Hari ini hari pertama masuk sekolah di semester akhir, setelah libur dua minggu semua sekolah mulai melaksanakan aktivitas belajar kembali. Dua minggu cukup lah untuk gue dan pelajar yang lain melupakan kepenatan dan pusing nya mata pelajaran sekolah.
Kini kepusingan itu kembali lagi bersama dengan masuk nya sekolah, bukan cuma itu saja, kami juga akan di pusingkan oleh UN beberapa bulan lagi di tambah suasana jalur yang bakalan memanas lagi seperti biasa.
Huh, bakal tambah beban ini mah, semoga aja kami lulus semua tahun ini, amiinnn.
Setelah semua beres, gue langsung keluar dari dalam kostan, sudah dua hari gue tinggal disini, debu dan kotoran berserakan saat gue pulang kemaren.
Seharian gue membersihkan kamar kostan gue yang udah mirip kapal pecah.
Kak Arin udah nawarin gue buat tinggal di rumah, tapi tawaran itu gue tolak karna gue sadar diri gue cuma adik angkat, lagian gue gak mau ngerepotin dia apa lagi kak Arin dan mamah tinggal di rumah om Bima.
Rumah mamah udah di jual, otomatis mamah ikut tinggal sama kak Arin, sementara itu Adi dan Indri adiknya kak Arin sedang menimba ilmu di pesantren, mereka berdua tinggal disana.
Kembali ke topik pembahasan.
Udara pagi hari ini sangat segar sekali, terlihat beberapa penghuni kostan sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing.
"Assalamualaikum Gus. Baru berangkat?"
Gue menoleh saat mendengar suara seorang wanita, itu Dewi yang baru selesai jemur pakaian dan langsung nyapa gue.
Gue melempar senyum ke arah nya. "Waalaikumsalam, iya nih semester terakhir. Kamu baru selesai jemur?"
Dewi mengangguk. "Iya. Kok baru kelihatan, kamu kemana aja?"
"Ada, di rumah kak Arin."
Dewi mangut-mangut. Setelah itu Haris suami Dewi keluar dari dalam rumah dengan stelan jas kerjanya, dia melempar senyum ke arah gue.
"Eh mas Haris, mau berangkat ya? Bareng aja sama Gusti," kata gue.
Haris langsung bergidig ngeri. "Makasih, saya berangkat sendiri saja, kapok saya di bonceng sama kamu."
Gue langsung terkekeh. "Kapok kenapa? Kalau bareng kan nyampe nya jadi cepet."
"Iya cepet, cepet jantungan saya," sewot Haris, gue dan Dewi terkekeh.
Pembahasan kami berlanjut dari tegur sapa sampai ngebahas masalah-masalah lain, namun tetep gue masih nawarin boncengan kepada Haris.
"Beneran gak mau bareng nih?" tanya gue untuk yang kesekian kalinya.
"Saya masih sayang nyawa Gus, saya masih pengen lihat dan ngebesarin anak saya sama-sama, kalau saya ikut kamu bisa-bisa saya beneran mati muda."
"Hustt, sembarangan mas kalau bicara," Dewi langsung sewot saat Haris bicara seperti itu.
Haris gelagapan. "Maaf sayang."
Hadeh, drama lagi drama lagi.
"Dah ah, kalau gitu Gusti duluan, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Motor langsung gue pacu keluar dari dalam kostan.
Suasana jalan pagi ini sangat ramai, terlihat banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang, maklum hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dan pas banget jam kerja juga baru akan di mulai.
Gue selap-selip di antara banyak nya mobil dan motor, perlahan tapi pasti gue bisa menghindari macet nya jalanan pagi ini.
Tidak membutuhkan waktu yang lama gue akhirnya tiba di parkiran sekolah. Disana gue di sambut sama temen-temen gue yang sudah pada nangkring.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA BERANDAL ✅ [SELESAI]
Ficção AdolescenteKEBAL SERIES # 1. BASIS ( END ) ( WARNING ) 18+ Konten dewasa, bijaklah menyaring kata-kata dan adegan dalam cerita ini. Cerita ini mengandung banyak sekali kata-kata kasar dan vulgar, banyak juga adegan brutal, vulgar, di tambah hot kiss di beberap...