40 - Jumatan.

2.3K 174 14
                                    

Dilsha yang sedang mengisi bekal Shaqil sambil memerhatikan kedua lelaki yang sedang sarapan bersama. Dilsha tersenyum lalu menutup bekal Shaqil karena sudah selesai diisi dan kemudian Dilsha duduk bersama mereka dan mengambil sarapannya. "Ada yang marahan kayaknya nih." Ledek Dilsha lalu mengunyah sarapannya.

Ammar hanya melirik Dilsha lalu melanjutkan makannya. Sedangkan Shaqil hanya menikmati sarapannya tanpa melihat siapa pun.

Lama mereka berdiam dan menghabiskan sarapan mereka. Setelahnya Ammar pun bersiap-siap untuk pergi dan mengajak Shaqil untuk segera bersiap-siap juga. "Shaqil, ayo siap-siap." Shaqil hanya berjalan berdempet ke Dilsha dan memegang tangannya. "Shaqil sama mama Dilsha aja ya?"

Dilsha tersenyum sambil menangkup kedua pipi Shaqil, "Mama Dilsha pergi nya nanti. Shaqil sama papa dulu ya?"
Namu Shaqil tampaknya cemberut.
"Shaqil nggak boleh gitu sama papa, Shaqil nggak mau jadi anak durhaka kan?" Shaqil terdiam dan menggeleng.

Ia pun mengambil tas sekolahnya dan memasang sepatu sekolahnya lalu menggenggam tangan Ammar yang sudah Ammar sodorkan untuk berjalan bersama. Dilsha tersenyum dan ikut menghantarkan mereka berdua ke depan pintu.

Ammar memberhentikan langkahnya tepat di depan pintu. "Oiya nanti aku siang pulang, mau mandi untuk jumatan sama Shaqil. Jadi nanti bekalnya nggak usah dibawa ke kantor, ok?" Dilsha mengangguk dan tersenyum lalu menatap Ammar. Lama mereka bertatapan, membuat Dilsha sadar, "Ammar? Udah pergi sana. Shaqil udah nungguin di mobil."

Ammar tersenyum lalu mengecup bibir Dilsha. Ammar lalu tertawa kecil dan berlari kecil menuju mobilnya. Sedang Dilsha hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Ah Ammar."

***

Ammar membuka pintu ruangan kerjanya dan langsung melihat seorang pria telah duduk sambil memalingkan wajahnya ke jendela. Ammar berdeham lalu pria tersebut melihat ke sumber suara. Malah sekarang Ammar yang memalingkan wajahnya ketika pria tersebut melihat Ammar. Seketika perasaan baik yang ia bawa dari rumah, berubah menjadi perasaan amarah dan jijik yang bercampur menjadi satu.

"Halo Ammar. Tak mau mengucapkan selamat datang kembali Deniz Aslanov?" Tanya pria tersebut, yang dimana itu adalah Deniz.

Ammar berjalan sambil membuka jas nya lalu duduk di kursi kerjanya. Jujur kedatangan Deniz kembali membuat Ammar benar-benar tidak nyaman. Ingin sekali ia menembak mati batang lehernya Deniz saat ini juga.

"Status baru, kehidupan baru." Deniz menggelengkan kepalanya dan tersenyum sambil memejamkan matanya. "Wonderful feelings, right?" Tanya nya lalu tertawa.

Deniz bangkit dengan menggunakan kruk nya dan berjalan ke jendela. "Kau akan merasakan apa yang aku rasakan, Ammar." Desisnya. Deniz berbalik badan lalu tersenyum manis ke Ammar. "Aku hanya mampir saja. Yah melihat-lihat keadaanmu seperti apa saat ini setelah kau berani mematahkan kaki ku, Ammar."

Ammar masih memandangnya dengan tatapan tenangnya. Tak lama Nihan masuk dengan sedikit gopoh. "Maaf Pak Deniz, bapak mau minum apa?" Ammar langsung berdiri, "Tidak apa. Pak Deniz sudah selesai. Ia segera keluar dari sini." Jawab Ammar lalu berjalan untuk menghantarkan Deniz hingga ke depan pintu ruangan Ammar.

Deniz tersenyum lalu berjalan keluar, "Terima kasih jamuannya pak Ammar." Ucapnya dengan manis lalu berbalik arah keluar dari ruangan Ammar. "Memuakkan." Ucap Deniz ketika ia sudah di luar ruangan Ammar.

"Maaf Pak?" Tanya Nihan yang masih berdiri di dekatnya. Deniz langsung menatap Nihan dengan tatapan tajamnya lalu pergi meninggalkan kantor ini.

Selepas kepergian Deniz, Nihan langsung bergidik ngeri melihat ekspresi wajah Deniz yang seratus persen berubah. "Definisi ganteng-ganteng mengerikan sih ini." Ucapnya lalu kembali ke meja nya dan mengerjakan pekerjaannya.

