49 - Boleh, Tapi..

2K 154 22
                                    

Ammar duduk di tepi tempat tidur tepat disamping Dilsha sedang berbaring. Ammar merapikan rambut yang menutupi wajah Dilsha. Ammar tersenyum. Lama Ammar memandangi wajah Dilsha, barulah ia membangunkan Dilsha. "Dilsha, bangun. Yuk shubuh dulu." Dilsha perlahan membuka matanya dan mengangguk.

Dilsha masih berbaring dengan keadaan setengah sadar. "Kamu hari ini istirahat aja dulu ya?" Dilsha menggeleng, "Boleh ya aku kerja? Aku udah kuat kok, insyaAllah bisa." Ammar mengangguk. "Tapi kalau kamu nggak enak badan, telepon aku atau Sukru. Jangan dipaksakan, ok?" Dilsha hanya menatap Ammar lalu mengangguk.

"Yaudah kamu mandi dulu baru shalat. Aku mau ganti baju dulu sama buat sarapan ya?" Dilsha tersenyum, "Hari ini chef Ammar dulu ya?" Ammar tertawa lalu mencubit pipi Dilsha dan bersiap-siap untuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk Shaqil, Dilsha dan dirinya sendiri.

***

"Masuk." Ucap Dilsha ketika terdengar suara ketukan di pintu kerjanya. Dilsha melihat seseorang tersebut dan ternyata Damla yang membawa berkas-berkas yang akan dibaca oleh Dilsha. Dilsha tersenyum ketika Damla tersenyum ke Dilsha. "Selamat pagi bu Dilsha. Berikut beberapa dokumen yang harus ibu review sebelum meeting besok hari." Dilsha tersenyum sambil membaca sekilas dokumen-dokumen tersebut.

Damla masih berdiri menunggu tanggapan dari Dilsha. Tak berapa kemudian, Dilsha merespons setelah membaca dokumen-dokumen tersebut. Namun respon Dilsha bukan lah yang diharapkan Damla, yaitu Dilsha membahas dokumen tersebut. Melainkan Dilsha langsung berdiri dan berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Damla sedikit panik, sehingga ia menyusul Dilsha hingga ke kamar mandi. Namun ia tidak masuk, karena ia takut ia tidak diizinkan masuk. Maka ia menunggu diluar saja, sambil membawa tisu.

Tak lama Dilsha keluar dan mengambil tisu yang disodorkan Damla. "Bu Dilsha sakit? Ibu mau izin pulang?" Dilsha hanya menggeleng dan tersenyum. Ia lalu berjalan mendahului Damla dan duduk kembali di kursinya serta melanjutkan membaca dokumennya kembali. Merasa aneh, Damla pun bertanya, "Bu Dilsha, ibu benar-benar sehat bu?" Dilsha mengangguk, "Hanya morning sickness, Damla." Damla mengangguk. Namun tak lama, Damla tersadar akan ucapan Dilsha, morning sickness? "Bu Dilsha?!" Dilsha hanya mengangguk dan Damla girangnya bukan main. "Alhamdulillah, Bu Dilsha! Selamat ya Bu." Dilsha tertawa ketika Damla menyodorkan tangan untuk berjabat tangan. "Iya terima kasih, Damla."

"Sekarang, kamu ke meja kamu aja dulu ya. Nanti saya kabarin mengenai dokumennya." Damla pun mengangguk lalu keluar dari ruangan Dilsha dengan ekspresi yang sama, yaitu senyum-senyum kesemsem. "Insyaallah anaknya cakep nih. Secarakan pak Ammar ganteng, bu Dilsha juga cantik luar biasa. Duhh." Damla masih senyam-senyum sambil mengoperasikan komputernya.

***

Sebuah tangan kecil mengetuk pintu ruangan Dilsha. Dilsha tau itu Shaqil, sehingga ia bangkit dari duduknya dan membuka pintu. Shaqil tersenyum lalu menyalim Dilsha. Dilsha berjongkok lalu mencium Shaqil dan ia lap sedikit keringat Shaqil yang bercucuran di dahinya. "Shaqil sama siapa kesini?" Tanya Dilsha sambil menarik tangan Shaqil untuk duduk di sofa. "Sama Sukru, mama."

"Shaqil udah makan?" Shaqil menggeleng. Dilsha baru ingat, ia tidak membawa bekal siang untuk Shaqil karena hari ini jam 2 ia sudah pulang sekolah. "Shaqil mau makan apa? Biar mama Dilsha pesan delivery. Mau?" Shaqil mengangguk. Dilsha langsung membuka aplikasi delivery online untuk langsung memesan makanan Shaqil.

