Extra Part: Keluarga

600 24 0
                                    

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

Gue mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah ini, rumah yang sudah tiga tahun ini engga gue singgahi, rumah ini banyak memberi kenangan indah bagi gue dulu, karna disini adalah rumah dari seseorang yang sangat berarti, dia yang selalu membuat gue merasa kalau hidup ini berarti.

Suka duka, pahit manis sampai kegilaan pernah kami lewati bersama, tanpa segan tanpa rasa canggung dia selalu memberi warna tersendiri, walau kadang hal yang kami lakukan sedikit di luar batas.

Yap, ini adalah rumah nya kak Arin, sehabis maghrib gue sama Dara memutuskan untuk mampir, mungkin akan menginap untuk malam ini mengingat si kecil yang udah tertidur sedari tadi.

Gue berada di depan pintu rumah kak Arin, sementara Dara di dalam mobil sambil nungguin si kecil yang udah tidur.

Tapi, sedari tadi gak ada yang nyaut sedikitpun, apa gak ada orang di rumah? Atau mereka semua lagi pergi keluar! Tapi mobil kak Arin sama om Bima ada tuh di garasi, lalu mereka semua kemana?

Hmm, coba sekali lagi mungkin.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

Lagi-lagi gak ada sahutan dari dalam, gue berbalik dan melihat ke arah mobil, Dara seakan bertanya! Gue mengangkat kedua bahu gue tanda tidak tau.

Namun saat gue berniat pergi, pintu rumah ini di buka dari dalam oleh seseorang, lalu terdengar suara wanita yang selama ini gue rindukan.

"Waalaikumsalam."

Terdengar suara derap langkah kaki mendekat ke arah gue, gue masih terdiam gak mau berbalik ke arah nya.

"Maaf, cari siapa ya?" kak Arin bertanya dengan nada lembut.

Ada rasa rindu namun ada juga rasa khawatir, takut nya om Bima masih gak suka sama gue, apa lagi kak Arin yang selalu ngebela gue dari dulu.

"Kalau anda tidak ada keperluan tolong pergi dari rumah saya, kalau tidak saya panggil satpam buat ngusir anda!"

Hmm, mau gak mau gue kudu berbalik dan menatap langsung ke arah nya, gue sedikit menyeka air mata yang sedikit menetes.

Perlahan gue berbalik sambil melempar senyum ke arah nya. "Apa kabar kak?"

Kak Arin langsung mematung di tempat, pandangan nya lurus menuju ke arah gue, kedua mata nya mulai berkaca-kaca, nampak nya ada yang sedang dia tahan.

"G-gusti?" suara kak Arin bergetar saat dia manggil gue, kedua tangan nya membungkam mulut nya sendiri.

Nampak nya air mata bakalan tumpah saat ini, siapin tisu bro.

"Iya, ini Gusti kak."

Kak Arin sudah tidak bisa membendung nya lagi, perlahan tapi pasti air matanya luruh dan mulai membasahi area pipi nya.

"GUSTI..."

Kak Arin memekik memanggil nama gue dan langsung nubruk badan gue kencang, hampir aja gue jatuh akibat ulah nya, untung nya gue sedikit sigap dan berhasil nahan tubuh gue supaya bisa seimbang.

"Kamu kemana aja sih, Gus? Hiks... Kakak nyari kamu, kakak hawatir sama kamu, hiks..."

Kak Arin meluk gue erat, perlahan gue balas memeluk dia, gue merasa kalau tubuh kak Arin sedikit kurusan dari terakhir kali kita ketemu tiga tahun lalu.

"Jangan pergi, jangan tinggalin kakak lagi, hiks... Jangan tinggalin kami semua, hiks... Kami semua kehilangan kamu."

Kak Arin terisak, gue jadi terharu. Perlahan tapi pasti air mata gue juga mulai mengalir.

ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang