Dilsha memasukkan bekal Shaqil ke tas bekal Shaqil. Lalu ia berikan ke Shaqil. "Ini mama buatkan nugget, sosis dan telur mentega sesuai permintaan Shaqil." Shaqil tersenyum lebar lalu menyalim tangan Dilsha, "Terima kasih, mama. Shaqil pergi dulu ya ma." Dilsha mengangguk lalu sedikit menundukkan tubuhnya untuk mencium pipi Shaqil. "Belajar yang baik sayang." Shaqil mengangguk lalu berjalan ke luar untuk naik duluan ke mobil.
Ammar yang perginya barengan dengan Shaqil langsung berpamitan ke Dilsha juga. "Aku pergi duluan. Nanti kamu pergi sama Sukru." Dilsha mengangguk lalu menyalim Ammar dan Ammar mencium pipi Dilsha. "Aku pergi dulu."
Dilsha mengangguk dan tak lama ia memanggil Ammar kembali. "Dasi kamu kemana?" Ammar melihat jasnya kembali. Sepertinya emang seperti ini ia pergi ke kantor. "Ada di tas kerja aku." Dilsha menggeleng keras dan langsung mengambil tas Ammar dan mengambil dasinya lalu ia pakaikan ke Ammar agar tampak lebih sopan saja.
"Untuk apa dipakai sekarang? Aku pakainya nanti pas meeting aja." Dilsha menahan tangan Ammar yang hendak membuka kembali dasinya. "Mulai sekarang kamu selalu pakai dasi dan nggak boleh dilepasin dasinya, ok?" Namun Ammar hanya diam dan menatap Dilsha.
"Ok." Jawab Dilsha sendiri lalu mencium suaminya itu. "Hati-hati dijalan. Kamu bawa anak-anak. Jangan ngebut." Ammar tersenyum lalu pergi menemui Shaqil yang sudah bersiap untuk pergi dan mereka berdua pun berangkat.
***
Nihan terkejut melihat Ammar yang datang hari ini dengan membawa hawa dan suasana yang berbeda sekali rasanya. Ia melihat pancaran fresh dari wajah Ammar. Apa mungkin efek baru kawin kali ya. Nihan lalu berlari ke Ammar dan menyambut kedatangan Ammar yang sudah libur 4 hari lamanya.
"Selamat datang kembali, Pak Ammar."
Ammar hanya memandang datar wajah Nihan. "Selamat pagi, Nihan." Balas Ammar."Tumben banget Pak Ammar pakai dasi. Rapi lagi. Apa jangan-jangan disuruh Bu Dilsha yaa pak untuk pakai dasi?" Goda Nihan dan Ammar hanya mengerutkan dahinya sambil menatap Nihan. "Masih mau bawa agenda atau bawa barang kamu keluar?" Nihan yang tadinya tersenyum puas langsung terdiam dan menelan ludahnya. "Maaf Pak Ammar. Saya masih mau membawa agenda." Ucapnya lalu melipir kembali ke kursi nya dan duduk.
Ammar pun kembali berjalan ke ruangannya dan membuka jasnya lalu menatap dasinya. "Ah Dilsha." Ucapnya sambil tersenyum lalu duduk dan memulai harinya untuk bekerja kembali.
***
Dilsha membawa sebuah termos bekal untuk Ammar ke kantornya. "Pak Ammar ada Nihan?" Nihan berdiri dan langsung mengangguk, "Silahkan Bu Dilsha, Pak Ammar ada di ruangannya." Dilsha tersenyum lalu mengetuk pintu ruangan Ammar dan langsung masuk. Ammar yang langsung menengadahkan kepalanya untuk melihat orang yang mengetuk pintu tadi langsung masuk ke ruangannya.
Amarah Ammar langsung turun dan tersenyum lebar melihat Dilsha. Ia berdiri dan menyambut kedatangan istrinya. "Ada apa?" Tanya Ammar dengan lembut. Dilsha tersenyum sambil menaruh bekal makan siang untuk Ammar diatas meja kerjanya. "Ini untuk makan siang kamu."
Ammar melihat bekal makanan tersebut lalu mengangguk. "Kapan kamu masaknya? Bukannya kamu ke kantor tadi?" Dilsha mengangguk, "Aku pulang lagi untuk masak. Baru kesini." Ammar mengangkat kedua alis matanya kagum mendengar Dilsha yang rela kembali ke rumah hanya untuk membuatkan Ammar bekal.
Tak lama suara deringan telefon Dilsha terdengar. Dilsha langsung mengangkatnya dan berbincang dengan seseorang di seberang sambungan tersebut dan meninggalkan Ammar yang sedang menatap bekal yang dibuat Dilsha ini.
Ia bersyukur sekali. Karena ia tidak pernah diperhatikan segini kalinya. Sampai rela pulang ke rumah hanya untuk membuat bekal. Ammar pun berjalan mendekati Dilsha sambil berkacak pinggang memerhatikan Dilsha yang sangat fokus dengan percakapannya.
Dilsha pun tidak mengacuhkan Ammar yang memerhatikannya, karena bisa - bisa buyar apa yang hendak ingin ia cakapkan nantinya dan memilih untuk berjalan sedikit menjauh dari Ammar.
Ketika selesai bertelfon, Dilsha berjalan mendekat Ammar kembali dan melihat Ammar yang sudah tersenyum gemas melihatnya lalu mencium bibir Dilsha kilas. Dilsha terkejut dan melototkan matanya. "Ammar! Ini di kantor." Ucapnya sambil memukul dada Ammar dan wajah Dilsha seketika merah malu.
"Aw, ini kan kantor aku. Kamu kan istri aku. Boleh berarti dong ya. Abisnya gemes." Dilsha hanya menahan senyumannya yang hendak pecah itu. Namun ia takut, ketika ia terlalu senang seseorang masuk ke dalam ruangan Ammar dan memergoki mereka berdua. Kurang etis sekali rasanya.
Ammar duduk di pinggiran meja kerjanya dan menatap Dilsha yang masih malu. Ammar tertawa melihatnya dan menarik kedua tangan Dilsha mendekat. "Disini dulu. Kita makan bareng."
"Aku harus ke kantor Ammar. Kamu makan sendiri dulu, ya?" Ammar hanya tersenyum melihat Dilsha. Cantik sekali dirinya, MasyaAllah.
Ammar mengangguk lalu berdiri. "Makasi bekalnya. Kamu jangan lupa makan." Ucapnya lalu mengelus kepala yang berbalutkan hijab Dilsha dengan lembut. "Kamu sama siapa kesini?"
"Sama Sukru. Aku pergi dulu ya. Assalamualaikum." Ucap Dilsha lalu menyalim Ammar dan Ammar mengangguk. Dilsha pun keluar ruangan Ammar dan pergi ke kantornya. Sedang Ammar langsung melihat jamnya dan emang sudah waktunya untuk makan siang. Sehingga Ammar menyempatkan diri untuk menghabiskan makanan buatan Dilsha lalu shalat dan setelahnya ia akan melanjutkan pekerjaannya.
***
Ammar memarkirkan mobilnya di parkiran VIP kantor Dilsha. Ia memilih untuk turun saja menemui Dilsha. Ammar tersenyum kecil kepada orang yang menyapanya. "Malam Pak Ammar." Sapa pak satpam.
Ammar mengangguk dan tersenyum hangat, "Malam."
"Bu Dilsha dan Den Shaqilnya masih di ruangan bu Dilsha, Pak." Ucap satpam tersebut dan Ammar mengangguk lalu menepuk perlahan bahu satpam tersebut lalu segera menemui Dilsha dan Shaqil.
Sesampainya di depan ruangan Dilsha, Ammar mengetuk lalu membuka pintunya dan memasukkan kepalanya sedikit untuk mengintip mereka berdua. Ternyata Dilsha dan Shaqil sedang terlelap, dimana Shaqil tidur di paha Dilsha dan Dilsha juga tertidur dalam keadaan duduk. Ammar perlahan masuk dan tersenyum. Ia perhatikan wajah istirnya tertidur itu. Ah cantik sekali dia.
Ammar tersenyum lalu membangunkan Dilsha dengan perlahan. "Dilsha." Bangunnya sambil menepuk lembut pipi Dilsha. Dilsha pun tak lama terbangun dan langsung melihat wajah Ammar dari dekat. Dilsha lalu mengusap wajahnya, "Yaampun ketiduran. Jam berapa ini?" Ucapnya sedikit panik.
Ammar langsung mengelus bahu Dilsha dan tersenyum, "Tenang, enggak apa. Baru jam 8 kok." Ucapnya. Dilsha yang masih mengantuk, masih mencoba untuk menyadarkan dirinya.
Setelah sadar ia pun perlahan menaruh kepala Shaqil diatas sofa dan bangkit. Ia lalu menyusun desk job nya. "Kita pulang ya? Kasihan Shaqil tidurnya udah pules banget." Ammar mengangguk lalu menggendong Shaqil.
Dilsha yang sudah berberes, langsung membukakan pintu ruangannya agar Ammar bisa keluar sambil menggendong Shaqil.
Sesampainya di lobby, satpam yang tadi menyapa Ammar datang tergopoh melihat Ammar yang menggendong Shaqil. "Ada yang bisa saya bantu pak Ammar?" Ammar tersenyum, "Terima kasih Pak." Ucap Ammar dengan lembut.
"Kami pamit pak." Ucap Dilsha.
Satpam tersebut pun mengangguk sopan, "Baik bu, Pak. Hati-hati."
Satpam tersebut memerhatikan mereka bertiga hingga mereka naik mobil. Seketika satpam tersebut tersenyum. "Baik sekali mereka ini." Ucapnya lalu kembali ke posnya untuk berjaga.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!
💚🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
Roman d'amourMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...