata Meisie yang masih mengeluarkan air mata.

"Aku nggak mau lukai super hero dari orang yang aku sayang. Kamu pernah bilang Agung berjasa udah selamatin kamu."

MEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang