Waktu yang dinanti tiba. Disinilah Ammar saat ini duduk berhadapan dengan Furkan setelah menyerahkan mahar. Tidak, kali ini bukan hanya sekedar duduk berhadapan. Kali ini duduk berhadapan yang akan dilakukan Ammar dan Furkan sekali seumur hidup.
Furkan mengulurkan tangannya dan Ammar pun menjawab uluran tangan Furkan. "Ammar." Ucap Furkan.
"Saya." Jawabnya.
Furkan lalu menarik napasnya dan dengan sekali tarikan napasnya, ia mengucapkan kalimat untuk menikahkan Ammar dengan putrinya, Dilsha. Ammar lalu menjawabnya dengan satu tarikan napasnya juga.
Para saksi lalu mengatakan sah atas akad nikah ini. Ammar mengangkat kedua tangannya berdoa ketika pemimpin doa memimpin doa.
Setelahnya, Dilsha berjalan didampingi Vinny, Luqy dan Oya. Ammar benar - benar terpukau melihat Dilsha begini cantiknya. Dilsha lalu tersenyum ke Ammar dan Ammar semakin terpukau. MasyaAllah. Batinnya.
Dilsha pun duduk dan Ammar membantu untuk menarik baju Dilsha agar tidak terdudukinya. Maksudnya biar agak enakan gitu dia duduk. Ammar lalu mengambil satu cincin dari dua cicin yang ada untuk Dilsha lalu ia pasangkan. Begitu untuk yang cincin keduanya. Dua buah cincin, karena sekalian untuk cicin lamaran. Sama halnya dengan Dilsha, ia memasangkan cicin ke Ammar. "Cantik." Ucap Ammar sambil mengulum senyumnya menatap Dilsha yang membuat Dilsha salah tingkah.
Setelahnya mereka berdua pun menandatangin buku nikah mereka, berfoto sebagai dokumentasi hidup lalu menyelesaikan serangkaian proses akad nikah mereka.
***
Ini sudah berganti busana yang ketiga kalinya, yaitu busana formal wedding. Setelah melewati busana akad dan adat. Dilsha yang masih duduk untuk berhias hanya bisa menatap dirinya dari pantulan cermin.
"Jilbabnya yang segitiga biasa ya mbak." Pinta Dilsha ketika sang tata rias hijab memakaikan jilbabnya. Tata rias hijab tersebut mengangguk dan melakukan apa yang diminta Dilsha.
Setelah selesai, sang tata rias hijab, make up dan busana memotret tampilan Dilsha saat ini. Magnificent!
Tak lama sebuah ketukan terdengar dan empat orang yang ada di ruangan ini hanya melihat pintu yang terdengar suara ketukan. "Masuk." Ucap salah satu dari mereka. Lama mereka menunggu siapa orang tersebut, tak lama Ammar lah yang masuk. Ia tersenyum ke para tata rias Dilsha lalu tersenyum ke Dilsha, "Udah selesai?"
Dilsha mengangguk, "Udah ini tinggal foto - foto aja." Ammar mengangguk.
"Foto dong mbak sama suaminya." Ucap salah satu dari tata rias tersebut. Ammar hanya menatap Dilsha dan Dilsha pun lalu menarik tangannya Ammar, "Ayo kita foto." Ucap Dilsha barulah Ammar mendekatkan dirinya untuk berfoto.
Karena merasa Ammar ini terlalu kaku, sang fotografer yang dimana merupakan tata riasnya Dilsha juga berjalan ke mereka dan menuntun mereka untuk menyesuaikan pose sesuai dengan harapannya. "Sudah selesai semuanya." Dilsha mengangguk, "Terima kasih kembali mbak." Dilsha lalu mengambil sepatu yang ada di dekatnya, karena sedari bersiap-siap tadi hingga sekarang Dilsha tidak memakai alas sepatu.
Ammar yang melihat Dilsha sedikit kesusahan ketika memakaikan sepatu heelsnya, menawarkan tangannya agar Dilsha bisa berpegangan. Dilsha pun memegang tangan Ammar takut jikalau ia tiba - tiba limbung. Setelah selesai memakaikan sepatunya Dilsha tersenyum ke Ammar, "Terima kasih. Ayo."
Ammar yang masih memegang tangan Dilsha lalu ia tuntun tangan Dilsha ke atas lengannya untuk menggandengnya sampai mereka duduk kembali ke kursi pengantin.
"Kamu udah makan?" Dilsha mengangguk, "Udah sedikit aja tadi, kamu pasti udah makankan?" Dilsha tersenyum lebar dan Ammar tertawa kecil dan mengangguk.Tak lama mereka pun kembali berdiri dan bersalaman lalu melakukan sesi foto bersama dengan para tamu.
***
Setelah acara selesai dan waktu pun sudah malam, Furkan mendatangi Ammar dan Dilsha yang hendak kembali ke kamar hotel mereka. Furkan mencium pipi Ammar lalu berbisik, "Jaga dia, sayangi dia, bahagiakan dia Ammar." Furkan lalu memeluk Ammar, "Karena rezeki kita bergantung bagaimana kita memperlakukannya." Ammar mengangguk dan menitikkan air matanya.
Furkan melepaskan pelukannya lalu tersenyum dan mengusap air mata yang membasahi pelupuk matanya. Furkan berpindah ke Dilsha lalu menangkup kedua pipinya dan mencium kilas dahi Dilsha. "Patuh sama suami, ok? Jangan durhaka." Ucap Furkan dan Dilsha mengangguk lalu memeluk Furkan. "Cerita sama papa mama kalau ada masalah. Tapi lebih baik, kalian bicarain berdua dulu, kalian rembukkan dulu baru kalian pecahkan masalahnya. Komunikasi intinya." Ucap Furkan dengan lembut lalu melepaskan pelukannya dan Dilsha mengangguk.
"Sekarang beristirahatlah. Sudah sangat capek hari ini." Furkan mempersilahkan Ammar dan Dilsha untuk kembali ke kamar hotel. Karena acara hari ini diselenggarakan di sebuah ballroom hotel ternama, jadi sekalian saja hari ini menginap disini dulu dua hari.
Ammar lalu menggandeng tangan Dilsha menuju kamar mereka. Setelah mereka sampai, Dilsha terduduk di kursi rias untuk membuka sepatu heels yang sudah ia pakai 6 jam lebih. Setelahnya, ia pun membuka hijabnya lalu menggeraikan rambutnya. Ammar yang baru saja membuka sepatu dan menaruhnya rapi, sedikit melototkan matanya melihat Dilsha membuka hijabnya. Perdana. Sungguh dari samping aja, udah cantik banget. Masyaallah, batin Ammar.
Setelah Dilsha membuka hijabnya, ia langsung teringat bahwa gaunnya ini membutuhkan dua orang untuk membukanya. Dilsha lalu menatap Ammar yang baru saja membuka jam tangan dan jasnya. "Ada apa?" Tanya Ammar dengan lembut.
Dilsha berjalan dengan perlahan dengan wajah memelasnya, "Boleh tolong bukain yaa? Tapi agak susah.." Ucap Dilsha dengan berhati-hati. Ammar mengangguk lalu membantu Dilsha untuk membukanya. Sedikit susah, namun Ammar tidak bersuara sedikit pun untuk mengatakan ini susah atau lama atau bahkan mengeluarkan napas suara mengeluh.
Setelah selesai, Ammar hanya tersenyum melihat Dilsha yang sedikit panik lalu masuk ke kamar mandi karena hanya memakai manset baju dan legging. Ammar lalu menggelengkan kepalanya dan melepas dasi lalu membuka kemejanya dan menyisakan kaos dalam abu - abunya.
Membutuhkan waktu 45 menit juga untuk Dilsha berbersih diri dan membuat Ammar sedikit suntuk. Ia memilih untuk berjalan ke kamar mandi dan mengetuk pintunya. Namun ketika Ammar hendak mengetuk pintu kamar mandi, Dilsha keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan bathrobe dan handuk di kepalanya. Dilsha terkejut dan Ammar lebih terkejut lagi.
Ammar tersenyum jahil menggoda, "Udah selesai, belum?" Tanyanya dengan memajukan satu langkah kakinya dan Dilsha mundur satu langkah lalu langsung lari keluar kamar mandi dengan memegang bath robe nya dan menabrak tubuh Ammar. Ammar tertawa melihatnya dan masuk ke kamar mandi sambil menggelengkan kepalanya.
***
Dilsha menepuk - nepuk wajahnya setelah memakai night skincarenya. Ketika ia berdiri dari kursi, ia melihat Ammar yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang memelilit pinggangnya dan rambut yang masih belum kering.
Dilsha buru - buru mengalihkan pandangannya dan berjalan ke tempat tidur. Ammar dengan cepat menarik tangan Dilsha paksa dan ia tatap Dilsha dengan dekat dan lekat. Dilsha is freezing. Begitu pula Ammar. "Kenapa mengalihkan pandangan?" Tanya Ammar lalu tersenyum miring.
Dilsha benar - benar gelagapan dan langsung mencoba menjauhkan diri. Namun Ammar masih menahan tubuh Dilsha erat. Ammar menggeleng lalu dengan spontan hendak mencium Dilsha. Dilsha menutup matanya dan memingkemkan bibirnya.
Ammar tertawa melihat reaksi Dilsha. Dilsha pun yang mendengar suara tawaan Ammar membuka matanya perlahan dan langsung melepaskan diri dari tangan Ammar lalu berjalan ke tempat tidur dan berbaring. Ammar lalu dengan cepat mengganti bajunya dan ikut berbaring bersama Dilsha.
"Tidak perlu terburu - buru." Ucap Ammar sambil memegang kepala Dilsha lalu ia elus perlahan. Dilsha menunggu beberapa saat untuk membuka matanya lalu melihat Ammar yang sudah tenang wajahnya. Seketika ia tersenyum dan bersyukur.
"Ganteng juga rupanya." Ucap Dilsha lalu tersenyum dan kemudian mencoba untuk mengistirahatkan raganya.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!🧡🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...