Setelah drama tadi, semua mahasiswa-mahasiswi mulai berangsur-angsur pergi meninggalkan ruangan ini, gue yang di ikut sertakan di drama si Davina itu mulai gak kerasan berada disini.
Suasana disini mulai gak enak, gue udah malas berada disini, apa lagi setelah kejadian gila yang Davina lakukan tadi.
Mungkin orang lain bakal merasa bangga kalau mereka di ajak kenalan atau pun pacaran oleh Davina yang ngakunya si ratu kampus. Namun hal itu tidak berlaku bagi gue, pasal nya gue enek dengan itu semua.
Secara fisik dia sangat ok, bahkan terlampau ok, dia cantik dan sexy namun kedua hal itu bukan tipe gue. Selain dua hal itu gue juga butuh hati yang tulus.
Huh, lama-lama gue gedeg juga.
Bahkan sampai sekarang mereka masih ngebicarain prihal masalah gue dan Davina tadi.
"Eh, Gus. Lo harus hati-hati sama si Davina," kata si Hendra.
Gue langsung menoleh ke arah nya. "Kenapa?"
Hendra menghembuskan napas pelan. "Dia dekat sama si Angga yang punya nih kampus."
Gue terdiam sesaat, gue bukan nya takut tapi yang gue takutin jikalau nanti Hendra dan yang lain nya di libatkan, mereka gak tau apa-apa dan mungkin bakal jadi korban kalau gue masih disini.
"Kalau gitu gue pergi, gue gak mau kalau si Angga-angga itu malah ngelampiasin masalah ini ke elo semua," kata gue, mereka paham.
"Hati-hati, Gus."
Acungan jempol menjadi penyudah obrolan kami, gue juga menyudahi nongkrong di mari dan beranjak pergi menuju ke parkiran tempat motor gue berada.
Nampak nya benar apa yang di katakan oleh Hendra dan yang lain nya tadi. Perkataan si Davina engga main-main, dia bakal nyuruh si Angga-angga itu nyamperin gue.
Entah kenapa gue yakin.
Benar saja, baru juga gue naik ke atas motor, beberapa orang langsung menghampiri gue dengan tampang songong mereka masing-masing.
"Jadi lo yang namanya, Gusti!" tanya salah seorang dari mereka.
Gue yang tadinya mau makai helm langsung berenti dan noleh ke arah mereka, terlihat lima orang tengah menatap nyalang ke arah gue.
"Kalau iya, kenapa?" jawab gue santai.
Mereka berdecak kesal.
"Heran gue sama si Davina, orang jelek kayak lo aja di kejar! Apa sih yang dia lihat dari lo?"
Gue langsung tertohok, anjing emang, ngatain gue jelek, padahal dia sendiri jelek, gak ada ganteng-ganteng nya sama sekali.
Tapi sebisa mungkin gue tetap santai."Tau tuh, buta kali si Davina. Gue juga heran, padahal gue engga ganteng, eh dia malah ngejar gue, selera ratu kampus memang aneh ya!" balas gue santai.
Mereka tertohok sambil menahan tawa kecuali orang yang di tengah, gue bisa tebak kalau dia itu si Angga, terlihat yang lain langsung diam saat di tatap oleh nya.
"Gue gak mau basa-basi, kenalin nama gue Angga yang punya nih kampus," katanya sombong.
Gue gak mau kalah. "Kenalin nama gue Gusti yang punya jalur selatan."
Mereka langsung menatap nyalang ke arah gue. Nampak nya mereka mulai kesal sama tingkah laku gue.
"Wah, songong amet lo!"
"Berani petantang-petenteng lo di mari! Gue hajar juga lo."
"Hajar aja Ga, hajar."
Beberapa celotehan keluar dari mulut mereka semua, rasanya gue pengen ngulek tuh mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]
Novela JuvenilKEBAL SERIES # 1. BASIS ( END ) ( WARNING ) 18+ Konten dewasa, bijaklah menyaring kata-kata dan adegan dalam cerita ini. Cerita ini mengandung banyak sekali kata-kata kasar dan vulgar, banyak juga adegan brutal, vulgar, di tambah hot kiss di beberap...