Solidaritas

527 30 3
                                    

Satu hari berlalu setelah kematian Ujang dan Wendi, langit masih sedikit berduka, kini mereka sudah beristirahat dengan tenang. Kedua keluarga yang mereka tinggalkan masih sedikit berduka namun mereka berusaha tetap mengikhlaskan kepergian mereka.

Sungguh berat memang, begitu pun dengan kami, kami langsung kehilang dua orang sekaligus.

Sejauh apa pun kaki ini melangkah, sejauh apa pun kita mengelak yang nama nya takdir tidak akan bisa di cegah.

Jika sudah saat nya mereka pergi, ya sudah pergi saja, hanya doa terbaik yang bisa kami sampaikan dari sini.

Semoga kalian berdua tenang di sana, doa-doa kami menyinari setiap langkah kalian disana.

Disini kami selalu mendoakan mu wahai sahabat, kami...

"Kasay".

Aishhh, bukan... Bukan kasay tapi...

"Kasay".

Aishhh, siapa sih yang ganggu doa gue. Minta di tabok ini mah.

Dan ternyata...

"Kasay... Kaila kangen nih... ".

Astaga, dasar wanita. Tapi kok gue jijik ya dengar nada bicara nya yang manja gitu.

"Kasay kenapa sih ? Kok melamun terus dari tadi".

Tatapam tajam gue beralih kepada Kaila.

"Ish kasay, kaila takut. Jangan liatin Kaila kayak gitu, serem tau".

Bodo...

"Lo ngapain disini ? Ganggu gue aja lo".

"Ish kasay lucu deh, kalau ngambek gitu tambah unyu".

"Jijik gue lihat lo. Pergi sono upacara nya mau di mulai noh".

"Ya udah yuk, kita baris nya deketan aka kasay".

Dan, bener aja gue langsung di sered oleh nya, entah kenapa tenaga gue seperti hilang, apa karna gue belum makan pagi.

"Nah, kita deketan ya kasay".

"Balik sono, kelas lo bukan disini".

"Ish biarin aja lah. Suka-suka Kaila lah kasay".

Serah lo deh.

"Baris yang bener sesuai kelas kalian" intruksi seseorang dari depan.

"Hei kamu" tunjuk nya kepada Kaila "Kamu kan kelas satu, ngapain kamu baris di sini, ini kelas tiga".

Kaila malah cengengesan.

"Balik ke tempat mu, cepat".

"Iya pak".

Akhirnya tuh bocah pergi juga, gue udah gedeg liat nya.

"Gus, tumbenan lo mau ikut baris ?" itu suara si Tari.

"Di sered bocah gendeng".

"Oh... Kaila maksud lo ?".

Gue gak nyahut lagi setelah itu.

Kini kami sudah baris, cuaca memang sedikit berawan dan tidak terlalu panas. Tapi entah kenapa suasana kali ini serasa panas, gue merasakan bakal terjadi sesuatu di sini.

Upacara sudah berlangsung setengah jalan, namun suasana kembali memanas, entah apa alasan nya yang jelas gue ngerasa gerah, padahal gue gak makai baju atau kaos dalam nih.

Huh, hareudang eung...

"Hei kamu...".

Seseorang berteriak dari arah belakang, gue gak mgehirauin karna mungkin itu panggilan untuk yang lain.

ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang