Beberapa hari setelah pertemuan itu hidup gue semakin hancur, cahaya terang yang tadinya ada perlahan redup dan menghilang.
Sudah beberapa hari gue diam di kostan, terpuruk dan semakin buruk, kehidupan gue menjadi kacau, minuman keras menjadi sarana pelamliasan gue.
Entah botol yang keberapa gue gak ingat, namun yang jelas gue gak pernah bosan.
"Hahahaha".
Sesekali gue tertawa, entah kenapa gue kayak gini namun yang jelas gue gak tau apa bisa gue jatuh cinta lagi atau engga.
Ha ha ha, aneh banget sumpah.
Drttt drttt drttt
Handphone gue berbunyi kembali, di sana tertera nama Wulan. Dan itu sudah ke sekian kali nya Wulan nelpon gue.
Apa gue bisa buka hati untuk cewek lain ? Apa iya gue bisa ? Kenapa semuanya susah sekali di jalanin, bicata enteng tapi kalau di jalanin susah banget sumpah.
Biarin aja lah dulu telpon dari si Wulan itu. Gue gak mau melampiaskan kekecewaan gue ke orang lain, cukup dengan diri gue sendiri saja.
Tok tok tok
Suara ketukan di pintu terdengar samar-samar.
"Gus, buka pintu nya ini kakak".
Itu kayak suaranya kak Arin, ha ha kenapa orang yang gak gue cinta malah peduli banget sama gue, malahan sampai saat ini Arin selalu perhatian sama gue, ya walau perhatian nya sebatas perhatian kakak kepada adiknya.
"Gus, kakak tau kamu di dalam, buka dong Gus".
Lagi-lagi gue gak peduliin teriakan nya Arin.
"Gusti" lagi-lagi Arin berteriak.
"Aws... Aduduh perutku, awss sakit".
Weh.
"Gusti perut kakak sakit, hikss".
Astaga, masa iya kak Arin kontraksi ? Kandungan nya kan baru menginjak tujuh bulan.
"Gusti awss, hikss sakit Gus".
Gue masih diam di tempat, belum sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol yang gue tenggak.
"Da-darah ? Ya allah, yang kuat nak kita ke rumah sakit sekarang. Gus, tolong Gus".
Hah ? Darah ?.
Plakk
Entah sugesti atau apa, sesuatu seakan menampar gue dan langsung menyadarkan gue dari dunia khayal, dengan cepat gue beranjak dan setengah berlari ke arah pintu.
Cekrek
Pintu gue buka, gue langsung lihat kak Arin terlentang di atas lantai depan kostan gue. Astaga kalau terjadi apa-apa, ini semua gara-gara gue.
"Sa-sakit" kak Arin meringis sambil memgangi perut buncit nya.
"Kakak, kita ke rumah sakit sekarang. Kunci mana kunci ? Kunci mobil kakak mana ? Biar Gusti yang bawa mobil nya, kakak yang kuat kak".
Panik ? Tentu saja panik, bagaimana pun kak Arin adalah kakak gue sekarang, ya walau pun cuma kakak angkat tapi gue nganggap kak Arin kakak kandung gue sendiri.
"Kakak yang kuat, biar Gusti gendong kakak ke mobil".
Pffffhhhh
Heuh ? Siapa yang nahan tawa nih ?.
Gue udah mau ngangkat tubuh Arin, namun emak-emak itu malah tertawa terbahak-bahak.
"Acting kakak bagus kan ?".

KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]
Teen FictionKEBAL SERIES # 1. BASIS ( END ) ( WARNING ) 18+ Konten dewasa, bijaklah menyaring kata-kata dan adegan dalam cerita ini. Cerita ini mengandung banyak sekali kata-kata kasar dan vulgar, banyak juga adegan brutal, vulgar, di tambah hot kiss di beberap...