21 - Saya Tidak Minum, Lagi.

2.6K 212 1
                                    

Ammar mempersilahkan para karyawannya terlebih dahulu untuk masuk ke dalam bus. Karena ia sedikit tidak suka berada dalam keadaan desakan, sehingga Ammar dan Shaqil hanya berdiri diluar bus untuk menunggu yang lainnya masuk. Ketika sudah semua naik ke dalam bus, barulah giliran Ammar dan Shaqil yang masuk. Ammar sudah yakin bahwa ia akan mendapat tempat duduk yang paling depan.

Namun kenyataannya tidak. Karena Pamir sudah menempel duluan nama ia, Ammar dan Shaqil. Sehingga inilah hasil dari sebuah kesabaran dalam menunggu.

Ammar menaruh tas ranselnya ketempatnya lalu duduk. "Shaqil kalau mabok, bilang papa ya?" Shaqil mengangguk. Ammar pun membenarkan duduknya lalu mengeluarkan sebuah buku bacaan untuk menemaninya selama perjalanan.

Ketika semuanya sudah masuk dan duduk rapi, Pamir datang dengan membawa toa dan mengabsen semua peserta yang ikut. Setelah memastikan semuanya ada, Pamir memimpin doa lalu setelahnya ia pun duduk.

***

Bus Ammar berbarengan sampai dengan busnya Dilsha. Ditambah lagi ketika Ammar turun, wajah Dilsha lah yang pertama kali ia lihat. Sedang Dilsha masih sibuk dengan barang bawaannya. Ammar hanya tersenyum sendiri lalu menggenggam tangan Shaqil ketika rombongan timnya berjalan menghampiri rombongan Dilsha.

"Bu Dilsha? Semuanya aman? Kalau sudah, sekarang ikutin saya. Karena saya akan menunjukkan kamar masing - masing!" Teriak Pamir melalui pengeras suara dengan semangat. Ammar hanya berjalan berdampingan dengan Pamir. Karena bagaimana pun juga, ini adalah villanya Ammar sehingga dialah yang berhak untuk menunjukkan tempatnya.

Ketika mereka semua masuk ke dalam villanya yang begitu besar, mereka sudah di sambut dengan salah seorang penjaga villanya. "Selamat siang, Pak Ammar." Ammar hanya tersenyum lalu masuk ke dalam. Ammar menunggu hingga semuanya berkumpul di ruang tamu. Ia pun mengecek ketika sudah berkumpul semua disini, "Baik. Laki - laki disisi kiri dan perempuan disisi kanan. Terserah mau yang mana kamarnya karena semua fasilitasnya sama. Didalam kamar, terdapat kamar mandi. Sehingga hanya perlu sharing sama satu kamarnya aja dan satu kamar, maksimal 4 orang."

Ammar mendengar bisikan - bisikan kebisingan nada ketidaksabaran karyawan - karyawan mereka. Ammar tersenyum, "Silahkan, kalian bisa pilih yang mana. Tapi ingat-" Langkah para karyawannya terhenti ketika Ammar menggantungkan kalimatnya. "Selalu jaga kebersihan. Karena saya ingin rapinya sama seperti pertama kali kalian datang ke kamar kalian."

Karyawannya dan beberapa karyawan Dilsha mengangguk, "Baik, Pak." Jawab mereka serempak lalu pergi berhuyung dengan tertib untuk memilih kamar mereka masing - masing.

"Bu Dilsha? Bisa?" Tanya Ammar ketika Dilsha sedikit kesusahan dengan tasnya. Dilsha mengangguk, "Bisa, terima kasih pak Ammar." Ucapnya lalu meninggalkan Ammar. Ammar pun berjalan menuju kamarnya dengan Shaqil dengan tenang. Karena, ada dua buah kamar yang emang dikunci dengan sengaja agar para karyawan tidak bisa memasuki kamar Ammar bersama Shaqil dan kamar yang satu lagi untuk Pamir.

Disatu sisi, Dilsha tidak tau harus berbagi ruangan dengan siapa. Hingga Nihan keluar dari ruangannya dalam rangka untuk mencari teman sekamar juga. Mata ia langsung berbinar ketika ia melihat Dilsha dan langsung menarik tangannya, "Ibu Dilsha kan udah sering minta temenin saya meeting sama pak Ammar. Sekarang ibu Dilsha ya yang nemenin saya tidur disini?"

Dilsha tersenyum lalu mengangguk. "Ayo." Nihan tersenyum lebar dan mereka berdua pun masuk ke kamar untuk berberes.

***

"Pak Ammar minum?" Ammar langsung menggeleng sambil mengipas ayam bakar, "Saya tidak minum lagi." Jawabnya ketika salah seorang karyawannya menawarkan segelas minuman beralkohol. Sudah lama sekali ia meninggalkan kebiasaan itu dari ketika Yasemin berselingkuh darinya. Ammar seketika tersenyum pahit mengingat masa itu.

Dilsha yang berdiri tak jauh dari Ammar karena sedang menata piring di meja makan, tak sengaja mendengar ucapan Ammar barusan. Ia lalu kembali berfokus ke pekerjaannya.

Tak lama Nihan pun menghampiri Ammar, "Pak Ammar butuh bantuan kah?" Ammar mengangguk, "Jangan ganggu saya Nihan." Ammar lalu tersenyum kecil. Inilah khasnya Ammar. Bercanda pun ia, seperti tidak bercanda. Tapi Nihan udah kebal sekali dengan atasannya yang satu ini. Ia pun hanya tersenyum manis ke Ammar dan reaksi Ammar adalah hanya mengerutkan alis matanya dan menggeleng.

Tak lama ayam pun matang dan Ammar langsung menyajikan di piring. Karena sedikit kesusahan, Dilsha menawarkan diri membantu Ammar dengan menaruh satu persatu ayam itu ke piring. Di satu sisi Pamir tidak mau kehilangan sebuah momen Ammar dan Dilsha ini! Karena dua manusia ini favorit Pamir banget! Sehingga ia memotret Ammar dan Dilsha dengan angle yang sangat pas. "Ah Ammar. Aku tau kau menyukainya." Ucap Pamir perlahan lalu memasukkan mobile phonenya kembali.

Setelah selesai dihidangkan semua makanan, Ammar pun memanggil semuanya untuk makan bersama - sama. Tak membutuhkan waktu yang lama, semuanya pun sudah berkumpul. Ammar pun berdiri ketika semuanya sudah duduk untuk menyampaikan beberapa kata. "Baik sebelum makan, saya mau terima kasih sama semuanya yang ada disini atas kerjasamanya."

"Tanpa kalian semua nggak bakal mungkin bisa sampai di titik ini." Zubehir yang mendengarkannya sudah berkaca - kaca matanya. Ia sedih bukan karena ia capek, melainkan hasil karya desainnya yang dijual begitu saja tanpa mendapatkan royalti sedikit pun. Nihan yang berada disamping Zubehir hanya bisa merangkul lalu menepuk lengannya perlahan, "Yang sabar, Zub." Nihan memasang mata dramanya untuk Zubehir.

Ammar menatap sekilas Dilsha lalu mengalihkannya ke arah karyawan Dilsha. "Dan untuk bu Dilsha bersama tim, saya ngucapin makasih. Makasih sudah bisa diajak bekerja sama walaupun dikeadaan yang sangat hectic. Dan minta maaf jika ada suatu hal yang kurang berkenan." Dilsha mengangguk ketika Ammar menyelesaikan ucapannya.

"Bu Dilsha ada yang ingin disampaikan?" Tanya Ammar dan Dilsha mengangguk kemudian berdiri, "Ucapan saya sama, tidak akan jauh beda dari pak Ammar. Terima kasih dan mohon maaf dari saya dan tim."
Ucap Dilsha.

"Special thanks to Nihan, yang udah mau saya repotkan ketika meeting di kantornya pak Ammar." Dilsha tersenyum dan menatap satu per satu mata yang ada disini. "Yah intinya itu saja yang ingin saya sampaikan. Sekarang," Dilsha melihat sekelilingnya lali tersenyum lebar, "Silahkan dinikmati makan malamnya made by pak Ammar." Jelas Dilsha yang membuat semuanya membulatkan mata mereka namun tidak menghentikan aktivitas untuk tetap mengambil makanan. Definisi terkejut tapi tetap harus makan.

Ammar tersenyum melihat semuanya bahagia. Kemudian ia melihat anaknya yang duduk disampingnya yang dengan lahap memakan makanan malamnya. Ammar lalu mencium pucuk kepalanya Shaqil dan tersenyum.

***

Dilsha yang baru saja berberes meja makan bersama dengan Nihan, Damla, dan yang lainnya, ia langsung masuk saja. Ia tidak terlalu suka duduk bersama berbaur dengan yang lain karena asap rokok yang tak tertahankan, sehingga ia memilih untuk masuk saja.

Ketika masuk ke ruang keluarga, Dilsha disambut dengan Ammar yang sedang bermain game nintendo switch yang di sambungkan ke tv bersama dengan Shaqil. Sedikit terkejut, mengapa Ammar tidak berkumpul dengan yang lain?

Dilsha berjalan mendekat dan memilih untuk duduk bersama di single sofa sebrang Ammar dan Shaqil. Ia berani duduk bergabung disana, karena emang ada beberapa orang lain yang sedang bersantai diruang ini namun di berbeda spot.

"Tidak berkumpul bersama yang lain diluar, Pak?" Ammar yang berfokus bermain game langsung beralih ke lawan bicaranya. Karena tidak etis jika seseorang berbicara namun kita masih sibuk dengan pekerjaan kita sendiri. "Tidak." Jawab Ammar dengan lembut. "Mereka minum dan ngerokok. Jadi saya disini saja." Jelas Ammar lalu menunggu Dilsha untuk merespon. Ketika hanya sebuah anggukan sebagai responnya, Ammar pun melanjutkan untuk bermain game kembali.

Dan Dilsha pun masih terduduk disitu sambil berselancar di media sosialnya.

***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!
💛💚

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang