Sudah seminggu gue gak balik ke rumah maupun kostan, sudah seminggu juga gue gak ngabarin orang rumah. Gue ngilang dan selama itu juga HP gue matiin, gue gak mau di ganggu saat itu.
Selama seminggu ini gue tinggal dan bekerja di cafe nya si Kris, sohib gue. Dia nawarin gue buat tinggal lebih lama lagi, tapi berhubung sekolah akhirnya gue balik ke Tasik.
Gue sudah melupakan kejadian seminggu yang lalu. Sekarang gue seperti orang baru dan gue akan menata lebih baik hidup gue yang baru ini.
Selama di Cafe gue di sibukan dengan kerja dan kerja, di sana juga gue mengubur kenangan bersama Anggia dan mengganti nya dengan lembaran baru tanpa si jalang itu.
Tuh kan gue jadi emosi lagi kalau ngomongin dia, ck.
Motor gue lajukan membelah jalanan kota sore ini yang lumayan ramai. Motor gue selap-selip di antara beberapa kendaraan yang lalu lalang di jalanan.
Kali ini gue mau balik ke rumah kak Arin, pasti tuh orang hawatir sama gue, apa lagi gue gak ngabarin dia sama sekali.
Sebagai buah tangan gue membeli beberapa ikan, udang, kepiting dan lobster hasil tangkapan nelayan sana. Gue juga membeli beberapa pakaian dan pernak-pernik khas pantai lain nya.
Gak tanggung-tanggung gue borong sama box nya sekalian, di dalam juga ada es batu untuk menjaga kesegaran sea food yang gue beli tadi.
Hahaha, gak deh gue bohong, gue gak beli semuanya. Ada juga sebagian pemberian si Kris, box nya juga pemberian si Kris dan pernak pernik itu juga sebagian pemberian dia.
Motor ninja yang gue kendarai langsung penuh dengan muatan satu box lebih, lumayan berat tapi gapapa lah lumayan juga dapat oleh-oleh.
Kembali ke situasi, gue udah tiba di pekarangan rumah kak Arin, terlihat disana kak Arin bersama mamah, Kiara dan si kecil Tiara tengah bersantai di teras depan.
Tin tin tin
Gue menyalakan klakson untuk menarik perhatian mereka, benar saja mereka langsung berdiri sambil menatap ke arah gue.
Mungkin mereka heran saat melihat gue, apa lagi mereka belum liat motor baru gue.
Gue membuka helm lalu melemparkan senyum ke arah mereka, terlihat mereka nampak terkejut saat melihat gue.
"Kak Gusti." Kiara langsung berlari ke arah gue, gue merentangkan kedua tangan dan menyambut Kiara.
Kami berpelukan sebentar.
"Kak Gusti kemana aja sih? Ngilang-ngilang mulu."
Gue mengacak rambut nya gemas. "Maaf sayang, kakak sibuk."
"Sok sibuk, biasanya juga kakak keluyuran gak jelas."
Gue terkekeh saat mendengar perkataan nya Kiara.
Gue mendekat dengan Kiara di gendongan gue.
"Assalamualaikum." gue langsung nyium punggung tangan mamah.
"Waalaikumsalam." mamah mengelus sebentar kepala gue.
Kini gue beralih ke arah kak Arin yang menampakan raut wajah tidak bersahabat, Kiara gue turun kan. Wajah nya di tekuk, pasti gue bakal di omelin lagi sama dia.
Dia belum bicara apa-apa sampai saat ini. Di saat mamah mengambil alih Tiara pun kak Arin belum mengeluarkan sepatah kata pun ke gue.
"Kak Arin sehat?" akhir nya gue yang mulai pembicaraan.
"Masih ingat jalan pulang kamu?" kak Arin malah nanya balik ke gue.
Gue terkekeh pelan. "Masih lah, makanya gue bisa pulang kesini."

KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]
JugendliteraturKEBAL SERIES # 1. BASIS ( END ) ( WARNING ) 18+ Konten dewasa, bijaklah menyaring kata-kata dan adegan dalam cerita ini. Cerita ini mengandung banyak sekali kata-kata kasar dan vulgar, banyak juga adegan brutal, vulgar, di tambah hot kiss di beberap...