Baru hitungan jam mereka sampai di rumah baru mereka, Dilsha sudah selesai merapikan walk in closet untuk pakaian mereka berdua. Pakaian Dilsha emang sudah ia cicil untuk dikemas, sehingga bi Iyem tinggal menyicil seperempat sisanya lagi untuk dikemas lalu dibawa ke rumah mereka ini oleh Sukru.
Ammar yang baru saja selesai memasak untuk makan malam dan masuk ke kamar langsung bersender di dinding memerhatikan Dilsha yang tinggal menutup laci - laci.
Dilsha yang baru sadar Ammar bertengger disana, langsung menatap Ammar dari atas hingga bawah. Karena pertama kali Dilsha melihat Ammar hanya menggunakan shorts dengan kaos santai seperti ini.
"Ammar, disini ya jam-jam kamu dan disini dasi sama kaos kakinya." Ucap Dilsha sambil menunjuk masing - masing laci. Ammar mengangguk lalu mengusap kepala Dilsha dengan sayang ketika Dilsha datang mendekatkan diri ke Ammar. Ah indah sekali memang menikah ini. Hal seperti ini pun ada yang merhatiin dan ngurusin. "Udah selesai? Ayo. Aku baru selesai masak untuk makan malam kita." Dilsha menaikkan kedua alisnya excited. Karena jujur, berberes seperti ini lumayan capek juga borr. Belum lagi pakaiannya Shaqil. Sehingga ia butuh asupan energi untuk me-recharge energinya.
Sesampainya mereka di meja makan, Dilsha sudah melihat steak dan salad sayur yang ditata rapi oleh Ammar lalu ia menyium dalam - dalam wangi steak yang semerbak ini. Ammar menggaruk belakang kepalanya, "Aku cuma masak ini. Karena hanya ini yang tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama." Dilsha mencubit gemas pipi Ammar, "Terima kasih yaa, ayo kita makan." Dilsha langsung duduk dan menunggu Ammar untuk duduk juga lalu mereka berdua berdoa dan menyantap makanan setelahnya.
Setelah makan Dilsha hanya mencuci piring kotor mereka saja, karena Ammar sudah mencuci peralatan dapur yang digunakan untuk memasak tadi. Sedang Ammar lakukan sekarang ialah bersantai duduk dikursi makan.
Setelah selesai mencuci, Dilsha membuat minuman jahe merah karena ia sedikit merasa kurang enak badan akibat kecapekan karna acara semalam mungkin, sehingga ia buat minuman ini untuk dirinya dan Ammar.
Ketika minuman jahe merah tersebut sudah bisa disajikan, Dilsha langsung mengunggahnya ke masing - masing gelas mereka lalu Dilsha bawa ke meja makan. "Ini, biar enggak sakit." Ammar menautkan kedua alis matanya ketika ia mencium aromanya. "Ini apa?"
"Jahe merah. Biasanya aku buat ini kalau kita lagi kecapekan." Ammar mengangguk lalu dengan perlahan ia seruput karna masih terlalu panas. Ammar mengangguk - anggukkan kepalanya karena rasanya begitu nikmat di tenggorokkan.
"Shaqil dimana?" Tanya Dilsha.
"Sama Dipta."
Dilsha menganggukkan kepalanya sambil menyereput minumannya. Dilsha dan Ammar masih terlalu canggung untuk berbicara, karena mereka belum pernah berbicara dalam jangka waktu yang lama gitu, ditambah lagi Ammar masih sedikit pendiam. Lama mereka berdiam, Ammar lalu memberikan mobile phonenya ke Dilsha. Dilsha hanya memandang Ammar sambil mengambil mobile phonenya. Lalu ia lihat dengan seksama. Tiket? Turki? Yang benar saja? Dilsha memandang Ammar dengan tatapan tak mengertinya.
Ammar tertawa kecil lalu melipat tangannya di meja sambil menatap Dilsha dengan senyuman yang manisnya. "Ammar, ini?" Ammar mengangguk, "Kita liburan kesana tiga hari dua malam. Karena aku nggak bisa cuti terlalu lama." Dilsha menganggukkan kepalanya, "Iya gakapa, karena aku juga nggak bisa lama-lama cutinya. Kapan kita perginya?"
Ammar kembali tersenyum mendengarkan pertanyaan Dilsha, "Besok siang jam 3 kita berangkat." Dilsha memejamkan matanya dan tertawa, "Ammar yang benar aja? Kapan lagi kita packing?" Ammar berdiri lalu menarik tangan Dilsha, "Sekarang."
Dilsha memejamkan matanya dan tertawa, begitu juga dengan Ammar. Ketika Dilsha berdiri, Ammar langsung merangkulnya dan berjalan menuju kamar mereka.***
"Udah semua kan?" Tanya Ammar dan Dilsha kembali menghitung koper mereka lalu mengangguk. "Tas kecil kamu yang isinya paspor, handphone, charger, dompet mana?" Tanya Dilsha karena ia tidak melihat Ammar membawa tas kecil yang penting sekali itu. Ammar pun mencari - cari dimana ia letakkan tas kecilnya tadi.
Yah membutuhkan waktu 5 menit juga hanya untuk mencari tas nya tadi. Sampai - sampai Sukru dan istrinya ikut turun tangan mencarinya. Dilsha langsung membantu Ammar memakaikan sling bag nya biar cepat. Setelah selesai dan semuanya sudah pas, mereka pun berangkat. Namun sebelum berangkat mereka menyempatkan diri untuk datang ke rumah Esma dan rumahnya Furkan untuk berpamitan karena kebetulan satu jalan, jadi sekalian saja singgah sebentar untuk berpamitan.
Setelah berpamitan, mereka pun langsung tembak ke airport. Dan untungnya mereka berhasil sampai tempat waktu. Dilsha dan Ammar dapat bernapas dengan lega karena mereka berdua berhasil melewati sistem dan prosedur yang harus dilalui untuk naik ke pesawat.
Mereka pum masuk pesawat kelas bisnis. Ammar bukanlah seorang yang kaya raya sekali, yang punya jet pribadi sendiri. Karena ia sendiri terlahir dari keluarga yang berkecukupan sekali. Sehingga ia dan Dilsha masih menggunakan pesawat komersil tapi di kelas bisnis.
Kali ini benar - benar Dilsha dan Ammar dapat bernapas dengan lega sekali. Ammar memejamkan matanya. "Kamu ini ya, suka banget tiba-tiba. Jadinya ginikan." Ucap Dilsha lalu tertawa karena memikirkan kepanikan yang telah mereka lalui dari tadi. Ammar pun tertawa sambil menatap Dilsha. "Gapapa, alhamdulillah untungnya tekejar." Dilsha mencubit kecil tangan Ammar sambil tertawa tipis.
"Yaudah kita berdoa dan berdzikir dulu ya." Ucap Ammar
***
Sesampai di Istanbul Airport, Mereka kembali melalui sistem dan prosedur bandara. Setelah terverifikasi seluruhnya, barulah mereka mengambil koper mereka masing - masing dan menyempatkan untuk membeli secangkir kopi hangat di bandara ini. Karena mereka berdua sedikit ngantuk dan membutuhkan asupan kafein.
Setelah selesai, mereka langsung menjumpai angkutan yang sudah mereka sewa. Setelah ketemu, Ammar dan Dilsha langsung berjalan ke mobil mereka dan menaruh koper mereka. Namun sebelum mereka masuk, Ammar menarik tangan Dilsha mendekat. "Nanti pas naik ini, aku dulu yang masuk baru kamu. Dan nanti pas turun, kamu dulu baru aku. Ok?" Dilsha hanya mengangguk dan mencerna kembali ucapan Ammar.
Ingin sekali ia bertanya, namun waktu dan kondisi sangat tidak mendukung. Sehingga Dilsha tahan saja dulu pertanyaannya. Ammar tau apa yang dipikirkan Dilsha. Ia pun mengelus kepala Dilsha lembut, "Aku hanya khawatir." Ucap Ammar yang hangat sekali didengar oleh Dilsha. Dilsha tersenyum dan mengangguk. "Ayo kamu masuk dulu." Ucapnya lalu Ammar pun masuk dan kemudian Dilsha.
***
Ammar menghela napasnya ketika ia melihat pemandangan dari kamar hotel mereka ini. Magnificent! Laut Istanbul yang membiru gelap masih sangat jelas menampakkan keindahan bentuknya. Dilsha pun memandangnya sambil memuji penciptanya. "Masyaallah cantik sekali." Ammar mengangguk lalu melihat jam tangannya, "Ayo kita ganti baju yang bagus lalu pergi."
Dilsha menatap Ammar tidak mengerti. Apa emang seperti ini sifatnya Ammar yang suka tertiba dan penuh tebakan?
"Haa kita mau kemana lagi Ammar?" Ammar tertawa kecil, "Ke pernikahan temanku kuliah. Setengah jam lagi siap ok?" Ammar langsung mencium pipi Dilsha agar ia tidak marah. Namun kenyataannya, Dilsha sedikit kesal. Karena Ammar tidak ada memberitahunya apapun mengenai pernikahan temannya atau apapun itu. Dan untungnya ia memang membawa baju gaun formal untuk berjaga-jaga saja.
"Untung suami ya, Ammarr." Teriak Dilsha yang membuat Ammar tertawa.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!💚🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...