Ammar memakai parfum lalu jamnya dan berjalan ke kamar untuk melihat Dilsha yang sedang memakai lipsticknya. Ammar bersender di pintu sambil memasukkan tangannya ke saku. Ia perhatikan Dilsha dari samping. Masyaallah kali sekali dia. Semenjak bercerai, Ammar sering sekali mendambakan seseorang yang sholeha seperti Dilsha ini. Dan sekarang Tuhan memberikan kesempatan itu ke Ammar dan ia berjanji dalam dirinya untuk selalu menjaganya.
Dilsha selesai dan mengambil cluthes nya lalu hendak berjalan keluar. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Ammar yang berdiri sambil memerhatikan Dilsha. Ammar berjalan mendekat dan Dilsha memundurkan selangkah kecil untuk mundur, namun Ammar malah menaruh kedua tangannya di lekukan pinggul Dilsha lalu menariknya mendekat. Ia tatap lekat - lekat wajah Dilsha dan ia explore setiap lekukan wajah Dilsha. Dilsha dengan refleks pun terdiam dan seketika ia sesak napas karena terlalu dekat seperti ini dengan lelaki. Karena ia masih sedikit trauma dari kejadian ia bersama Deniz.
"Kamu nanti jangan pergi sendirian kemana-mana. Ajak aku. Tarik tangan aku. Panggil aku. Ok?" Dilsha seperti terhipnotis ketika mendengarkan ucapan Ammar sambil menatap mata Ammar yang berwarna hijau itu. Ammar perlahan mendekatkan dirinya dan hendak mengecup bibir Dilsha. Dilsha memejamkan matanya dan refleks mengunci bibirnya. Ini diluar kendalinya. Seperti ada serangan dari dalam yang langsung membuat Dilsha mengunci bibirnya.
Ammar yang melihat gestur dari Dilsha langsung mengerti dan memilih untuk menjauhkan wajahnya perlahan dan menjauhkan tangannya dari Dilsha. "Ayo kita bergerak. Nanti keburu selesai acaranya." Ucap Ammar dengan nada yang masih lembut.
Ini bukanlah suatu hal yang disengaja Dilsha. Dilsha tidak bisa mengendalikan dirinya karena dengan tertiba tubuhnya refleks mengatupkan bibirnya. Ia tau Ammar kecewa. Namun ia tidak tau apa yang harus dilakukan Dilsha saat ini. Sehingga ia langsung mengikuti Ammar dan pergi.
***
Ammar memeluk sahabatnya, Ahmet ketika Ahmet dan istrinya menghampiri Ammar dan Dilsha. "Semoga sakinnah, mawaddah, warahmah, Met." Ahmet tertawa, "Aamiin. Ini istri?" Tanya Ahmet dan Ammar memperkenalkan Dilsha ke Ahmet. "Kenalin ini istriku, Dilsha. Dilsha ini temen aku dulu waktu kuliah." Dilsha mengatupkan tangannya begitu juga dengan Ahmet.
"Yasudah, kalau gitu makan dan enjoy dulu. Aku mau nyambut tamu yang lain." Ammar mengangguk.
"Kamu mau makan? Makan dulu yuk?" Dilsha mengangguk lalu Ammar meletakkan tangannya di pinggang Dilsha untuk menuntunnya duduk. Tak lama seseorang mengantarkan makanan untuk mereka berdua. Mereka berdua pun memakannya dengan lahap.
Setelai selesai, mereka berdua terduduk terbodoh karena sedikit kekenyangan. Dilsha masih sedikit tidak enakan dengan Ammar. Sehingga ia sedari tadi diam dan begitu juga dengan Ammar. Mereka berdiam diri sambil melihat orang - orang bernari dengan ria. Tak lama Ahmet beserta istrinya datang menghampiri Ammar, "Am ayo nari bareng-bareng." Ajak Ahmet ke Ammar dan Ammar langsung melihat Dilsha dan menawarkan tangannya untuk mengajak Dilsha menari bersama. "Ayo." Ucap lembut Ammar sambil tersenyum. Dilsha tersenyum dan menerima tawaran tangan Ammar untuk menari bersama.
Mereka berdua dan berjalan ke tengah lalu melihat gerakan Ahmet dan istrinya. "Bisa?" Tanya Ammar dan Dilsha mengangguk namun masih memperhatikan gerakan tariannya. Dilsha mulai meletakkan tangannya di pundak Ammar dan Ammar pun mulai meletakkan tangannya di pinggul Dilsha. Ketika mereka sudah paham akan gerakan tariannya, mereka memulainya dengan perlahan.
Dilsha tertawa ketika gerakan tariannya semakin cepat. Ammar pun sedikit kelimpungan juga mengikutinya. Hingga Ammar tidak bisa mengikuti gerakannya lagi dan salah gerakan yang membuat Dilsha salah menepakkan kakinya yang berakhir Dilsha limbung dan dengan sigap Ammar memeluk dan menahan tubuh Dilsha.
Belum terjatuh, untungnya. Dilsha bukannya malu, ia malah tertawa. Ammar yang melihat gigi-gigi Dilsha yang mungil itu, ikut tertawa. Gemas kali. Perlahan ia angkat tubuhnya dan tubuh Dilsha bersamaan. Dilsha membenarkan hijabnya dan masih tertawa. "Aku semangat kalii." Ucapnya lalu kembali tertawa di dada Ammar. Ammar pun refleks tertawa juga dan memeluk Dilsha.
Untungnya di sekitar mereka masih saja terus menari dan enggak terlalu pay attention ke Ammar dan Dilsha. "Kamu nggak apa kan?" Tanya Ammar dan Dilsha menggeleng. "Tapi malu sikit aku." Ammar pun tertawa mendengarnya, "Maaf aku udah gak fokus makanya salah gerakan." Dilsha mengangguk dan mengusap perlahan keringat Ammar yang sudah bercucuran dari dahinya.
"Kita pulang yuk? Udah nggak kondusif suasananya, udah panas banget." Ucap Ammar dan Dilsha pun mengangguk.
Mereka berdua menjumpai Ahmet dan istrinya untuk berpamitan sekalian mengucapkan rasa terima kasih mereka atas undangan ke acara pernikahannya mereka. Setelahnya mereka pun pulang dan mengistirahatkan diri mereka.
***
"Hari ini mau ngapain kita?" Tanya Ammar sambil memotongkan sandwhichnya. Dilsha yang masih mengunyah makanannya, memilih untuk mengunyahnya perlahan lalu menelannya dan berbicara. "Jalan - jalan yuk sekalian beli oleh-oleh." Ammar mengangguk, "Boleh. Habis ini kita ke kamar baru berangkat."
Dilsha dan Ammar pun menghabiskan makanan mereka lalu pergi ke kamar untuk bersiap-siap lalu pergi.
Sesampainya di lobby, Dilsha yang sedang di genggam tangannya oleh Ammar hanya memandang Ammar ketika valet memberi Ammar kunci mobil. Ammar mengucapkan terima kasih lalu mengedipkan matanya ke Dilsha. "Kita nyewa mobil ya? Biar kita aman berpergiannya." Dilsha tersenyum lalu mengangguk.
***
Setelah memakan waktu 45 menit, mereka pun sampai di tujuan. Namun Ammar tidak langsung mematikan mesin mobil dan memilih untuk berbicara sebentar ke Dilsha. "Tas kamu nanti hati-hati. Selalu pegang tangan aku, ok?"
Dilsha hanya menatap Ammar dengan tatapan gemasnya.
"Aku khawatir." Dilsha mengangguk sambil menggemaskan senyumannya yang membuat Ammar tertawa. "Yaudah ayo." Ucap Ammar lalu mematikan mesin mobil dan keluar yang diikutin oleh Dilsha juga. Ammar berjalan memutar untuk mendatangin Dilsha. Ketika mereka hendak menyebrang, Dilsha menggenggam tangan Ammar. "Jangan dilepasin." Ucap Dilsha membuat Ammar tersenyum gemas begitu juga dengan Dilsha.
Setelah gemas-menggemas, Dilsha dan Ammar menyebrang lalu mereka pun berjalan dari ujung ke ujung untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Jujur ini adalah kesukaan Dilsha untuk membeli keramik dalam bentuk gelas, piring, guci kecil, karpet dll. Bisa-bisa mabok ini ceritanya!
"Aku gabisa milih." Ucap Dilsha sambil melihat ke kanannya. Ammar tertawa. "Kita cari-cari aja dulu. Manatau ada yang pas dan berguna, kita beli." Dilsha mengangguk setuju dengan kalimat Ammar dan tak sengaja disaat yang sama, Dilsha terlihat toko karpet yang menjual berbagai macam bahan dan motif. "Ammar, kita ke toko karpet boleh ya?" Ammar mengangguk dan mereka berdua pun berjalan ke toko tersebut.
Sesampainya di dalam, seorang karyawan mendatangin mereka berdua dan bertanya apakah mereka orang turki asli atau turis. Sungguh bukan main ini tempat.
Membutuhkan waktu hampir sejam juga berada di toko ini hingga Dilsha membuat keputusannya mana karpet yang akan dibeli. "Boleh ya? Yang ini aja." Ammar mengangguk. Karena ia lihat ini pun bagus dan berguna juga untuk ruang tamu mereka. "Yaudah kita beli. Aku juga mau sejadahnya 12 buah." Dilsha mengangguk dan menyetujui permintaan Ammar.
Setelah selesai memilih, mereka pun mengurus administrasi dan lainnya. Karena mereka ingin, barang yang mereka beli langsung di kirim ke rumah mereka agar tidak memakan biaya lagi di pesawat nantinya. Sehingga mereka setuju untuk menggunakan ekspedisi worldwide dari toko ini sendiri.
Toko karpet pun selesai dijelajahi. Ammar dan Dilsha pun berjalan kembali dan akhirnya berakhir di toko keramik yang menjual guci, piring, dan gelas. Mereka berdua pun bermusyawarah dan memilih apa-apa saja yang fix untuk dibeli.
Setelah berpuas berbelanja, Ammar dan Dilsha membeli snack pengganjal perut karena sedari pagi mereka belum ada makan apapun lagi.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!
🧡💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...