Dilsha memakaikan lipsticknya lalu bercermin. "Sudah syantik." Ucapnya lalu memerhatikan riasannya sekali lagi. Ia berdiri lalu mengambil clutch bag nya dan menghampiri Ammar yang sedang bermain mobile phonenya. "Udah yuk." Ucap Dilsha dan Ammar mengangguk dan langsung memasukkan mobile phonenya ke saku jas. Ia lalu melihat Dilsha yang cantiknya MasyaAllah.
Dilsha hanya melihat Ammar yang tersenyum ke Dilsha, "Cantik banget?" Tanya Ammar lalu mengecup pipi Dilsha. "Ayo." Ucap Ammar sambil menarik tangannya Dilsha lalu ia gandeng.
Kalian pasti bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan saat ini. Dilsha sendiri juga tidak tau mereka ini sebenarnya mau kemana dan ngapain. Ia hanya menuruti ucapan Ammar saja.
Tak lama, mereka berdua masuk ke dalam sebuah private restaurant di dalam hotel ini juga yang di dekor seromantis mungkin. Klise, memang. Namun bagi mereka saat ini adalah hal yang romantis.
Ammar menarik kursi untuk Dilsha dudukin setelahnya ia pun menarik kursi untuk dirinya sendiri. Ammar lalu memanggil pelayan dan mengeluarkan makanan mereka satu per satu. Setelah datang, Dilsha hanya menatap Ammar. "Ini kita dalam rangka?" Ammar tersenyum, "Ya dalam rangka merayakan hari pernikahan kita aja." Dilsha mengangguk dan tersenyum.
"Yaudah ayo kita makan dulu." Ucap Ammar dan mereka pun memakan makanan mereka. Lezatnya bukan main. Ditambah lagi dengan alunan violin yang menemani makan malam mereka ini. Ah sungguh. Dilsha pernah berpikir, bahwa hal seperti ini alay atau berlebihan. Tapi ternyata tidak juga, it works sometimes.
Setelah selesai, para pelayan dengan sigap mengangkat piring-piring mereka dan menggantinya dengan sebuah makanan penutup sebagai pencuci mulut saja. Namun tampaknya Ammar tidak memakannya dahulu. Ia memilih untuk berdiri dan mendatangi Dilsha lalu menawarkan tangannya. "Dansa yuk?" Dilsha tertawa lalu menerima tawaran tangan Ammar untuk berdansa.
"Kamu bisa dansa rupanya?" Tanya Dilsha dan Ammar melengkungkan bibirnya ke bawah, "Let's see. Karna aku dulu pernah jago dansa." Desisnya di telinga Dilsha.
Ammar dengan sigap langsung menarik pinggul Dilsha dan mendekapnya dekat. Dilsha tidak tunduk, ia semakin menatap lekat Ammar dan Ammar menggenggam tangan Dilsha lalu ia naikkan keatas. Dilsha meletakkan tangannya di tulang bahu Ammar dan mulai mengikuti gerakan Ammar.
"Tidak susah, bukan?" Tanya Ammar dan Dilsha menggeleng. "Kamu belajar dimana mengenai dansa ini?" Ammar tersenyum, "Semenjak aku bekerja, masa laluku terlalu nakal dan aku melakukan hal ini dengan para wanita yang bukan muhrimku." Jelas Ammar dan Dilsha masih menatap lekat wajah Ammar.
"Semenjak Yasemin meninggalkan aku dan Shaqil, aku berubah dan terus berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya hingga aku menemukanmu." Lanjut Ammar lalu tersenyum dan Dilsha pun tersenyum juga. Dilsha lalu menatap Ammar kembali untuk mencari kejujuran dari ucapan Ammar tadi. Benar sepertinya. Karena mata tidak pernah berbohong dan perlakuan Ammar selama ini jauh berbeda dengan ia yang dulu.
"Kamu hanya natap aku aja?" Tanya Ammar dan Dilsha mengangguk. "Kamu orang yang baik." Ucap Dilsha yang hanya beberapa kata itu namun membuat Ammar tersenyum. "Kenapa gitu?"
"Cara didikan kamu ke Shaqil itu sudah menunjukkannya." Ammar tersenyum lalu mencium pipi Dilsha dan Dilsha langsung memeluk Ammar. Karena ia takut sesuatu hal yang membuat traumanya kembali lagi. Ammar mengerti lalu memilih untuk memeluk Dilsha sambil mengikuti alunan biola yang merdu.
"Aku mengerti. Aku akan menunggu." Ucap Ammar dengan sangat lembut dan membuat Dilsha melepaskan pelukan mereka dan menatap Ammar.
"Kita lanjut ke makanan penutup?" Tanya Ammar dan Dilsha mengangguk.
Mereka berdua pun melanjutkan makanan mereka diselingin dengan percakapan.Setelah selesai, mereka berdua memilih untuk berjalan keluar hotel untuk melihat istanbul di malam hari. Indah sekali. Mereka berdua berakhir duduk di pinggir laut untuk sekedar beristirahat saja dan berbincang. Lama mereka berdiam karena menikmati dinginnya malam sekaligus keindahannya, Dilsha membuka suara. "Kenapa kamu milih aku."
Ammar menatap Dilsha, "Aku merasa kamu orang yang aku cari. Ditambah, aku enggak mau kamu sama Romi." Dilsha menautkan kedua alisnya, untuk memikirkan siapa Romi ini. Sepersekian detik ia baru mengingat siapa Romi tersebut dan tertawa. "Aku bahkan dah lupa siapa Romi."
"Dari awal kamu emang nggak mau sama Romi?" Dilsha menggeleng. "Waktu itu karena papa ngajak makan malam aja, tau-tau ada dia. Ya aku hanya diam diri aja." Jelas Dilsha. "Sampai aku dan Pamir datang." Lanjut Ammar dengan percaya dirinya.
"Emang kenapa rupanya kamu dan Pamir datang?" Tanya Dilsha.
"Lah wajah kamu berubah pas kami berdua datang. Jadi lebih berseri aja gitu." Dilsha tertawa mendengar penjelasan Ammar. Ada benarnya. Karena Dilsha sendiri tidak suka dengan Romi dan entah mengapa ketika ia melihat Ammar dan Pamir sedikit lebih bersemangat.
"Kamu dulu udah suka ya sama aku?" Tanya Ammar lagi-lagi dengan kepercayaan diri tingkat tingginya. Dilsha tertawa. "Pede banget."
"Ayo jawab."
Dilsha menggeleng.
"Loh kok enggak sih."
"Emang kamu dulu udah suka?" Tanya Dilsha.
Ammar mengangguk. "Malah pas ketemu pertama kali, aku langsung mau nikah." Dilsha membulatkan matanya dan menampar halus wajah Ammar lalu tertawa.
"Yaudah yuk, kita masuk. Udah mulai dingin banget harinya." Ucap Dilsha lalu menarik tangannya Ammar untuk kembali ke kamar hotel.
Setelah sampai di kamar hotel, Ammar membuka sepatunya dan mengambil ipadnya beserta kacamatanya sambil meluruskan kakinya di sofa. "Kamu dulu aja berbersih diri. Aku nanti setelah kamu." Ucap Ammar dan Dilsha mengangguk.
Dilsha berjalan ke meja riasnya dan membuka hijabnya serta ikatan rambutnya. Ah nikmat sekali rasanya ketika ikatan rambut ini terlepas dan menguraikan rambut-rambut yang terikat tadi. Dilsha tidak langsung berdiri dan berjalan ke kamar mandi, malah menatap dirinya di cermin.
Ia kasihan kepada Ammar. Ia belum bisa melayani suaminya sebagaimana mestinya. Ia memejamkan matanya lalu menatap dirinya kembali. Setelah puas, ia pun berdiri dan memilih untuk berbersih diri.
Setelah selesai, Dilsha memakaikan bath robe nya dan berjalan menemui Ammar yang sedang memakai kacamatanya untuk membaca dokumen melalui ipadnya. Dilsha dengan perlahan melepaskan kacamata Ammar, menaruh ipadnya dan menarik Ammar.
Ammar menahan tangan Dilsha. "Dilsha?" Tanyanya lalu menatap Dilsha dari atas hingga bawah. "Bukannya kita masih pacaran?" Tanya Ammar.
"Inikan pacaran halal, bukan?" Ammar tersenyum dan Dilsha mulai mengecup bibir Ammar dengan perlahan untuk melawan traumanya dan untuk menunjukkan keyakinan dirinya. Ammar tersenyum dan menggendong Dilsha untuk melanjutkan apa yang seharusnya dilanjutkan.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee! 🤎💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...