22 - Mau Dekatin, Gimana Caranya?

2.5K 205 3
                                    

Pagi hari ini masih sangat sepi sekali. Karena ada beberapa orang yang tadi malam menenggak minum dan berakhir tepar, sehingga hingga saat ini ruang keluarga maupun villa masih sepi.

Setelah selesai berbersih diri dan berganti baju, Dilsha pun keluar dari kamarnya untuk mempersiapkan sarapan.

Ketika Dilsha semakin mendekati dapur, suara berisik semakin kedengaran. Ia pun semakin mempercepat langkahnya untuk melihat siapa yang berada di dapur itu. Ternyata Ammar yang sedang mencari teflon. Dilsha pun menghela nafasnya lega. Ia pikir siapa tadi.

"Sudah bangun, Pak Ammar?"

Ammar yang berjongkok langsung memutarkan kepalanya ke sumber suara dan tersenyum kilas karena sekilas ia melihat wajah Dilsha yang cantik natural itu , "Pagi bu Dilsha. Udah biasa saya bangun pagi - pagi sekali." Dilsha mengangguk sembari mendekati bahan - bahan yang sudah disiapkan Ammar untuk sarapan. "Pancake?" Tanya Dilsha.

Ammar berdiri sambil memegang teflon yang ia pilih, "Hanya itu yang tersedia. Lagi pula sepertinya pagi hari ini lebih banyak yang minum obat kebanding sarapan." Ammar lalu meletakkan teflonnya di kompor dan membuat adonan pancakenya.

Tak perlu waktu yang lama bagi Ammar, karena ia sudah sangat ahli dalam hal masak - memasak. Karena situasi dan kondisi yang mengharuskan ia untuk bisa seperti ini. Dilsha yang melihatnya pun hanya bisa memerhatikan langkah - langkah pembuatan pancake ala Ammar. Ya walaupun sebenarnya ia juga sudah tau caranya. Tapi hanya ingin mengetahui bagaimana ketika lelaki dealing dalam hal yang seperti ini.
Dan ternyata, Ammar sudah sangat tau how to deals with the pancakes!

"Bu Dilsha bisa tolongin masakin dulu? Saya harus bangunin Shaqil." Dilsha mengangguk dan langsung mengambil alih untuk melanjutkannya. Saat Dilsha lagi sor nya memasak, datanglah Pamir dengan senyuman gigi paginya yang lebar itu, "Ibu Dilsha selamat pagii." Ucapnya sambil mendekat ke Dilsha dan hendak memeluknya. Dan untungnya Ammar yang sudah kembali dari kamarnya, dengan sigap langsung menarik kerah baju Pamir, "Pamir. Jangan."

"Dia terhormat." Bisik Ammar ketika kata terhormat terucap dari bibir Ammar. Pamir langsung tersadar dan tersenyum ke Ammar, "Bu Dilsha, tau gak pak Ammar itu suka sama Ibu."

Pamir tersenyum lalu berjalan kembali ke ruang tamu tempat dimana ia tepar tadi. Ammar dan Dilsha pun jadi diam kaku. Ini gara - gara Pamir sialan. "Dia hanya,- mabuk." Ucap Ammar. Dan Dilsha hanya bisa tersenyum kecil. Karena dirinya tidak ingin jadi pikiran dan tetap melanjutkan membuat sarapan untuk semua.

***

Ammar dan Shaqil baru saja menyusul ke danau belakang villa untuk melihat yang lainnya pada bermain games katanya. Ammar tertawa kecil ketika melihat tawaan mereka yang menular itu. "Papa enggak ikut?" Ammar menggeleng lalu melihat Shaqil, "Enggak sayang. Papa mau sama Shaqil aja. Yuk, kita duduk santai disini." Shaqil mengangguk dan duduk di samping ayahnya sambil menikmati keadaan siang menuju sore dengan semilir angin yang menyejukkan.

Asik bersibuk menikmati suasana, Ammar sudah tidak sadar bahwa semua yang main games sudah jatuh dari sampan mereka dan berenang - renang di danau itu. "Am! Ayo berenang sini!" Teriak Pamir. Ammar hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya. "Aman, aku disini aja!" Balas Ammar.

Ammar pun kembali menikmati suasana. Ia melihat sekilas ke Shaqil yang sibuk dengan gadgetnya. Tak lama Shaqil pun menatap ayahnya, "Bu Dilsha cantik lo papa." Shaqil memberi lihat wajah Dilsha yang ada di dalam gadgetnya. Ammar pun mengambil gadgetnya Shaqil, "Mana coba papa lihat. Secantik apa sih bu Dilsha itu." Ammar lalu melihat foto Dilsha lalu tersenyum. Wanita ini memang cantik. "Lalu kalau bu Dilsha cantik?"

"Papa nggak suka ya sama orang cantik?" Ammar tertawa lalu memeluk gemas Shaqil. Shaqil pun tertawa dan lemas karena pelukan Ammar yang sedikit kencang. "Shaqil dapat dari mana fotonya?"

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang