Dilsha terbangun di waktu dini hari dikarenakan tenggorokkannya kering sekali, sehingga ia memutuskan untuk mengambil minum ke bawah. Ketika ia berdiri, ia baru sadar bahwa Ammar tidak ada di sampingnya. Dilsha pun mencarinya di kamar mandi namun tidak ada. Lalu mencarinya di ruang kerja Ammar.
Perlahan Dilsha buka pintu ruang kerja Ammar dan Ammar sudah tertidur di meja kerjanya dengan tangannya yang menjadi bantal tidurnya. Dilsha menggelengkan kepalanya, "Yaampun." Ucapnya dan berjalan menghampir Ammar.
Namun Dilsha tidak langsung membangunkan Ammar, melainkan memerhatikan apa yang sedang lakukan. Ia melihat sketsa sepatu yang masih setengah proses Ammar kerjakan. Setelah puas, Dilsha membangunkan Ammar perlahan. "Ammar, bangun sayang. Tidur di kamar yuk."
Ammar terbangun dan langsung mengusap wajahnya dan melihat Dilsha. Ammar mengangguk lalu menutup buku sketsanya, mematikan lampu meja kerjanya dan merapikan kursi kerjanya. Dilsha pun menunggunya lalu mengikuti Ammar dari belakang menuju ke kamar mereka terlebih dahulu. Setelah memastikan Ammar telah tertidur, barulah Dilsha pergi ke bawah untuk meminum segelas air mineral.
***
Ammar yang sedang memakan sarapannya, melihat Dilsha yang sedari tadi bermondar - mandir sambil menghafalkan sesuatu. Ammar menelan kunyahannya lalu berbicara, "Kamu hafalin apa? Materi presentasi?"
Dilsha mengangguk lalu duduk di kursi meja makan dengan wajahnya yang sedikit kelelahan dengan kekhawatiran yang tercampur jadi satu. Ammar menggenggam tangan Dilsha dan tersenyum, "Jangan takut. Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya. Tetap bersangka baik dan jaga duit."
Dilsha menatap Ammar dengan tatapan tidak mengertinya, "Duit? Maksudnya?"
Ammar tertawa kecil. "Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal." Jelas Ammar. "Kalau kita udah lakuin ini semua, InsyaAllah berhasil." Dilsha menatap wajah Ammar dengan tatapan seriusnya lalu mengangguk. Karena sekarang ini Dilsha benar-benar butuh support agar ia bisa mempresentasikan brand nya untuk meeting kolaborasi nanti.
"Sekarang kamu sarapan dulu, baru kita berangkat." Dilsha mengangguk lalu mengambil porsinya dan memakannya.
***
"Nihan, sehabis makan siang ini saya ada agenda apa lagi?" Tanya Ammar yang langsung datang ke meja kerja Nihan.
Nihan langsung menatap Ammar shock. "Pak Ammar kenapa tidak memanggil saya aja ke dalam?"
Ammar menatap Nihan dengan tatapan tajamnya. "Saya sehabis ini, ada agenda apa Nihan?"Nihan dengan ligat langsung melihat gadgetnya dan mengecek kembali skedul Ammar hari ini. Setelah mengeceknya dua kali, alangkah langkanya hari ini. Bisa-bisanya Ammar kosong hari ini. Karena biasanya Ammar pasti disibukkan dengan agenda yang menyibukkan Ammar. Namun hari ini free.
"Tidak ada pak. Selepas makan siang bapak free." Ammar mengangguk, "Bagus. Saya akan ke kantor Cypruz. Kalau ada yang cariin saya, sampaikan hal ini." Nihan mengangguk, "Baik Pak."
Ammar pun kembali ke ruangannya untuk memakan siang buatan Dilsha, namun kali ini yang antar Sukru karena Dilsha lagi sibuk. Setelah makan siang, Ammar menunaikan shalat Dzuhur lalu pergi ke kantor Dilsha.
***
"Ada yang bisa saya bantu Pak Ammar?" Tanya Damla. Ammar mengangguk, "Saya mau mendatangin ruangan meeting bu Dilsha."
Damla sedikit ragu memberi tau Ammar. Namun mau tidak mau, Damla harus memberi taunya ke Ammar, karena ia adalah suami dari bosnya. "Di lantai 3 Pak Ammar dan meetingnya baru saja dimulai 7 menit lalu."