Setelah menentukan apa yang akan dibeli, butuh waktu setengah jam juga untuk menunggu makanan Shaqil datang. Shaqil tersenyum ketika Damla mengantarkan kedalam makanannya Shaqil. "Terima kasih tante Damla." Damla mengangguk tersenyum lalu menaruh makanannya Shaqil di meja. Setelah nya ia berpamitan ke Dilsha untuk kembali ke mejanya. Dan Dilsha hanya mengangguk saja, karena ia baru saja memulai online meetingnya.

Shaqil berdiri dan mencuci tangannya dan kemudian memakan makanannya. Shaqil sebisa mungkin melakukannya dengan perlahan agar tidak berisik.
Shaqil pun makan dengan tenang dan nikmat. Dilsha bisa lihat itu. Walaupun Dilsha sedang online meeting, bukan berarti Shaqil jauh dari jangkauan pandangannya. Multitasking are women's power.

Selesai makan pun Shaqil berdiri dan mencuci tangannya terlebih dahulu agar bisa membuka air mineral botol miliknya. Namun tampaknya ia kesusahan sekali membukanya. Mau minta tolong mama Dilsha tapi ia takut. Mau minta ke tante Damla ia malas keluar. Sehingga mau tak mau ia pun berjalan mendekat ke Dilsha. "Ada apa sayang?" Tanya Dilsha dengan wajah lembutnya ke Shaqil. Shaqil pun sedikit tenang karena ekspresi wajah Dilsha tidak menunjukkan wajah amarah atau terganggunya.

"Mama tolong bukain, boleh ma?" ucap Shaqil sambil menyodorkan botol mineralnya. Dilsha tersenyum mengangguk lalu memberikannya ke Shaqil.

Akhirnya ya, tenggorokan Shaqil pun sudah lega sekali. Alhamdulillah. Shaqil pun akhirnya selesai makan dan memulai untuk mengerjakan PR nya. Agar ia malam nanti bisa tidur cepat.

***

Ammar mengetuk pintu ruangan Dilsha dan langsung disungguhi dengan pemandangan Dilsha yang sedang memegang kepalanya. Ammar tersenyum lalu menghampiri Shaqil terlebih dahulu yang sedang mengerjakan PR. "Shaqil sama siapa kesini?" Tanya Ammar.

"Sama Sukru papa." Jawab Shaqil sambil mengerjakan tugasnya. Ammar mencium kepala Shaqil lalu berdiri dan menghampiri Dilsha. Ammar langsung mengelus kepalanya Dilsha, "Kamu kenapa sayang?" Dilsha menggeleng lalu memeluk Ammar yang sedang berdiri itu. Ammar tersenyum lalu mencium kepala Dilsha. Ammar lalu mengelus lengan Dilsha. "Tadi pagi Damla nelfon, katanya kamu muntah-muntah." Dilsha mengangguk.

"Aku nggak jadi kesini, karena Damla bilang kamu hanya morning sickness." Dilsha kembali mengangguk. Ammar lalu melihat ke Shaqil apakah ia terganggu atau tidak apabila ia dan Dilsha seperti ini. Namun tampaknya tidak. Begitupun, Ammar tetap melepaskan pelukan Dilsha karna rasanya tidak enak berpelukan seperti ini di depan anaknya. "Udah makan tadi?" Tanya Ammar sambil melihat wajah Dilsha.

"Belum-"

Ammar langsung melangkahkan kaki untuk beranjak namun Dilsha langsung menarik tangannya. "Kamu mau kemana? Aku belum siap ngomong."
Ammar menghentikan langkahnya lalu menatap Dilsha. "Aku mau ke kantin, mesan makan. Biar kamu makan." Jawab Ammar dengan nada yang sedikit panik namun kesal juga iya.

Dilsha tertawa, "Udah-udah sini aja. Aku udah makan. Tapi belum habis. Karena aku nggak bisa makan banyak, asal makan muntah." Ammar sedikit lebih tenang. Ammar pun tertawa juga. "Yaudah yang penting ada dimakan walaupun sedikit. Vitaminnya udah diminum?" Dilsha mengangguk. "Susunya tadi pagi udah minum?" Dilsha tersenyum manis dan mengangguk kembali.

"Oke, kalau gitu aku bantuin Shaqil ngerjain tugas sambil nungguin kamu selesai."

"Kamu udah pulang ini?"

Ammar mengangguk, "Alhamdulillah kerjaan hari ini lebih cepat selesai. Jadi bisa kesini." Dilsha tersenyum lalu mengangguk lagi. Ammar lalu berjalan ke Shaqil dan membantu tugasnya dan Dilsha memilih untuk merehatkan tubuhnya sejenak di kursi kerjanya lalu membersihkan meja kerjanya.

***
Jangan Lupa untuk VOMMENT ya wee!
💙🤎

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang