Hampir seminggu Dilsha dirawat di rumah sakit dan alhamdulillah hari ini ia sudah bisa pulang dari rumah sakit. Ammar pun membantu menyusun baju-baju Dilsha dan bajunya sendiri. Dilsha pun juga udah bisa beraktivitas, walaupun belum bisa sepenuhnya.
Tak lama dokter masuk ke ruangan mereka. Ammar yang sedang berjongkok, berdiri. Dilsha yang sedang bercanda dengan Salma yang sedang membuka matanya pun melihat ke arah pintu. "Wah, Salma nya sudah main-main ya sama mamanya?" Dokter tersebut minta izin untuk menggendongnya. Bukan main, gendongannya maut sekali seperti wahana halilintar bagi Salma, karna dokter tersebut hanya memegang Salma dengan satu tangan saja. Dilsha dan Ammar pun terkejut-kejut melihat anak mereka digendong seperti ini.
"Lihat malah senyum dia." Gelak dokter tersebut dan Ammar pun ikut tertawa walaupun hatinya degup bukan main.
"MasyaAllah ini anaknya sehat. Wajib asi dan bundanya harus makan yang bergizi, jangan stress, olahraga yang ringan-ringan, seperti jalan santai yang santai sekali karna masih ada luka operasinya." Ucap dokter tersebut sambil menaruh Salma kembali ke medical infant bed nya lalu memeriksa detak jantung Salma.
"Tidak diperbolehkan mengangkat yang berat-berat." Lanjut dokter tersebut. Setelah selesai, dokter tersebut pun pamit dan mengucapkam terima kasih. Ammar lalu mengantarkan dokter tersebut sampai keluar dan mengucapkan terima kasih juga karena telah membantu persalinan Dilsha.
Setelahnya Ammar masuk kembali dan mendatangi Dilsha. "Aku tadi agak jantungan lihat dokternya gendong Salma." Ucap Ammar dan Dilsha juga mengiyakannya sambil tertawa. Entah kenapa, seperti ada candu setiap kali melihat wajah Dilsha tertawa. Bawaannya ingin terus lihat Dilsha tertawa gini. "Dilsha." Panggil Ammar.
Dilsha pun menatap Ammar dan menunggu apa yang hendak ia katakan."Kita pulang sementara ke rumah papa Furkan dulu ya? Rumah kita lagi dibangun ulang, agar ganti suasana. Jadi.." Ammar menggenggam tangan Dilsha. "Selama proses re-build, papa suruh kita tinggal sementara dirumah papa. Enggak apa ya?"
Dilsha mengangguk lembut dan tersenyum. Ammar pun berdiri, "Kita pulang yuk? Di rumah ada Oma Esma juga." Dilsha mengangkat kedua alis matanya, "Beneran?!" Ammar mengangguk. "Semalam papa Furkan minta Oma Esma kesini, jadinya dijemput Sukru ke rumah papa Furkan untuk nginap beberapa waktu ini."
"Yaudah yuk. Biar barang-barang Sukru yang bantu bawa. Kamu di kursi roda dulu ya? Biar aku yang bantu." Dilsha mengangguk dan Ammar langsung mendorong kursi rodanya dekat ke brankar. Ammar pun menggendong Dilsha untuk duduk di kursi roda. "Ammar, aku bisa sendiri." Ammar tertawa kecil lalu menggeleng dan berlutut. Ammar memperbaiki hijab Dilsha dengan lembut lalu ia elus pipi, alis, dan dahi Dilsha. Dilsha tersenyum menggoda ke Ammar.
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Ammar dan Dilsha masih tersenyum ke Ammar. "Dilsha.. kenapa?" Tanya Ammar semakin penasarannya. Dilsha menepuk pipinya dengan jari telunjuk. Ammar tersenyum dan langsung mengerti. Ia pun langsung mencium pipi Dilsha lalu memberi bonus di bibir nya. Dilsha terkejut. "Ammar... kalau tiba-tiba ada orang yang masuk tadi gimana?!" Ammar mengangkat kedua bahunya, "Ya terlihat mereka berarti kita." Tawa Ammar dan Dilsha mencoel pipi Ammar.
Sebuah ketukan pintu terdengar dan Ammar buru-buru bangkit. "Pak, mobil sudah siap. Mau pulang sekarang, Pak?" Tanya Sukru. Ammar mengangguk. "Kamu jaga Salma sebentar disini. Saya mau antar ibu Dilsha ke mobil dulu." Sukru mengangguk lalu memberikan kunci mobil ke Ammar. Ammar pun dengan segera membawa Dilsha mobil. Setelahnya Dilsha sudah duduk di mobil dan Ammar pun sudah melipat kursi rodanya kembali untuk dimasukkan ke dalam mobil, Ammar pun balik kembali ke ruangan tadi dengan membawa infant carrier untuk menjemput Salma.
Ammar masuk kembali ke ruangan tadi dan menyuruh Sukru untuk kembali ke mobil saja. Ammar lalu berjalan ke infant bed dan dengan lembut menggendong Salma untuk pindah dari infant bed ke infant carrier. "MasyaAllah sekali anak papa ini. Hari ini kita pulang ya sayang." Ucap Ammar sambil meletakkan Salma di infant carrier nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...