Ammar langsung berjalan menuju ruang meetingnya dan membuka perlahan pintu ruang meeting tersebut. Ia berjalan dengan percaya diri lalu langsung duduk di kursi yang untungnya bersisa satu. "Maaf semuanya saya terlambat." Ucap Ammar yang membuat Dilsha terkejut dan hampir buyar semua persiapan yang sudah di persiapkan dengan matang.
Namun mereka berdua tetap menjaga profesionalisme mereka. Ya walaupun Ammar hanya memerhatikan Dilsha seorang diri saja, tapi ia tidak boleh mempermalukan Dilsha dihadapan partner kolab nya dong.
Ammar menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menatap Dilsha. Sedang Dilsha tidak menatap ke Ammar sedikit pun. Karena kalian pasti tau kan mengapa. Yaa bisa-bisa ia tidak fokus lagi sama apa yang ia kerjakan saat ini hanya perkara Ammar.
Kata demi kata, pembahasan demi pembahasan di lalui, akhirnya meeting ini berakhir. Dan dari awal hingga akhir, Ammar benar-benar berada di ruangan ini dan hanya menatap Dilsha saja.
Ketika semuanya meninggalkan ruangan, Ammar sengaja melambatkan dirinya untuk keluar paling akhir. Dan Dilsha hanya menatap Ammar dari berdiri hingga ia berjalan lalu melingkarkan tangan kirinya di perut Dilsha lalu berbisik, "Kamu hebat. MasyaAllah, Aku bangga." Ammar lalu mencium pipi Dilsha sekilas lalu pergi menuju ruangan Dilsha untuk menunggunya disana.
Sedang Dilsha mematung. Dia senang, karena ucapan Ammar barusan. Namun ia juga shock karna perlakuan Ammar dan ia juga marah karena bisa-bisanya ia ikut join meeting ini tanpa ada undangan atau izin dari Dilsha. "Ah, Ammar." Ucap Dilsha lalu mrnghela napasnya kasar lalu pergi ke ruangan kerjanya.
Sesampainya di ruangan kerjanya, ia kembali melihat Ammar yang sedang mengecek mobile phonenya. Dilsha menggelengkan kepala sambil menaruh laptop dan berkasnya di atas meja. Dilsha memilih untuk setengah duduk di pinggir job desk nya.
Ketika selesai, Ammar mematikan mobile phonenya lalu berdiri dan berjalan mendekat. "Aw. Kenapa murung?"
Dilsha menatap Ammar dengan tatapan marah namun ia tidak bisa. Sehingga ia tersenyum sambil mau nangis. "Loh kenapa nangis?" Tanya Ammar sambil menangkup kedua pipi Dilsha. "Kamu kan berhasil meyakinkan partner kamu untuk berkolaborasi."
"Aku itu senang, tapi marah juga gara-gara kamu datang." Ammar tertawa lalu memeluk Dilsha. "Iya aku minta maaf. Aku hanya mau lihat kamu aja tadi. Tapi rupanya kamu tadi keren. Jadi bangga." Jelas Ammar dan Dilsha mengeratkan pelukannya. Karena baru kali ini ia merasa ada support system yang sesupport gini.
Ammar melepaskan pelukannya lalu melihat wajah Dilsha dekat lalu tertawa kecil.
"Makasih ya karna 'duit' kamu tadi, aku bisa dan tenang." Ammar mengangguk lalu memutarkan kepalanya ketika Damla masuk ke ruangan Dilsha dengan tertiba. "Bu Dilsha-"
Damla langsung menutup matanya, "Maaf Pak, Bu. Saya tidak tau. Saya, aka- akan keluar." Ucap Damla terbata-terbata lalu berjalan keluar.
"Ops. Udah ketauan. Aku pergi deh. Nanti kita jumpa di rumah ya." Ucap Ammar lalu pergi keluar ruangan Dilsha. Ketika Ammar berjalan keluar, ia melihat Damla yang masih berdiri di luar ruangan Dilsha. "Saya sudah selesai, kamu boleh masuk." Ucap Ammar yang membuat Damla malu. Bahkan Damla yang malu, bukan Ammar. Duh.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!🤎💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...