Ammar tidak mau mengganggu Dilsha yang sedang membantu Shaqil untuk mengerjakan tugasnya, sehingga Ammar memilih untuk memakai obat salepnya sendiri. Namun yang namanya kita terluka dan kita sendiri yang memakaikan salepnya, tidak pernah merasa pas karena merasa sakit sehingga sedikit-sedikit ia mengaplikasikan salepnya.
Merasa putus asa dan memilih untuk menunggu Dilsha saja, Ammar mengambil ipad dan kacamatanya lalu membaca laporan yang dikirim Nihan.
Masih fokus membaca, ternyata Dilsha sudah selesai dan kembali ke kamar mereka. Dilsha membuka hijabnya dan menggeraikan rambutnya. Iya, di rumah Dilsha pun memakai hijabnya, karena di rumah ini banyak yang bukan muhrimnya.Dilsha lalu naik ke atas tempat tidur dan melihat Ammar yang masih berbaring sedikit lebih tegak dengan kacamata yang masih bertengger di hidungnya dan berfokus ke ipadnya. Merasa dilihatin, Ammar melirik Dilsha dari ujung matanya.
"Istirahat dulu yuk? Biar lukanya juga cepat sembuh karena istirahatnya cukup." Ammar tersenyum lalu mematikan ipadnya, melepaskan kacamatanya dan memberikan obat salep ke Dilsha. "Tolong pakai-in, agak susah kalau oles sendiri." Dilsha mengangguk dan langsung mengoleskan salepnya.
"Ini tuh akibat nyuruh bodyguardnya hanya jagain aku sama Shaqil aja, jadinya kamu gini." Ammar tertawa kecil dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Dilsha dan hanya menatap Dilsha aja.
"Oiya, tadi di kantor aku dapat undangan designer awards yang di selenggarakan perusahaan Atomz. Aku datang kalau kamu izinin, kalau enggak ya nggak apa-apa." Ucap Dilsha tertiba karena selagi ingat. "Hari apa acaranya?" Tanya Ammar.
"Hari minggu pukul 7 malam di Aston Hall." Ammar hanya menatap Dilsha dengan lembut. "Kamu pergi sama siapa?" Tanya Ammar dengan lembut.
"Kamu mau ya nemenin aku nanti? Biar aku nggak sendirian di acara itu." Ammar mengangguk, "Insyaallah kita pergi ya." Dilsha tersenyum lebar dan mengangguk.
Setelah selesai, Dilsha menutup obat salepnya dan membantu Ammar untuk berbaring lalu menaikkan selimutnya.
Setelahnya Dilsha pun ikut berbaring disamping Ammar dan beristirahat.***
Dilsha yang baru saja selesai menyiapkan bekal untuk Shaqil, naik ke atas untuk mengecek Ammar. Dilsha yang baru saja masuk, langsung disungguhi dengan Ammar yang sudah berstel rapi dengan pakaian kerjanya. "Kamu mau kerja?" Tanya Dilsha dan Ammar mengangguk.
Dilsha melipat kedua tangannya di dada dan bersender di dinding sembari melihat Ammar yang masih saja melanjutkan untuk memakai dasinya. Dilsha merasa tidak sabar, berjalan mendekati Ammar dan menahan kedua tangannya untuk tidak melanjutkan dasinya. "Kamu jangan kerja dulu, istirahat dulu aja ya Ammar?" Ammar menatap kedua matanya Dilsha yang benar-benar khawatir itu. Ammar lalu mencium kecil hidung Dilsha, "Izinin aku kerja ya, udah terlalu banyak urusan yang dihandle sama Pamir."
Mau tak mau, Dilsha pun mengangguk dan memilih untuk melanjutkan dasinya Ammar. Ammar menahan senyumnya dan menatap dasinya lalu melirik Dilsha. Persis seperti anak sd yang sedang dipakaikan dasi sama ibunya, keadaan Dilsha dan Ammar saat ini.
Setelah selesai, Dilsha merapikannya lalu menatap Ammar. "Kamu nanti jangan terlalu capek ya. Aku gamau ngurus kamu kalau kamu kecapekan karna kerja." Ammar mengangkat tangannya untuk hormat, "Siap ibu komandan!" Dilsha tertawa lalu mereka berdua bersiap lalu sarapan dan kemudian pergi kerja.
***
Nihan yang melihat bosnya sudah datang kembali ke kantor ini, langsung berdiri dan menyambut kedatangan Ammar sampai melakukan atraksi menundukkan bandannya, "Selamat datang kembali pak Ammar." Ammar hanya menatap Nihan dengan tingkahnya yang tidak berkurang dari dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...