Extra Part: Nostalgia Bandung

549 25 0
                                    

Satu bulan sudah gue dan Dara kembali ke Bandung, dan kini kami sudah resmi menjadi orang Bandung lagi, tepat satu bulan juga gue dan Dara mengelola cafe milik keluarga.

Syukur Alhamdulillah sekarang cafe semakin ramai, setelah renovasi di beberapa bagian dan sedikit memberikan sentuhan akhir, pada akhirnya cafe ini terlihat lebih cantik dan menawan, gue juga sedikit menambahkan design grafis hasil karya gue sendiri di beberapa bagian.

Karna itu lah cafe ini menjadi ramai, cafe ini mempunyai daya tarik nya tersendiri, pelanggan juga betah berlama-lama disini karna suasana yang begitu kerasan dan nyaman, selain itu makanan-makanan disini juga semakin beragam dan enak tentunya.

Gue yang sempat beberapa tahun bekerja di cafe tentunya sudah sedikit hafal sama cara mengolah makanan yang baik dan enak, gue juga menyajikan beberapa makanan spesial andalan dari cafe milik si Kris.

Marah? Dia gak bakalan marah karna dia pernah bilang gak bakalan marah kalau menu buatan nya di aplikasikan ke semua orang, apa lagi ini yang bikin gue sahabatnya sendiri.

Hari ini kebetulan gue libur dan rencana nya kami bakal bernostalgia di Bandung untuk mengenang masa lalu yang sempat kami tinggalkan beberapa tahun terakhir ini.

Untuk yang pertama gue mengajak Dara dan si kecil jiarah ke makam nya ki Rexsa, Zifa dan Ronal dulu, gue kesana untuk mendoakan mereka semua sekaligus mengenang jasa dan kebaikan almarhum dan almarhumah ke gue selama mereka masih hidup.

Sehabis dari sana, Dara mengajak gue dan si kecil pergi ke salah satu jalan yang menjadi tempat pertama kali si Dara ketemu gue katanya, entah lah gue lupa-lupa ingat sama itu semua, nyatanya jalan yang di maksud adalah jalan yang sangat terkenal di Bandung yaitu jalan Asia-Afrika.

Dara menikmati momen-momen nostalgia nya di Bandung, gue dan si kecil juga turut bahagia saat melihat Dara bahagia, sedari tadi Dara tersenyum sambil melihat-lihat tempat disini.

"Nah, disini pa! Waktu itu di lampu merah ini mama lihat papa, waktu itu papa masa bodo jadi ya mana ingat. Dulu mama geber-geber motor dan gaspol pas lampu udah hijau, mama rasa waktu itu mama udah kenceng banget bawa motor nya, eh tau nya papa nyelonong aja, nyalip mama dengan santai, mana papa make motor matic lagi, dari situ mama kagum dan mulai cari-cari tau tentang papa."

Dara bercerita dari awal ngelihat gue sampai gue salip, katanya dia kagum sama gue, haha ada-ada saja ya guys.

Jodoh siapa yang tau! Buktinya sekarang Dara sudah menjadi istri dari seorang yang dia kagumi dulu yaitu gue.

Lalu pandangan Dara tertuju ke salah satu penjual eskrim yang sedang mangkal di jalanan ini.

"Pa, mama mau eskrim," ujar Dara sambil menunjuk ke arah tukang eskrim. "Zifa sayang, kamu mu eskrim juga?"

"Ecklim, ecklim." si kecil merengek sambil menunjuk ke arah yang sama. "Papa, Zifa mau ecklim."

Gue menghela napas pelan. "Ya udah. Kita beli eskrim.

"Hole." pekik si kecil kegirangan.

Si kecil langsung berlari di ikuti oleh Dara yang di tarik tangan nya, mau tidak mau Dara sedikit berlari juga. Gue meringis saat melihat Dara berlari, walau pun cuma lari kecil tapi dalam keadaan mengandung gitu gue jadi hawatir.

"Sayang. Jangan lari-larian," teriak gue sambil menyusul mereka berdua dengan cepat.

Untung nya mereka berdua tiba dengan selamat di pedagang eskrim. Huh, syukurlah.

"Kang, eskrim nya tiga rasa... Sayang kamu mau rasa apa?"

"Cetlobeli, ma."

"Stroberi sayang?" si kecil Zifa mengangguk. "Stroberi satu, coklat vanila dua, gak pake lama kang."

ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang