"Dokter, suster, tolongin calon suami saya Dok!"
"Kita harus segera melakukan oprasi. Suster cepatan siapin semuanya, ini darurat."
"Hiks... Gusti, jangan tinggalin gue, jangan tinggalin anak kita, hiks..."
"Luka dalam nya sangat parah, kemungkinan untuk selamat sangat kecil. Semoga saja ada keajaiban."
"Gusti, jangan tinggalin gue, hiks... Gue mohon."
Semua kata itu masih terngiang di gendang telinga gue, bahkan memori waktu itu masih ada di otak gue, sampai saat itu pun masih membekas bahkan menjadi pengalaman yang tak terlupakan sampai sekarang.
Ya... Sudah tiga tahun berlalu dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawa gue, namun memori itu masih terlintas di benak gue, mungkin akan membekas untuk selamanya.
Kecelakaan itu yang membuat gue berpikir akan mati, waktu itu gue memilih pasrah sama kondisi gue, gue gak berharap untuk hidup karna beban hidup gue yang numpuk.
Rasanya mati adalah jalan satu-satunya gue melepaskan beban penderitaan gue. Gue berpikir waktu itu mati adalah jalan satu-satunya bahkan jalan terbaik buat gue.
Namun, saat gue merasa ada seseorang yang memanggil gue 'ayah' dari dalam sana, membuat keinginan untuk hidup itu ada, gue ingin hidup untuk melihat tumbuh kembang anak gue, gue harus hidup harus.
Tapi... Semua sia-sia saat dokter bilang luka dalam gue cukup parah, saat itu gue pasrah namun tetap berharap keajaiban datang kepada gue kala itu.
Ya Allah. Beri hambamu ini kesempatan sekali lagi, hamba mau memperbaiki semuanya, hamba ingin berubah menjadi manusia lebih baik lagi, menjadi imam yang baik dan menjadi seorang ayah yang baik pula.
Syukur Alhamdulillah. Yang maha kuasa memberi gue kesempatan untuk hidup lebih baik lagi, sampai sekarang gue selalu merasa beruntung atas kelahiran gue dulu, gue sudah menemukan arti kehidupan sebenarnya, dan gue udah punya kebahagiaan gue sendiri bersama seseorang yang sangat gue cintai.
Terima kasih ya Allah, hamba mu ini tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, semoga kami sekeluarga selalu berada dalam lindungan mu, Aaminn.
"Sudah puas elus-elus perut nya?"
Lamunan gue buyar saat mendengar suara seseorang yang sangat gue cintai. Gue tersenyum namun enggan untuk berenti dan melepas pelukan gue darinya, bahkan gue semakin lembut mengelus perutnya.
"Udahan dong, mama mau masak nih!"
"Bentar, papa masih mau begini, ma. Mau nikmatin momen-momen ini," balas gue, lalu menghisap sedikit area leher nya.
"Ish, jangan hisap-hisap, nanti membekas papa."
Seketika itu gue terkekeh kecil, dia sangat menggemaskan sama seperti tiga tahun lalu. Dia tidak berubah sama sekali, dia selalu manja dan membuat gue gemes.
Gue merasa geli dengan panggilan papa mama, tapi mau bagaimana lagi, gue udah bertekad untuk memulai semuanya dari awal, dan menata hidup supaya lebih baik lagi.
"Mau nengokin dedek bayi sekali lagi, boleh?" tanya gue iseng.
"Ya Allah, semalam kan udah sayang! Masa belum puas juga! Papa semalaman loh nengokin dede bayi nya!"
Gue terkekeh pelan. "Tapi seperti nya dedek bayi masih mau di tengokin papa nya."
"Itu maunya papa aja."
"Sekali lagi ya sayang, pleass!"
"Engga."
"Andara sayang." suara gue buat semenggoda mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]
Ficțiune adolescențiKEBAL SERIES # 1. BASIS ( END ) ( WARNING ) 18+ Konten dewasa, bijaklah menyaring kata-kata dan adegan dalam cerita ini. Cerita ini mengandung banyak sekali kata-kata kasar dan vulgar, banyak juga adegan brutal, vulgar, di tambah hot kiss di beberap...