51 - Hari Lahir.

1.8K 157 11
                                    

Little bump sudah mulai membesar. Wajah, badan serta kaki Dilsha juga sudah mulai menggendut. Ia bisa lihat itu ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Dilsha duduk di kursi meja rias nya dan mulai menyentuh wajahnya. Ammar yang baru saja masuk ke kamar, langsung melihat Dilsha yang memerhatikan wajahnya di cermin. "Kenapa wajahnya?" Tanya Ammar sambil menutup pintu kamar mereka.

Dilsha menoleh ke Ammar sambil tersenyum, "Wajah aku gendutan." Ammar berjalan ke Dilsha lalu ia lihat pantulan di cermin lalu ia lihat kembali wajah Dilsha. "Aku beneran gendut ya?" Ammar mengangguk sambil tertawa menatap Dilsha. Dilsha yang awalnya mau kesal, tapi tertawa juga karena melihat ekspresi tawanya Ammar yang menular.

"Gak apa dong kamu gendut. Tubuh kamu butuh asupan yang lebih, karena ada nyawa yang kamu bawa, disini." Ucap Ammar sambil mengelus perut Dilsha.

Ammar lagi-lagi tersenyum melihat wajah Dilsha. "Kamu kenapa sih?" Tanya Dilsha dan Ammar tertawa lalu menggeleng. "Gemes aja. Kamu makin chubby!" Ucap Ammar lalu mencium-cium pipi Dilsha. "Ammar aku udah make-up-an! Lepasinn." Ammar pun melepaskan ciumannya lalu tertawa. "Kamu siap-siap. Aku tunggu di bawah." Ucap Ammar lalu ia keluar.

***

Ammar melihat tabletnya dan sebuah reminder berbunyi dan menampilkan notifikasi reminder nya. Ammar langsung terkejut melihatnya, bagaimana ia bisa melupakan hari kelahiran Dilsha?!

Sedikit kalut untuk memikirkan apa yang ingin diberikan untuk Dilsha. Bahkan ia sendiri kurang tau, barang apa yang disukai Dilsha. Ammar berdiri sembari berpikir. Berjalan mondar-mandir, seakan-akan ini adalah hal yang paling berat untuk dipikirkan.

Karena ia tidak kunjung dapat ide apa yang akan diberikan Ammar ke Dilsha, Ammar keluar menjumpai Nihan. Nihan terkejutnya bukan main, karena baru kali ini bosnya yang mendatanginya di luar. Bukan Nihannya yang disuruh masuk oleh Ammar. "Ya pak bos!" Nihan langsung berdiri.

"Kamu tau kado ulang tahun untuk sebaya-sebaya kamu gini?" Nihan mengerutkan kedua alis matanya. Tidak salah dengar inikan? Kado ulang tahun? "Pak Ammar mau beli kado untuk bu Dilsha yaa?" Goda Nihan dan Ammar hanya memasang wajah flat nya sambil mengangguk.

Nihan masih tersenyum melihat Ammar. Karena melihat Nihan sepertinya akan tersenyum sepanjang hari, Ammar memilih untuk kembali ke ruangannya saja. Nihan langsung berlari panik ke ruangan Ammar untuk mengejarnya. "Pak Ammar maaf. Biasanya wanita suka hadiah seperti perhiasan, tas, sepatu."

Ammar membalikkan badannya untuk menatap lawan bicaranya. "Tapi kalau melihat tipe bu Dilsha, sepertinya ia tidak membutuhkan itu semua pak. Mungkin bu Dilsha suka hadiah yang menunjang bisnisnya juga." Ammar mengernyitkan alisnya. "Menunjang bisnisnya?"

Nihan mengangguk antusias, "Seperti gadget yang termutakhir, agar bu Dilsha bisa lebih efektif dan efisien untuk desain baju nya, Pak." Ammar memikirkan semua masukan yang diberikan Nihan. Ia tidak menentang, tapi ia pikirkan terlebih dahulu. Mungkin saja apa yang dibilang Nihan ini benar.

Ammar mengangguk, "Baik terima kasih Nihan. Kosongkan jadwal saya siang ini jam 3. Silahkan kembali." Nihan mengangguk dan keluar.

***

Dilsha baru saja terduduk di kursi kerjanya sambil membaca agenda hari ini, sebuah tangan membuka pintu ruangan kerjanya dan tak lama beramai-ramai Damla dan karyawan lainnya masuk sambil bernyanyi dan membawa sebuah kue besar dengan hiasannya wajah Dilsha tapi di animasikan dengan ciri khas style nya Dilsha.

Dilsha shock dan tersenyum lebar. Sungguh, bahkan dirinya sendiri lupa akan tanggal lahirnya.

Dilsha berdiri, tersenyum melihat satu per satu karyawannya. Setelah selesai bernyanyi, Dilsha meniup lilinnya dan semua orang bertepuk tangan. Satu per satu karyawannya mengucapkan keinginan yang terbaik untuk Dilsha. "Terima kasih semuanya. Insyaallah apa yang diinginkan bisa terkabul juga kepada kalian." Karyawannya mengangguk.

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang