61 - Ammar? Kenapa?

1.2K 111 8
                                    

Berbulan-bulan sudah untuk mencapai akhir dari segala jalur hukum untuk mengadili seorang Deniz saja. Jujur, melelahkan sekali. Baru hari ini Ammar merasakan yang namanya nikmat bersantai di pagi weekend seperti ini. Berbaring, menonton film, dan berpangku bersama Salma. Ammar memangku Salma yang sedang anteng sambil memainkan jemarinya dan mengoceh bahasa bayinya.

Ammar tertawa mendengarkannya sambil ia cubit halus pipi Salma. "MasyaAllah, wangi banget." Ucap Ammar ketika ia menyium Salma karna gemas.

Tak lama, Shaqil datang dengan membawa nintendo switch nya. "Papa, lagi ngapain?" Tanya Shaqil. "Papa lagi nonton sama adik Salma. Kenapa nak? Shaqil ada butuh sesuatu?" Shaqil menggeleng. "Main game yuk, Pa?" Ammar menimang-nimang ajakan Shaqil. Not bad, boleh lah. "Yaudah yuk, tapi Shaqil ya yang idupin, karna adik Salma lagi anteng dia papa setengah baring gini." Shaqil mengangguk dan mengurus semua perkabelan agar bisa bermain nintendo switch di tv.

Bermain game sambil menimang anak, ya seperti ini rasanya. Walaupun sambilan, tapi rasa fun nya, ngumpul bersama anak-anaknya, berasa banget!

Lama mereka bermain game, hingga akhirnya Salma mulai merengek. Ammar mengecek mengapa Salma merengek. Ternyata setelah dicek keseluruhan, tidak ada apa-apa. Tidak bocor pampersnya, tidak haus juga. Apa mungkin dia mengantuk? Ammar pun menelungkupkan Salma di dada bidang Ammar sambil Ammar puk-puk perlahan, and it works! Salma tertidur gaes dalam keadaan tengkurep di dada Ammar. Ah sayangnya, rasanya.

"Adek Salma tidur pa?" Tanya Shaqil lalu berdiri dan melihat adik kecilnya itu tertidur. Ammar mengangguk dan tertawa kecil. Mereka berdua gemasnya bukan main. "Lucu kali papa, dia tengkurep gini pipinya tumpah." Ammar memahan tawanya.

"Shaqil harus jagain adek Salma ya? Sampai besar nanti, Shaqil harus selalu sayang sama adek Salma dan adek-adek yang lainnya." Ammar mengelus rambut Shaqil. "Jangan berantem-berantem. Shaqil harus sering ngalah sama adek Salma. Ok?"

Shaqil mengangguk lalu mengelus halus kepala Salma lalu ia cium Salma dengan sekilas.

"Yaudah yuk, kita lanjutin main gamenya lagi." Ajak Ammar dan Shaqil pun mengiyakan ajakan Ammar.

***

Dilsha yang baru saja menyelesaikan meeting onlinenya bersama dengan Damla dan rekan lainnya, mencari kemana Ammar, Salma dan Shaqil. Sedari tadi ia tidak mendengar teriakan atau suara mereka. Benar-benar senyap sedari tadi. Dilsha pun masuk ke kamar mereka dan langsung disambut dengan pemandangan diatas sofa, Salma tidur tengkurap di dada bidang Ammar yang dimana Ammar pun juga tertidur dalam keadaan selonjoran dan Shaqil pun tertidur juga disamping paha Ammar.

Dilsha langsung mengambil mobile phonenya untuk mengabadikan keadaan ini. "Lucu banget, MasyaAllah." Benar deh tapi, weekend kali ini benar-benar bawaannya ingin tidur terus, karena cuacanya yang agak dingin.

Dilsha membangunkan Ammar dengan perlahan menyentuh pipi Ammar. Ammar pun terbangun namun ia tidak bisa bergerak, karena Salma masih tertidur diatasnya. "Astagfirullah aku ketiduran, untung Salma nggak kenapa-kenapa." Dilsha tersenyum lalu perlahan mengangkat Salma dan memindahkannya ke infant bed nya.

Ammar pun mengusap wajahnya dan melihat TV mereka masih memutarkan game yang dimainkan mereka tadi. Definisi bermain game sampai tertidur.

Dilsha kembali ke sofa dan meletakkan switch yang sedang dipegang Shaqil. "Bapak sama anak sama aja nih." Ammar tertawa lalu menarik tangan Dilsha untuk ikut relax bersama di sofa.  "Sini, kamu ikut rebahan." Dilsha tertawa lalu bergelanyut di lengan Ammar. Ammar lalu men-switch televisi mereka yang awalnya chanel untuk bermain game menjadi chanel netflix. Definisi chill n netflix sih ini.

Ammar dan Dilsha pun menonton, sambil diselingi dengan kecupan-kecupan kecil dari Ammar di pipi, kepala, tangan Dilsha. Duh, Ammar.

"Rumah kita belum siap ya?" Tanya Dilsha tertiba lalu menatap Ammar dengan sedikit mendongakkan kepalanya Dilsha untuk menatap Ammar. Ammar menatap Dilsha lalu menggeleng, "Udah tapi masih 1/4 lagi selesai. Sabar ya, karena rumah kita benar-benar dibangun kembali." Dilsha mengangguk lalu kembali menonton series.

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang