42 - Weekend.

1.9K 162 6
                                    

What a weekend bagi Dilsha. Dimulai dari selesai shalat Isya', mesan makanan melalui jasa ojek online, hingga sekarang duduk sambil maskeran dan ditemani netflix tentunya. Ammar masuk ke kamar mereka dan langsung disambut dengan Dilsha yang duduk santai di sofa sambil maskeran dan nonton netflix itu.

"Kamu udah siap main game sama Shaqil?" Ammar mengangguk lalu memilih untuk duduk di samping Dilsha. "Nonton apa?" Tanya Ammar lalu merebahkan dirinya di sofa dengan kepala yang berpangku di paha Dilsha.

"Sex education." Ammar menautkan kedua alis matanya melihat Dilsha. "Bukannya udah paham ya?" Dilsha langsung mencubit hidung Ammar. Ammar lalu tertawa. Dilsha yang baru saja memegang hidung Ammar, langsung ia lihat dengan lekat. Banyak sekali komedo dan pori-pori di wajah Ammar yang besar. "Wajah kamu butuh masker. Kamu mau maskeran juga enggak?" Tanya Dilsha. Ammar menggeleng. "Aku enggak pandai makainya."

"Aku yang pakai-in. Bentar ya." Dilsha lalu mengambil alat tempur skin carenya dan langsung ia bawa kembali ke sofa yang dimana Ammar masih berbaring juga.

Dilsha angkat kepalanya Ammar agar ia pangku, lalu ia bersihkan wajahnya Ammar dengan handuk kecil yang lembab. Setelahnya Dilsha mengeringkan wajah Ammar dengan menggunakan handuk kecil yang kering. Lihat, damai sekali wajah Ammar ini kalau ia memejamkan matanya. Dilsha cium sekilas dahi Ammar yang baru saja dikeringkan itu.

Ammar membuka matanya lalu menatap Dilsha yang berada diatas kepalanya. Dilsha langsung menutup kelopak mata Ammar kembali, "Jangan lihat keatas. Mau dipakain masker, ntar mencong-mencong maskernya." Ammar diam dan kembali menutup matanya. Dilsha pun lalu mengaplikasikan sheet masknya di wajah Ammar.

Dilsha ratakan sheet mask Ammar menggunakan jade roller miliknya. "Wajah aku mau diapain?"

"Biar merata maskernya sambilan di massage biar kencang kulitnya." Balas Dilsha. Ammar pun menikmati massage di wajahnya ini.

Setelah selesai, Dilsha pun kembali duduk santai dengan kepala Ammar yang ada di pangkuannya sambil menonton tv. "Ini buka matanya setelah maskernya kering?" Tanya Ammar dan Dilsha hanya bisa menahan tawanya. "Kamu buka mata aja, enggak apa-apa kok." Ammar lalu membuka matanya dan hanya menatap ke Dilsha.

Ia melihat Dilsha sedari tadi hanya membaca majalah saja. Sedang netflix ini tidak ada ia tonton sedikit pun. "Kamu nonton atau baca majalah?" Tanya Ammar dan Dilsha hanya fokus ke majalahnya. Tak lama Dilsha membalasnya, "Dari tadi kamu nonton atau liatin aku." Ucap Dilsha dengan santai masih sambil membaca majalahnya.

Ammar tertawa dan kembali menatap atas saja. Nyaman sekali rasanya. Lama mereka terdiam, lalu Ammar kembali bersuara.

"Kamu mau tau nggak cita-cita aku apa?" Dilsha mengalihkan pandangannya dari majalah ke Ammar. "Apa itu?"

"Bisa punya keluarga yang utuh." Jawab Ammar. "Agar anak-anak kita nggak ngerasain apa yang aku rasain dulu." Dilsha mengelus rambut Ammar.
"InsyaAllah." Jawab Dilsha dengan lembut.

Bermenit-menit berlalu dan mereka hanya menghabiskan waktu dengan tertawa, berbicang dan diskusi. Waktu pun sudah menunjukkan bahwa sheet mask sudah harus dilepas dari wajah mereka. Dilsha melepaskan sheet masknya sendiri lalu menepuk-nepuk perlahan wajahnya. Setelah ia membuka miliknya, Dilsha membuka maskernya Ammar lalu ia tepuk-tepuk perlahan wajah Ammar itu.

MasyaAllah sekali wajah Ammar ini. Alis matanya tebal, hidung mancung, rahangnya yang menonjol. Merasa gemas, Dilsha lalu mencium pucuk kepala Ammar yang wangi itu. Dilsha lalu bangkit dan menaruh kepala Ammar di sofa. "Mau kemana?"

"Mau buatin susu untuk Shaqil, sekalian ngajak untuk bobo karna udah jam 10." Dilsha pun pergi ke dapur untuk membuatkan Shaqil susu lalu setelahnya ia bawa susu itu ke kamar Shaqil.

Dilsha lalu mengetuk pintu kamar Shaqil dan masuk sambil membawa segelas susu. Ia tengah melihat Shaqil masih bermain game. Dilsha memberikan susu ke Shaqil, "Diminum dulu, bismillah." Shaqil pun menuruti apa yang dikatakan Dilsha.

Ketika habis, Shaqil memberikan gelas kosong tersebut ke Dilsha. "Terima kasih mama." Dilsha tersenyum. Entah mengapa Shaqil ini benar-benar soft boy yang mengerti apa itu tata krama dengan yang tua maupun sebaya nya.

"Udah dulu yuk main gamenya udah jam 10, besok kamu kan masih libur. Bisa main sepuasnya." Ucap Dilsha dengan lembut. Shaqil mengangguk dan langsung mematikan PS nya dan kemudian menggosok giginya serta berwudhu lalu pergi tidur.

Dilsha mematikan lampu kamar Shaqil dan kembali ke kamar ia dan Ammar untuk beristirahat.

***

Ammar dan Dilsha udah sepakat bahwasanya hari minggu adalah hari berkunjung ke rumah orang tua mereka. Di minggu pagi hingga siang, Ammar dan Dilsha ke rumah Esma dan dari sore hingga malam, mereka ke rumah Furkan.

Dilsha mencium tangan Esma ketika Esma membuka pintu dan memunculkan dirinya dari balik pintu. Dilsha lalu mencium pipinya. "Oma sehat-sehat ajakan?" Esma menatap dengan teduh wajah Dilsha sambil mengangguk, "Alhamdulillah."

Ammar lalu mencium punggung tangan Esma dan memeluknya. "Oma baik-baik ajakan disini." Esma mengangguk pelan. Ammar lalu melepaskan pelukannya dan menatap wajah Esma sekilas lalu ia panggil Shaqil untuk menyalam Esma. "Assalamualaikum Uti." Esma tersenyum lalu mencium pipi Shaqil, "Waalaikumsalam."

Esma kembali menegakkan tubuhnya dan mempersilahkan mereka masuk. "Duduk dulu. Oma udah buatkan kalian kue pie." Ammar tersenyum mendengarnya. Dilsha pun membantu Esma di dapur untuk menyiapkan pie nya.

Tak lama Dilsha membawa sebuah pie pan besar yang freshly out from the oven. Shaqil langsung menatap takjub ukuruan pie tersebut. "Wah besar sekali uti." Esma tersenyum sambil memotong pie nya. Dilsha lalu memunggahkan potongan pie tersebut ke masing-masing piring untuk dibagikan ke masing-masing orang.

Setelah semuanya dapat, mereka menyantap pie nya dengan lahap. Esma tersenyum melihatnya.

Setelah selesai, Dilsha langsung mencucikan piring dan alat-alat masak yang kotor. Setelahnya Dilsha kembali berkumpul dengan mereka dan menghabiskan waktu untuk berbincang. Hitung-hitung lepas rindu.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah 2 siang. Ammar dan Dilsha pun berpamitan untuk pulang, karena sore harinya lagi mereka akan pergi ke rumah Furkan. Dilsha menyalam Esma, "Oma sama kita aja yuk tinggal. Biar Oma ada yang jagain." Esma tersenyum mendengarkan sambil memegang dagu Dilsha. "Tidak usah, Oma disini aja. Lagian disini juga ada yang lihatin, Mpok Una, Mpok Atik dan lainnya."

Dilsha menatap Ammar dan Ammar hanya mengangguk. "Yaudah Oma, Oma sehat-sehat ya. Nanti kami lebih sering main ke sini ya Oma." Esma mengangguk lalu menangkup pipi Dilsha. "Manis sekali istri mu ini Ammar." Ammar tersenyum lebar menatap Dilsha. Dilsha yang emang bangsa pemalu langsung merah pipinya.

"Ya sudah, pulanglah kalian nak. Hati-hati di jalan." Ammar mencium punggung tangan Esma yang diikuti Shaqil. Setelahnya mereka pun kembali ke rumah mereka untuk beristirahat sejenak karena sore hari mereka akan pergi kembali.

***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!💜🧡

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang