Hari yang ditunggu-tunggu Shaqil telah tiba. Usaha sudah dikerahkan seluruhnya untuk pertandingan bola hari ini. Bahkan ia setiap hari mengingatkan Ammar dan Dilsha untuk mengosongkan waktu satu harian hanya demi pertandingan bola ini.
Walaupun sudah dibilangin untuk mengosongkan waktu satu harian demi pertandingan bola ini, Ammar tetap tidak bisa mengosongkan waktunya satu harian. Karena tanggung jawab yang tidak bisa ia tinggalkan. Sehingga siangnya Ammar menyusul.
Namun berbeda dengan Dilsha. Dilsha benar-benar tidak masuk kantor dari pagi ini. Ia sibuk mengurusi persiapan Shaqil hari ini. Ya walaupun Shaqil sedikit jutek, dikarenakan Ammar tidak bisa hadir dari pagi. Ammar dan Dilsha bisa lihat wajah Shaqil saat ini saat mereka sarapan bersama.
Ammar tertawa sambil mengacak halus rambut Shaqil. "Papa nanti Insyaallah nyusul." Shaqil hanya melihat Ammar lalu melanjutkan sarapannya. Dilsha hanya melihat mereka berdua. "Tapi Insyaallah nya papa, insyaallah bisa kan?" Ammar tertawa mengangguk, "Insyaallah bisa nyusul papa." Shaqil hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dilsha hanya tersenyum sambil memakan baked oatmeal nya. Setelah mereka Shaqil selesai sarapan, Shaqil bersiap-siap memakai sepatu bolanya. Dilsha pun membantu Shaqil untuk bersiap-siap. Dilsha ambil tas bolanya yang berisikan baju ganti dan sandal serta Dilsha sambilan membawa segelas susu untuk Shaqil. "Shaqil minum dulu susunya, biar nanti nggak gampang capek." Shaqil menunda memakai sepatunya dan memilih untuk mengambil gelas susu yang diberikan Dilsha, lalu meminumnya.
Setelah habis, Shaqil berikan kembali ke Dilsha dan melanjutkan memakai sepatunya. Ketika selesai, Shaqil berdiri dan menyalim Dilsha. Dilsha berjongkok sambil mengelus kepala Shaqil. "Jangan lupa berdoa sayang. Ingat ini hanya pertandingan. Menang atau kalah it's okay, oke?" Shaqil mengangguk lalu memeluk Dilsha. "Mama nanti datangkan?" Dilsha mengangguk, "Mama datangnya tapi jam 9 ya? Karna pertandingan Shaqil mulainya jam 9. Kalau mama datang sekarang, mama nggak ada temen."
Shaqil melepaskan pelukannya dan mengangguk, "Iya nggak apa mama. Shaqil pergi dulu ya ma, Assalamualaikum." Dilsha cium sekilas pipi Shaqil itu lalu Shaqil pun bergegas ke mobil.
Dilsha mendekati Ammar yang sudah bersiap di depan pintu. "Udah selesai? Yuk." Ajak Ammar ke Shaqil untuk pergi bersama. Shaqil mengangguk lalu pergi ke mobil duluan.
"Kamu nanti datangnya jangan terlalu lama. Nanti takutnya nggak bisa lihat Shaqil tanding." Ammar mengangguk, "Sebenarnya kamu mau aku temenin kan?" Dilsha langsung mencolek pipinya Ammar sambil tertawa. "Yaudah aku pergi dulu, Assalamualaikum." Ammar mencium pipi Dilsha dan Dilsha pun menjawab salamnya Ammar.
***
Dilsha berdiri melihat dari tribun dimana Shaqil berada saat ini. Tak lama ia melihat nomor punggung Shaqil lalu melambaikan tangannya. Shaqil yang kebetulan juga mencari Dilsha, langsung melambaikan tangannya juga.
Dilsha pun kembali duduk dan mulai menonton pertandingan Shaqil. Lama ia duduk di tribun, dibawah sinar matahari yang terik, dengan hanya bermodalkan kacamata hitam dan sunscreennya demi menonton pertandingan Shaqil. Tapi itu semua tidak sia-sia, karena baru berapa menit saja pertandingan dimulai tadi, Shaqil sudah mencetak gol. Dilsha pun bertepuk tangan sambil bersorak sorai.
Sedang asik menonton, sebuah topi mendarat di kepala Dilsha dengan tertiba. Ia sedikit panik dan menoleh ke orang yang menaruh topi itu di kepalanya. Ternyata Ammar. "Kamu ini, aku pikir siapa tadi." Ammar tersenyum lalu duduk di samping Dilsha. "Biar nggak panas. Nanti bisa mimisan." Ucap Ammar sambil memberikan sebuah cup makanan ringan ke Dilsha.
Dilsha mengambil cup tersebut dan hanya menatap Ammar saja yang membuat Ammar lama kelamaan risih. "Kenapa sih?" Tanya Ammar sambil tertawa. Dilsha pun menahan tawanya.
"Ganteng banget, hari ini?" Ucap Dilsha. Dan Ammar hanya mengedipkan matanya sebelah. Asli, Ammar hari ini ganteng banget bagi Dilsha. Baju polo hitam dipadu dengan celana berwarna khaki dengan kacamata, topi, jam tangan sebagai aksesorisnya. Duh banget deh hari ini.
"Karena hari ini aku nemenin orang cantik nonton pertandingan bola. Jadi harus ganteng dong." Dilsha tertawa lalu mendekatkan diri ke Ammar dan berbisik, "Ganteng banget. Sampai-sampai dua wanita di belakang kita juga ikut kagum." Dilsha pun mengalihkan pandangannya dari Ammar dan memilih untuk menonton pertandingan kembali.
Ammar tertawa lalu mengalungkan tangannya di pundak Dilsha sambil menonton bola.
Ketika waktu sudah istirahat Ammar dan Dilsha turun ke bawah untuk menemui Shaqil. Dilsha langsung mengelap wajah Shaqil dengan handuk kecil yang sudah dipersiapkan Dilsha dari tadi. "Dengar mama, kalau Shaqil udah nggak tahan jangan dipaksa. Ok?" Ucap Dilsha karena melihat wajah Shaqil begitu merah. Shaqil hanya menatap Dilsha sambil mengangguk.
Dilsha memberikan minum untuk Shaqil dan Shaqil langsung duduk di rumput lalu minum. Ketika selesai, Shaqil berdiri dan Ammar mengusap wajahnya sekali lagi, "Kalau bisa menang, kenapa harus kalah? Ok?" Shaqil tertawa mengangguk lalu berlari kembali ke lapangan.
Dilsha melihat Ammar, "Wajahnya dia udah merah banget." Ammar mengangguk lalu meletakkan tangannya di bahu Dilsha. "Insyaallah tidak kenapa-kenapa. Yuk kita ke tribun lagi."
Kali ini Ammar berdiri nontonnya karena pertandingan semakin sengit. Penantian yang lama untuk menunggu Shaqil mencetakkan gol nya, akhirnya ia mencetak gol dengan sempurna! Refleks Ammar pun bersorak. Yaa kalian pasti tau dong, gimana rasanya penantian yang lama berujung manis.
"Udah sayang, duduk aja nontonnya. Kasihan yang belakang nanti terganggu." Ammar langsung melihat arah belakangnya lalu duduk kembali.
***
Setelah pertandingannya selesai, Ammar dan Dilsha turun ke lapangan untuk menjumpai Shaqil. Namun seketika Shaqil menghilang. Bukan, bukan menghilang maksudnya. Karena terlalu ramai, jadi tidak kelihatan dimana Shaqil.
Lama mereka mencari, akhirnya mereka menemui Shaqil yang berdiri di balik tubuh seorang wanita. Ammar melihat Shaqil sedang berbicara dengan wanita itu, tapi Shaqil tidak menunjukkan wajah ketertarikan untuk berbicara dengan wanita tersebut.
Shaqil yang melihat Ammar dan Dilsha datang, langsung berlari sambil membawa sebuah piala atas kemenangan tim bolanya hari ini. "Mama!Papa! Shaqil menang! Alhamdulillah." Dilsha langsung memeluk Shaqil dan Ammar hanya mengacak-acak rambut Shaqil.
Seorang wanita yang berdiri di depan Shaqil, menoleh ke belakang dan sialnya malah Ammar yang melihatnya duluan. Ammar langsung membuang wajahnya dan sedikit marah. Dilsha pun melepaskan pelukan Shaqil lalu berdiri. Dilsha pun tak sengaja eye-contact dengan Yasemin yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Dilsha langsung melihat Ammar dan ekspresinya berubah 180 derajat. Dilsha langsung mengelus punggung Ammar untuk menenangkan dirinya.
Yasemin pun dengan keberanian yang tinggi mendatangi mereka. "Selamat yah Shaqil. Nggak nyangka, ternyata Shaqil malah milih untuk lari ke kalian." Ammar tersenyum miring mendengarkannya. Dilsha hanya melihat ke Yasemin dan tersenyum. "Kami pamit dulu, karena Shaqil mau ganti baju lalu pulang. Permisi." Dilsha langsung merangkul Shaqil dan menarik tangannya Ammar. Dilsha lakuin hal ini karena ia tidak ingin Shaqil melihat begitu bencinya Ammar sama Yasemin. Bisa sedih hatinya nanti.
"Eh sebelum pulang, kita foto dulu yuk?" Shaqil mengangguk antusias dan Dilsha mengambil kamera polaroidnya dari dalam tas. Dilsha pun memoto Shaqil lalu mengajak Ammar untuk berfoto bertiga. Ketika berhasil memanggil orang untuk memoto-in mereka, mereka pun berfoto. Setelah selesai, Shaqil langsung izin ke Dilsha untuk mengembalikan pialanya. Karna ini piala tim, bukan piala pribadi. Jadi harus disimpan di sekolah.
Dilsha pun berjalan mendekat ke Ammar, "Ammar kamu tahan, tenang sayang. Kamu nggak boleh kayak gini." Ucap Dilsha dan Ammar masih hanya menoleh ke bawah saja. Dilsha angkat dagunya Ammar dan ia tatap. "Kamu nggak boleh marah. Kontrol, ya?" Ucap Dilsha dengan lembut tapi tegas. Ammar hanya mengangguk.
"Udah yuk kita ganti baju baru pulang." Ajak Dilsha ketika Shaqil sudah kembali ke mereka. Dilsha menggenggam tangan Shaqil karna jujur ia takut kalau-kalau Shaqil hilang kembali. Dilsha melihat ke Ammar sambil tersenyum lalu menggenggam tangannya Ammar juga. "Ayo." Ammar tersenyum lalu mengangguk.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!
❤💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...