***

Dilsha yang membawa belanjaan sayur langsung disambut dengan Ammar yang sudah rapi, bersih dan wangi. Benar-benar deh, laki-laki yang pergi jumatan itu ganteng poll deh!

Dilsha sampai sedikit salah tingkah melihat Ammar keluar dengan mengenakan baju koko seperti ini.

"Kamu udah mau pergi?" Ammar mengangguk. "Tapi masih nunggu Shaqil sama Sukru." Dilsha mendengarkan ucapan Ammar sambil mengeluarkan barang belanjaannya. "Kamu mau aku masakin apa?" Tanya Dilsha.

Ammar duduk di kursi makan sambil berpikir. Sebenarnya bagi Ammar tidak masalah mau makan apapun. Karena sedari kecil ia sudah terbiasa dengan hanya memakan sepiring nasi dengan kecap dan kerupuk sabagai lauknya. "Apa aja boleh kok." Jawab Ammar.

Dilsha mengangguk lalu tak lama Shaqil datang dari kamarnya bersamaan dengan datangnya Sukru dari arah dapur. "Yaudah kami pergi dulu, Assalamualaikum." Salam Ammar dan Dilsha menjawab, "Waalaikumussalam."

***

Dilsha langsung menangkup wajahnya Shaqil ketika Shaqil pulang jumatan dengan wajah yang murung. "Shaqil kenapa sayang?" Tanya Dilsha dan Shaqil menggeleng.

Ammar kemudian masuk rumah dan langsung tersenyum, "Sandal kesayangannya Shaqil hilang tadi di masjid. Jadinya dia pulang kaki ayam."
Dilsha tersenyum ke Shaqil, "Oh gara-gara itu-" Dilsha menggandeng tangan Shaqil sambil berjalan ke meja makan. "Besokkan hari libur, jadi besok kita beli lagi ya sandalnya Shaqil. Sekarang-" Dilsha mengambil piring untuk Shaqil dan Ammar. "Kita makan siang dulu. Mama Dilsha masak banyak hari ini."

Dilsha lalu mengambilkan Ammar nasi dan lauknya lalu mengambilkan Shaqil dan kemudian untuk dirinya sendiri. Dilsha juga memanggil Nuran dan Sukru untuk makan bersama.

Nuran datang dengan langkah segannya, "Kami nanti saja bu Dilsha. Biar ibu dan bapak dulu aja yang makan." Dilsha tersenyum, "Tidak apa. Ayo kita makan bersama disini." Mau tak mau, Nuran dan Sukru ikut bergabung dengan mereka untuk makan siang bersama.

***

Dilsha memerhatikan Ammar dan Shaqil yang sedang bermain bola bersama dari jendela ruang tamu mereka. Dilsha merasa bosan sekali. Karena baru pertama kali dia di hari jumat sudah pulang lebih awal, biasanya baru pulang jam 8 malaman.

Dilsha lalu melihat ke arah jam dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Dilsha berinisiatif untuk membuat cemilan sore untuk Ammar dan Shaqil dan untuk menghabiskan waktu saja.

Membutuhkan waktu 45 menit saja bagi Dilsha untuk membuat vegan brownis yang bahan-bahannya gluten free beserta dengan minuman lemon squash nya. Dilsha membawa makanan dan minuman tersebut ke meja halaman belakang. Dilsha menunggu mereka sambil membaca majalah di kursi dengan pemandangan lapangan hijau dimana Ammar dan Shaqil bermain bola.

Ammar dan Shaqil pun selesai bermain bola dan langsung berlari untuk memakan cemilan yang dibuat Dilsha. Entah mengapa, satu hari ini Dilsha terpana sekali melihat Ammar. Dari dia berpakaian koko hingga ia berkeringat sambil lari gini. Duh. Padahal udah tua tau.

"Kenapa? Aku ganteng ya kalau lagi keringetan gini?" Dilsha langsung melototkan matanya refleks ketika mendengarkan ucapan Ammar yang membuat Ammar dan Dilsha tertawa setelahnya.

"Padahal kamu kan pernah lihat aku lebih berkeringat dari yang sekarang ini." Ucap Ammar yang membuat Dilsha berpikir. "Kapan emangnya? Ada?"

Ammar langsung mengedipkan matanya sebelah, "Waktu di Turki." Ucapnya lalu langsung mencium kecil pipi Dilsha. Ah Ammar. Selalu seperti ini. Dengan kecupan kecil tiba-tibanya. Dan Dilsha selalu tersipu malu.

Ammar duduk sebentar menikmati cemilan yang dibuat Dilsha sambil melihat sunset beserta langitnya yang tidak pernah mengecewakan untuk dilihat. Terdiam seakan-akan healing.

Ketika puas merehatkan diri, Ammar lalu mengajak Shaqil untuk berbersih diri dan segera bersiap-siap karna sebentar lagi memasuki waktu shalat maghrib dan Dilsha pun membawa kembali cemilan sorenya yang masih bersisa walaupun sedikit lagi karena hari sudah mulai gelap.

***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!🤎💚

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang